Tes secara berkala pun saya lakukan. Soal dari internet saya unduh. Saya mengunduh soal empat tahun terakhir. Soal tersebut saya cetak lalu berusaha menjawabnya sesuai dengan jadwal yang saya tentukan sendiri.Â
Soal yang terdiri atas 40-50 nomor harus dijawab sekali duduk juga dengan durasi waktu yang telah ditentukan, saat itu saya setel waktu selama 80 menit. Tes tidak hanya sekali. Setiap, selesai tes, saya cara jawabannya lalu menganalisis tingkat kebenaran dan kesalahan saya.Â
Setelah mengetahui itu, langkah belajar harus kembali dilakukan. Memfokuskan pada materi yang banyak salah. Setelah merasa cukup, tes harus dilakukan lagi dengan soal yang berbeda.
Untuk mempersiapkan diri pada soal profesional di Kementerian Agama, tidak terlalu saya lakukan. Mengapa? Karena saat itu, saya bekerja sebagai tenaga pengajar di bimbingan belajar.Â
Sekarang, kawan-kawan yang akan mengikuti tes tahun depan persiapkan sesuai kebutuhan. Proses belajar mengajar di bimbingan belajar saya rasa cukup sebagai amunisi untuk menjawab soal profesional nantinya.
Tes pun tiba
Saya mempersiapkan diri dengan matang. Malam sebelum tes, aktivitas belajar saya hentikan. Buku saya susun dengan rapi di atas meja. Soal-soal dan materi yang tertempel di dinding saya buka. Komputer layar cembung saya matikan lalu atur dengan baik. Soal-soal yang telah dikerjakan saya rapikan dalam map lalu menaruhnya di rak buku.Â
Jadwal mengajar di bimbel diatur sebelumnya. Saya izin dua hari. Setelah salat Isya, saya makan secukupnya lalu segera tidur. Bangun lebih awal sebelum waktu subuh masuk harus diniatkan. Semua perlengkapan tempur dicek lebih awal. Pensil 2B mesti disiapkan minimal dua, papan pengalas, peraut, tisu, dan juga penghapus, walau berharap penghapus tidak saya gunakan.Â
Setelah salat Subuh, mandi, dan menyarap, perjalanan menuju lokasi tes pun lebih awal. Semua ini bertujuan untuk mempersiapkan psikologi. Tidak boleh ada perasaan grogi. Semua harus sesuai rencana. Saya duduk di depan ruang tes sambil memegang perlengkapan tes.Â
Di sekitar ruang, masih banyak calon peserta tes yang asyik mendiskusikan soal. Yang lain masih serius membaca soal atau buku yang dipegangnya. Saya tidak. Waktu persiapan serasa cukup untuk itu. Saatnya psikologi dipersiapkan.