Mata terpukau dengan orangutan yang lincah, energik, dan cerdas di alam liar, menghabiskan sebagian besar waktu tanpa menapak tanah. Mereka belajar bertahan hidup, mulai cara mencari sumber makanan hingga membuat sarang dengan memperhatikan tingkah laku sang ibu. Pembelajaran dari ibu ibarat bekal kehidupan menuju usia dewasa agar mereka mampu hidup mandiri.
Kesan pertama itulah yang tergambar saat menonton film dokumenter berjudul "Secret Lives of Orangutans (2024)" yang diproduksi Silverback Films dengan narator andal, David Attenborough. Lokasi film dokumenter di hutan rawa Suaq, Sumatera Utara, daerah yang terkenal dengan populasi orangutan yang tinggi dan perilaku penggunaan alat nan unik seperti membuat tongkat dari ranting pohon untuk mendapatkan makanan.
Pesan kunci yang kita peroleh lewat kehidupan orangutan, yakni harmoni antara orangutan serta keanekaragaman hewan dan hayati di hutan begitu jelas terlihat. Hutan adalah "rumah" tempat bernaung dan kaya sumber makanan berlimpah. Di sisi lain, kebiasaan orangutan yang makan buah-buahan membantu keberlanjutan keanekaragaman hayati.
Biji-bijian yang dibuang orangutan jatuh ke tanah, lama-lama akan tumbuh menjadi pohon baru. Orangutan punya potensi sebagai penyebar benih jarak jauh dari biji kecil sampai sedang. Peran orangutan ini sebagaimana terpapar dalam jurnal "Seed Dispersal by Primates in Asian Habitats: From Species, to Communities, to Conservation" (Kim R. McConkey), yang dipublikasikan di International Journal of Primatology pada 2018.
Kehadiran orangutan dan hutan beserta keanekaragaman hewan dan hayati di dalamnya sangat bermanfaat bagi manusia. Hutan yang berkelanjutan tak hanya penghasil oksigen dan sumber pangan, melainkan "apotek hidup" yang memiliki variasi tanaman obat-obatan. Manusia dapat meneliti tanaman obat-obatan yang berpotensi untuk pengobatan alami.Â
Kita melihat bahwa jalinan harmoni hidup berdampingan, erat kaitannya antara satwa liar (hewan) -- dalam hal ini orangutan -- Â manusia, dan lingkungannya. Jika kondisi hutan sehat dan mencukupi kebutuhan nutrisi orangutan, maka orangutan sehat. Hal ini juga mendukung kesehatan manusia.Â
Sayangnya, kehidupan orangutan kini terancam lantaran habitat alami mereka terus tergerus. Salah satu risiko ancaman yang patut diperhatikan, yaitu dari sisi kesehatan orangutan, yang dapat berdampak terhadap manusia.
"Rumah" semakin terhimpit oleh kebutuhan manusiaÂ
Sejalan dengan populasi manusia yang semakin bertambah, terjadi peningkatan kebutuhan sehari-hari. Tantangan datang dari manusia itu sendiri. Orangutan harus menghadapi tantangan di luar ekosistem "rumahnya." Hutan yang awalnya luas dan kaya sumber nutrisi, berganti wajah menjadi lahan perkebunan juga permukiman penduduk.Â
Cukup mengelus dada membaca investigasi Rainforest Action Network (RAN) berjudul "Orangutan Capital: Under Siege" yang terbit 2024. Dokumentasi menggunakan satelit Pliades Neo yang terbang di atas Suaka Margasatwa Rawa Singkil, Aceh untuk memetakan tingkat deforestasi ilegal akibat dibukanya lahan sawit.Â
Hasil dokumentasi memperlihatkan kerusakan di beberapa kawasan konservasi prioritas tertinggi di Kawasan Ekosistem Leuser.