Program studi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) selama ini didominasi oleh mahasiswa perempuan. Mahasiswa laki-laki menjadi minoritas yang sangat kecil jumlahnya. Fenomena ini bukan tanpa sebab. Terdapat berbagai faktor sosial dan budaya yang melatarbelakangi rendahnya partisipasi laki-laki di bidang ini. Artikel ini akan membahas beberapa alasan utama di balik minimnya keikutsertaan laki-laki dalam prodi PAUD, serta solusi yang dapat dilakukan untuk menciptakan lingkungan pendidikan anak usia dini yang lebih inklusif dan beragam.
1. Stereotip Gender yang Mengakar
Salah satu penyebab utama minimnya jumlah mahasiswa laki-laki di prodi PAUD/PIAUD adalah kuatnya stereotip gender dalam masyarakat. Banyak orang masih memandang bahwa mendidik dan merawat anak-anak adalah peran yang "alami" bagi perempuan. Laki-laki sering dianggap tidak memiliki kelembutan, empati, atau kesabaran yang cukup untuk mendidik anak usia dini. Stereotip ini tidak hanya merugikan laki-laki yang memiliki minat di bidang ini, tetapi juga membatasi keberagaman pendekatan dalam dunia pendidikan anak.
2. Persepsi Masyarakat yang Kurang Mendukung
Profesi guru PAUD kerap dipandang kurang prestisius, terutama jika dijalani oleh laki-laki. Dalam banyak kasus, laki-laki yang memilih jalur pendidikan anak usia dini dianggap menyimpang dari norma sosial mengenai "maskulinitas". Label semacam ini dapat menciptakan tekanan sosial dan psikologis yang membuat laki-laki ragu untuk menempuh pendidikan atau karier di bidang ini.
3. Minimnya Figur Role Model
Ketiadaan figur guru laki-laki yang menonjol atau dikenal publik menjadi faktor tambahan yang membuat laki-laki enggan memilih prodi PAUD/PIAUD. Ketika tidak ada contoh nyata yang bisa dijadikan inspirasi, maka potensi minat pun sulit untuk tumbuh. Ketidakhadiran role model juga menyebabkan laki-laki yang tertarik menjadi guru PAUD merasa terisolasi atau tidak mendapat dukungan yang memadai.
4. Motivasi dan Dukungan yang Masih Terbatas
Meski menghadapi berbagai tantangan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki yang terjun dalam pendidikan anak usia dini memiliki motivasi yang kuat, baik secara intrinsik maupun ekstrinsik. Mereka percaya bahwa kehadiran mereka penting untuk memperkaya dinamika pengasuhan dan pendidikan anak. Namun, dukungan dari lingkungan akademik maupun sosial masih sangat dibutuhkan agar mereka dapat berkembang secara optimal.
Upaya Meningkatkan Partisipasi Laki-Laki di Prodi PAUD
Beberapa strategi berikut dapat dilakukan untuk mengatasi ketimpangan partisipasi mahasiswa laki-laki dalam program studi PAUD: