Bulan berpijar, malam pun sunyi
Di gedung megah, lampu berpesta tak henti
Meja penuh hidangan, tawa menggelegar
Di luar jendela, suara rintihan sayup terdengar
Kepada tuan dan puan, yang duduk di singgasana
Mata kami menatap, penuh harap, penuh makna
Janji-janji terucap, laksana madu di bibir
Tentang masa depan cerah, takkan pernah berakhir
Tuan, puan, ingatlah, suara kami yang memilih
Bukan sekadar angka, namun hati yang merintih
Kami titipkan asa, untuk sebuah perubahan
Jangan biarkan hilang, dalam kubangan keangkuhan
Ketika gedung megah menjadi saksi bisu
Tentang perdebatan tanpa arah, tanpa pilu
Kami di luar sana, berjuang dengan peluh
Mencari sesuap nasi, dalam hidup yang rapuh
Dengar, tuan, puan, jeritan para petani
Ketika harga panen jatuh, tak berharga lagi