Pernah kukira kesendirian itu menyenangkan, hingga kudapati sebuah pulau menahan isak. Sudah lama pulau itu menanggung beban sepi: perih laut menampar-nampar tiap sisinya, getar awan menajamkan senyap penantian, dan camar-camar terkekeh mengejeknya.
Sering benar pulau itu menduga ujung tunggu: akan datang perahu laju, kapal-kapal yang singgah lama, atau jukung-jukung yang letih dijilat ombak. Tetapi, yang tiba selalu sepi. Pulau itu menunggu kita: menyiangi belukar kenangan; mencabuti semak luka; dan menebar benih harapan lebih banyak dibanding hujan curah.
Pernah kukira pulau itu telah menghapus jejak kita, hingga kutemui bekas bibir kita tumbuh menjulang: pohon kenangan, pohon kehilangan.
Batam, Agustus 2014