Ngenesnya kejadian begini selalu di saat suami gak ada di rumah. Udah pergi kerja keluar kota. Hadeeeeh... ngeselin!Â
"Penyakit" ini sudah terabaikan dari daftar finansial kami untuk segera dibetulkan. Kami menunda-nunda perbaikan ini karena masalah prioritas. Saya dan suami merasa belum perlu memperbaiki gipsum karena masih bisa di "tahan-tahan".Â
Ketika lebaran 2 tahun lalu, Kami meninggalkan rumah seharian. Dan ternyata hujan lebat. Kami sedang di rumah orang tua saya. Dan tidak berpikir apa-apa soal bocor.Â
Ketika sampai rumah, lantai kamar sudah tergenang. Ampun deh...Â
Kami pikir hujan hanya sesaat itu tidak akan menimbulkan genangan. Ternyata dugaan kami salah.Â
Saya dan suami saling membantu membereskan air yang tergenang. Jadi kalau musim hujan, saya jadi gak tenang. Was-was. Dan masalahnya selalu datang ketika curah hujan tinggi.Â
Setelah masalah terkuak, saya dan suami memanggil tukang sebagai niat serius kami untuk menabung memperbaiki.
Intinya, solusinya kami harus aci semen di atas dak rumah kami dan memberikan cat waterproof. Jika sudah di-waterproof aman, kata tukang. Sehingga tidak ada rembesan air yang turun menetes ke papan gipsum.
Jadi harus kami cicil beli semen, gipsum, cat, cat minyak dan waterproof.Â
Ternyata si cat waterproof ini mahal. 1 kaleng 4 kg dibandrol dengan harga 220.000. Dan kami harus membeli 2 kaleng.Â