kemarin,
kusambut kalimatmu dengan rasa bangga,
harap kedepannya benar benar jadi nyata,
didepan banyak pasang mata,
ungkapanmu begitu meyakinkan  tanpa keraguan adanya.
kepercayaan dirimu pun begitu tertata.
serasa masa lalumu begitu sempuurna.
adapun saat ini aku menanti ucapanmu kemarin,
dimana kalimat yang keluar dari mulutmu begitu mantap nan meyakinkan terdengar,
akupun  tidak berhati tegar,
suka-suka saja mendengar lalu percaya begitu saja,
begitu tau kenyataannya,
hati malah serabutan menyalahkan dengan banyak tuduhan nonfakta.
depresi dengan kenyataan yang ada,
sebab tak sesuai ekspektasi awal bayangan sementara,
meski bukan janji,
ucapanmu adalah kepercayaan sekitarmu,
sekali dua kali mungkin masih boleh-boleh saja,
namun kalau sudah kesekian kali siapa yang mau percaya.