"Aku... penjaga," jawab wanita itu, suaranya kini terdengar seperti lolongan. "Penjaga yang menunggu korban selanjutnya."
Secara perlahan, wanita itu mengulurkan tangannya yang kurus. Kuku-kukunya panjang dan tajam, mencoba menggapai Rima. Rima berteriak, tapi suaranya seperti tertelan oleh kegelapan. Ia mencoba berlari, tapi kakinya tidak bisa digerakkan.
Pintu di depannya tiba-tiba terbuka lebar, dan Rima melihat sepasang mata merah menyala di kegelapan. Mata itu menatapnya lurus, seolah mengunci jiwanya. Sosok itu perlahan-lahan keluar dari balik pintu, wujudnya mengerikan, menyerupai monster dengan tanduk dan taring yang panjang.
Rima menutup matanya rapat-rapat. Ia tidak bisa lagi lari. Ia hanya bisa pasrah, menunggu apa yang akan terjadi. Wanita itu tertawa, tawanya menggema di seluruh ruangan, memenuhi lorong yang sunyi. Tawa itu perlahan berubah menjadi tangisan pilu. Dan Rima tahu, ia adalah bagian dari tangisan itu sekarang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI