Mohon tunggu...
Amelia
Amelia Mohon Tunggu... Tutor - Menulis Dengan Tujuan

Penulis amatir , mencari inspirasi dan terinspirasi

Selanjutnya

Tutup

Home Artikel Utama

Masalah Papan Gipsum Ketika Musim Hujan Datang, Waspadalah!

1 Februari 2024   18:44 Diperbarui: 2 Februari 2024   05:15 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi atap rumah bocor (SHUTTERSTOCK/VOLKOVSLAVA via Kompas.com)

Musim hujan yang membawa catatan penting dalam lingkaran masalah hidup saya. Mana jauh dari suami, lagi-lagi masalah gipsum. 

Masalah pertama gipsum kamar saya yang jebol di saat-saat curah musim hujan tinggi. Dak di atas kamar kami tidak memiliki saluran pembuangan air, sehingga jika hujan datang, air mengenang di atas dak kamar. 

Hal ini awalnya ringan. Hanya ada beberapa titik-titik noda lumut di atas gipsum kamar kami. Yang kemudian 'penyakit' ini melebar dan memperburuk keadaan. 

Ilustrasi lumut pada gipsum (Foto: Bangunan.co.id)
Ilustrasi lumut pada gipsum (Foto: Bangunan.co.id)

Kemudian dari beberapa titik lumut lama-lama melebar. Dan kamar kami menjadi lembab dengan dinding yang sedikit basah.

Akar masalahnya apa?

Ketika rumah kami direnovasi, dak atas kamar kami hanya di semen kasar. Usut punya usut, ternyata ketika renovasi, proyek ditinggal begitu saja dengan tukang yang bekerja. Dan tidak di awasi oleh mandor. Waktu itu, suami saya bekerja sehingga menitipkan pengawasan rumah dengan ibu (ibu mertua). 

Ternyata dak atas yang hanya disemen kasar membawa masalah ke depan. Sehingga ketika musim hujan, membawa titik-titik masalah. 

Karena lumut dan belum diwaterproof sehingga terjadi genangan air di atas dak kamar kami dan meninggalkan titik-titik noda lumut yang lama kelamaan jebol! 

Saya di rumah bersama anak-anak menyaksikan kejadian gipsum jebol. Karena rembesan air yang terus menerus menetes di atas gipsum dan ditambah lagi beratnya list dekorasi tempat lampu di pasang. Karena list papan dekorasi yang berat tadi menimbulkan roboh nya papan gipsum di sekitar bohlam lampu.

Ngenesnya kejadian begini selalu di saat suami gak ada di rumah. Udah pergi kerja keluar kota. Hadeeeeh... ngeselin! 

"Penyakit" ini sudah terabaikan dari daftar finansial kami untuk segera dibetulkan. Kami menunda-nunda perbaikan ini karena masalah prioritas. Saya dan suami merasa belum perlu memperbaiki gipsum karena masih bisa di "tahan-tahan". 

Ketika lebaran 2 tahun lalu, Kami meninggalkan rumah seharian. Dan ternyata hujan lebat. Kami sedang di rumah orang tua saya. Dan tidak berpikir apa-apa soal bocor. 

Ketika sampai rumah, lantai kamar sudah tergenang. Ampun deh... 

Kami pikir hujan hanya sesaat itu tidak akan menimbulkan genangan. Ternyata dugaan kami salah. 

Saya dan suami saling membantu membereskan air yang tergenang. Jadi kalau musim hujan, saya jadi gak tenang. Was-was. Dan masalahnya selalu datang ketika curah hujan tinggi. 

Setelah masalah terkuak, saya dan suami memanggil tukang sebagai niat serius kami untuk menabung memperbaiki.

Ilustrasi seorang tukang memperbaiki gipsum (Foto : Dok Pinterest via Dekoruma)
Ilustrasi seorang tukang memperbaiki gipsum (Foto : Dok Pinterest via Dekoruma)

Intinya, solusinya kami harus aci semen di atas dak rumah kami dan memberikan cat waterproof. Jika sudah di-waterproof aman, kata tukang. Sehingga tidak ada rembesan air yang turun menetes ke papan gipsum.

Jadi harus kami cicil beli semen, gipsum, cat, cat minyak dan waterproof. 

Ternyata si cat waterproof ini mahal. 1 kaleng 4 kg dibandrol dengan harga 220.000. Dan kami harus membeli 2 kaleng. 

Gapapa deh, gak 'jajan' barang pribadi demi kenyamanan kami bersama. Daripada hidup ga tenang. Saya bukan tipe orang yang bisa menabung. Jadi jika sudah dapat uang, langsung belanja barang. 

Barang-barang keperluan memperbaiki masalah rumah kami sebetulnya gak semahal ongkos tukang. Tukang harian yang kami bayar waku itu 180.000. Sekarang bahkan udah naik ongkos tukang harian 200.000. 

Dan ketika itu pun, tukang kerja gak bisa dipingin-in 1 hari beres. Kita pinginnya sih 1 hari beres. Tapi tukang kami waktu itu kerja di rumah lain. Jadi waktunya hanya hari Minggu saja. Itu pun sempat terjeda selama 2 minggu. 

Jadi kami tidur selama 2 minggu dengan pemandangan plafon bolong. Gak karu-karuan rasanya. 

Ketika tukang datang, saya memperhatikan caranya membetulkan gipsum dan menghilangkan noda lumut. Semoga saya masi inget nih. 

Kalau ada 1 kebisaan yang ingin saya kuasai, mungkin nukang. Karena ongkos tukang itu mahal. Lebih mahal daripada bayaran saya ngajar privat. Akibat saya jauh dari suami, saya jadi tau soal nukang dan barang-barang seperti semen, gipsum berapa harganya. 

Setelah masalah gipsum part I selesai, kini di musim hujan seperti saat ini masalah kedua datang lagi. 

Gipsum di dapur saya tiba-tiba turun. Sebenernya, sudah dari tahun kemarin suami wanti-wanti soal perbaikan. Tapi gak saya gubris. Bahkan dia duluan yang ngeh kalau gipsum dapur kami turun. Baik lah, akhirnya saya nanya tukang sebelumnya. Tapiii.... si tukang sudah keburu mudik. 

Saya pikir itu gak akan jadi masalah. Tapi 2 hari lalu si gipsum semakin turun dan menimbulkan suasana yang mencekam di rumah, di mana hanya ada saya dan anak-anak.

Singkat cerita, saya mendapat tukang yang alhamdulillah-nya, si tukang ini memang tukang khusus plafon. 

Ilustrasi seorang tukang memperbaiki gipsum (Foto : Dokpri Amelia)
Ilustrasi seorang tukang memperbaiki gipsum (Foto : Dokpri Amelia)

Belajar dari kejadian sebelumnya, kali ini saya gak mau menunda-nunda. Langsung bertindak. Panggil tukang, deal harga. Besoknya eksekusi. Rangka plafon kami adalah besi hollow. Mengatasi gipsum yang turun ternyata caranya:

  • Gipsum yang turun tadi dinaikkan pelan-pelan. Sebelum ini dilakukan, tukang mengecek ada berapa rangka dan letak rangka besi yang ada. Saya pun juga harus tau bagaimana caranya dan menganalisa. 
  • Setelah dicek, kemudian tukang menandakan titik-titik untuk memasukan beberapa paku ke dalam rangka besi. Sebagai langkah memperkuat pegangan gipsum. 

Masalah gipsum turun saya, kemungkinannya:

  • Beberapa titik paku tempat gipsum bercokol kurang jumlahnya. 
  • Paku yang terlalu dalam sehingga tidak mengunci gipsum yang lama-lama lepas karena tidak kuat menahan beratnya gipsum. Sehingga mas tukang menambah jumlah paku di beberapa titik. 

Kami tidak perlu mengganti gipsum karena gipsum kami di dapur masih bagus. Alhamdulillah di dapur tidak bocor. Di atas dapur sebelumnya sudah diaci dan waterproof. Sehingga ketika nukang, tidak ada bebelian barang. 

Langkah terakhir, tukang melakukan finishing dengan menutup paku yang ditambahkan tadi dengan lapisan cat/semen putih ya? Entahlah... hehe... 

Jadi di hari itu saya nukang membetulkan papan gipsum yang "melorot", hanya membayar ongkos tukang saja, sebesar 200.000 , upah harian. Sebelum manggil tukang, saya sudah observasi ke satpam lingkungan perumahan mengenai berapa kisaran upah harian tukang saat ini. Karena upah tukang setiap tahun naik loh. 

Dimana kebutuhan akan perbaikan rumah yang tinggi, sehingga perkara nyari tukang itu gak gampang. Dan gak bisa cepat beres. Alhamdulillah, kemarin ada tukang dekat rumah yang lagi nukang me- renovasi rumah di blok belakang rumah saya. Langsung gercep alias gerak cepat saya pintain bekerja harian untuk memperbaiki papan gipsum yang turun tadi.

Ilustrasi Besi Hollow (Foto : Kepuh Kencana Arum)
Ilustrasi Besi Hollow (Foto : Kepuh Kencana Arum)

Curah hujan yang tinggi, selain cuaca dingin bikin mager, baik nya waspada dengan 'kesehatan' papan gipsum. Papan gipsum berbahan tidak tahan air jika ketemu air sudah pasti bukan jodohnya. Malah berakhir petaka. 

Jika di atas gipsum anda sudah ada bercak lumut. Artinya, segera cek. Minimal manggil tukang buat cuma sekedar nanya-nanya. Daripada cuma menduga-duga. Karena nanya tukang sudah tindakan preventif mencegah penyakit kian parah. Masalah bangunan kalau dibiarkan malah jadi besar dan makin mahal pula biayanya.

Mumpuuuung masih gejala awal, sedini mungkin bisa diantisipasi. Kalau berat di nabung (apalagi saya yang gak kerja) cara aman menyelamatkan keuangan adalah membeli langsung barang yang diperlukan.

Tentunya barang yang daya simpannya aman dan tidak menimbulkan pengumpalan, selain semen. Karena ternyata semen itu gak bisa di simpen lama-lama. Waktu itu saya langsung beli cat waterproof dan papan gipsum. Sisa nya saya beli H-1 ketika akan mulai nukang. 

Semoga tips saya bermanfaat ya Kompasianer, waspadalah! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun