Mohon tunggu...
Alvin Nur Hidayat
Alvin Nur Hidayat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

seseorang yang suka menulis, humoris dan gemar mencoba hal baru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pembangunan Potensi Pemuda di Wilayah Industri Batik

29 November 2022   23:08 Diperbarui: 29 November 2022   23:16 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Produktifitas batik di pekalongan kian hari kian bertambah. Pertambahan bukan hanya dari sisi jumlah produksi tetapi juga tempat produksi. Hal ini tentu saja menunjukkan adanya perluasan lapangan pekerjaan. Kabar baik bagi kalangan para pencari kerja khususnya di sekitar wilayah Pekalongan, sebagai centra penghasil batik terbesar di Indonesia. 

Para pengrajin batik di wilayah Pekalongan banyak tumbuh secara mandiri atau berbentuk home industri. Sehingga mereka (pengusaha) tidak memiliki indicator atau kriteria khusus selain bisa mengoperasikan alat-alat pembuat batik. Oleh karenanya, banyak para pekerja tidak berdasarkan atas jenjang pendidikan melainkan atas dasar keuletan. 

Hal ini menjadi masalah besar pembangunan pemuda. Sebab akan banyak pemuda yang akhirnya tidak meneruskan sekolah dan lebih memilih untuk bekerja menjadi pegawai di home industri Batik. Realitas tersebut menjadi sebuah anomali di masyarakat. Pembangunan berkelanjutan yang disongsong pemerintah akan mengalami kegagalan dini, karena yang menjadi penggerak pembangunan ialah pemuda. 

 Pembangunan berkelanjutan yang meliputi berbagai aspek kehidupan demi masa depan generasi lebih baik, ini merupakan tugas bagi pemerintah karena menyangkut keberlangsungan hidup yang lebih baik untuk warganya. 

Pembangunan berkelanjutan yang menjadi titik fokus dari pemerintah untuk para pemuda adalah di bagian pendidikan dan ekonomi. Seperti yang diketahui bahwa banyak para pemuda memilih untuk mengakhiri masa pendidikannya untuk mengais pundi-pundi uang di dunia home industri, ditambah banyak penyedia lapangan pekerjaan home industri juga tak peduli dengan masalah pendidikan dari karyawannya yang rata-rata adalah para pemuda yang putus sekolah.

Harusnya pengrajin batik meskipun home industri juga harus memastikan kelayakan diri pekerja. Selain itu juga harus memberikan kesempatan dalam meningkatkan potensi diri para buruh, ini bertujuan agar program dari pemerintah mengenai pembangunan berkelanjutan terealisasikan dan menjadikan para pemuda yang tak hanya merasakan kerasnya dunia kerja namun juga merasakan bangku pendidikan yang layak. 

Hal ini juga menjadikan pemuda yang berkualitas untuk bisa menentukan masa depannya, karena dengan pendidikan yang diimbangi dengan keuletan dalam bekerja dapat menghasilkan potensi baru dalam dunia industri batik.

Pekalongan yang dikenal sebagai kota batik hampir sebagian dari daerahnya di Kabupaten maupun Perkotaan ini mayoritas sebagai pekerja industri. Lapangan pekerjaan industri yang paling banyak berbentuk ialah home industri. 

Home industri sendiri yang berada di pekalongan saling bersaing untuk mendapatkan keuntungan dari produk yang dijual, dengan banyaknya home industri akibatnya banyak juga membuka lapangan pekerjaan bagi siapapun yang memiliki kemampuan di bidangnya. 

Peran pemuda sebagai tombak utama dalam pembangunan perekonomian daerah mengalami penaikan semenjak tahun 2020 saat Virus Covid-19 melanda Indonesia. Sejak tahun itu banyak pemuda putus sekolah dan mulai mengembangkan potensi dirinya sebagai salah satu pekerja home industri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun