"Ketenangan sejati lahir dari hati yang bertaut kepada Allah, bukan dari energi kosmik atau ritual buatan manusia."
Di era media sosial, semakin banyak acara daring dan lokakarya yang dikemas dengan istilah menawan: meditasi, manifestasi, hingga energi kosmik. Salah satu tren yang belakangan marak adalah meditasi yang dikaitkan dengan fase bulan baru. Seolah-olah, bulan memiliki kekuatan khusus yang bisa memengaruhi nasib, keberuntungan, bahkan kehidupan manusia.
Bagi sebagian orang, ini dianggap sebagai cara modern untuk menenangkan diri. Namun bagi seorang Muslim, fenomena ini perlu dicermati secara kritis: benarkah ini hanya relaksasi batin, atau ada bahaya aqidah yang mengintai di baliknya?
Fenomena Baru di Era Spiritualitas Modern
Meditasi bulan baru yang sering disebut juga sebagai meditasi manifestasi, kini berkembang pesat dalam komunitas spiritual modern. Ada banyak istilah yang digunakan: new moon meditation, new moon manifestation, new moon spiritual rituals, hingga full moon meditation. Praktik ini diyakini memanfaatkan "energi" siklus bulan baru sebagai waktu simbolik untuk memulai sesuatu yang baru, refleksi, penyembuhan, dan menetapkan tujuan hidup.
Bagi penganut tren ini, bulan baru yang gelap dianggap membawa potensi besar untuk pembaruan dan transformasi, bahkan untuk "memanifestasikan" keinginan dalam hidup. Praktiknya meliputi visualisasi, afirmasi, rasa syukur, dan teknik pernapasan. Ribuan panduan meditasi semacam ini tersedia secara daring, menunjukkan bahwa peminatnya semakin meningkat di era spiritualitas kekinian.
Sekilas, praktik ini tampak indah dan sejalan dengan kebutuhan manusia akan ketenangan. Tetapi jika ditelaah lebih dalam, banyak unsur yang bertentangan dengan aqidah Islam.
Mengurai Makna Istilah
* Bulan Baru (Hilal)
Dalam Islam, hilal adalah tanda dimulainya bulan hijriyah. Tetapi dalam tren ini, bulan baru justru diposisikan sebagai sumber energi kosmik yang memberi peluang keberuntungan. Keyakinan semacam ini termasuk tahayul.
* Manifestasi
Konsep yang diambil dari Law of Attraction ini meyakini bahwa niat dan energi pikiran dapat "menciptakan realitas". Seakan-akan manusia punya kuasa penuh menentukan takdir. Ini jelas bertentangan dengan tauhid rububiyyah, karena hanya Allah yang menetapkan dan mengatur segala sesuatu.
* Meditasi
Islam mendorong muhasabah (introspeksi) dan tafakkur (perenungan). Namun, meditasi ala spiritual modern banyak mengadopsi ritual agama lain: posisi duduk tertentu, mantra, hingga "penyelarasan energi alam". Inilah yang disebut tasyabbuh (menyerupai ibadah non-Muslim), dan terlarang.
Mengapa Berbahaya?
Setidaknya, ada 3 bahaya yang mengancam dari praktik fenomena ini bila orang muslim mengikutinya:
* Menyuburkan Syirik Halus: Menisbatkan kekuatan gaib kepada bulan, energi kosmik, atau pikiran manusia.
* Membungkus Khurafat dengan Bahasa Modern: Istilah afirmasi, healing, dan manifestasi terdengar keren, padahal hakikatnya serupa perdukunan masa lalu.
* Menggoda Generasi Muda: Narasi "self-healing" dan "spiritual growth" membuat praktik ini terlihat positif, tanpa disadari berpotensi mengikis aqidah.