Mohon tunggu...
Alpistasedo Pelawi
Alpistasedo Pelawi Mohon Tunggu... Penulis - Sudah menerbitkan sebuah novel dan dua buku puisi

Sedang mengerang rindu dalam mengarang cinta..

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Dua Manfaat Tersembunyi dari Berbelanja Bersama Pasangan bagi Pria

20 Juni 2022   21:00 Diperbarui: 20 Juni 2022   21:09 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Pergi berbelanja tentu adalah kegiatan yang menyenangkan bagi banyak orang. Semacam ada perasaan bangga saat bisa menggunakan gaji atau penghasilan yang didapat dengan keringat untuk membeli kebutuhan primer, sekunder atau bahkan untuk membeli barang-barang mahal atau mewah yang dijadikan sebagai apresiasi kepada diri sendiri. Rasa-rasanya, ada keberhasilan kecil yang perlu disyukuri dengan melakukan kegiatan belanja.

 Paling tidak, dengan melakukan belanja, apalagi belanja kebutuhan sehari-hari, kehidupan kita dapat tetap berjalan lancar. Dengan melakukan belanja bulanan atau mingguan, misalnya, kita akan mendapat rasa aman karena tidak bakal merasa kekurangan sabun mandi atau parfum selama seminggu atau sebulan ke depan. 

Kita juga akan menerima rasa senang karena mampu menganalisa kebutuhan sendiri, karena mampu mencatat atau mengingat barang-barang kebutuhan kita sendiri, sebelum kemudian mulai pergi ke pasar atau minimarket untuk membuat kebutuhan itu terpenuhi. Apalagi jika kita bisa membuat pertimbangan dan pilihan terkait diskon dari produk-produk yang kita butuhkan.

 Namun, masih ada manfaat lain dari melakukan belanja yang bisa diperoleh, terlebih oleh pasangan-pasangan. Berikut manfaat-manfaat tersembunyi dari berbelanja bersama pasangan itu:

 

1. Barang yang Kita Beli Menunjukkan Siapa Kita

 

Disadari atau tidak, kita pasti menggunakan perasaan dan pikiran saat membeli barang-barang. Produk-produk yang dipajang oleh produsen-produsen di pasar atau minimarket atau di unggahan pada media sosial itu tentu pula sudah melalui sejumlah proses marketing dan branding sedemikian rupa, sehingga barang-barang itu menggoda calon pelanggan seperti kita. 

Di situlah proses tawar-menawar pertama kali terjadi ketika kita punya suara di dalam kepala kita. Suara-suara itu bisa berbunyi, "Eh, ada merk baru", "Ini, kan, yang dipakai si artis itu", "Ih, warnanya bagus", "Wow, kemasannya unik" dan lain seterusnya. Jelas saja, bagi kita yang masih menjajaki pasangan atau ingin mengorek isi kepala dan isi hati pasangan supaya kita bisa yakin sepenuhnya dengan doi, mengajaknya pergi belanja adalah cara yang jitu.

 Dengan melakukan belanja bersama pasangan, kita bisa ngetes doi dengan pura-pura bertanya atau betul-betul bertanya padanya. Tes ini biasanya dilakukan oleh perempuan. Namun, tak ada salahnya kalau para pria mengerjakannya. Tes ini bisa dicoba dengan menanyakan, "Dek, bagus yang mana?", terhadap dua sabun cuci piring.

Dua jawaban si adek di bawah mungkin akan membantu kita menyimpulkan caranya berpikir, "Adek biasa pakai yang ini, bang" atau "Yang ini aja, bang. Lebih murah". Maka, jawaban pertama si adek adalah petunjuk bahwa si adek menyarankan barang yang biasa dipakainya, yang tidak perlu diragukan lagi. 

Sedangkan, jawaban si adek yang ke dua adalah tanda bahwa si adek tidak terlalu peduli kualitas. Jadi, kesimpulan dari jawaban si adek yang pertama adalah, "Untuk urusan dapur, abang duduk manis aja, ya" dan kesimpulan dari jawaban si adek yang ke dua adalah, "Sama-sama sabun, kok, bang. Ngapain pusing".

 Di sisi kita, para pria yang tengah mencari tahu tingkat kecocokan dengan pasangan ini, kita bisa memberi reaksi yang kira-kira dapat ditangkap dengan jelas oleh si adek. Contohnya, tanggapan kita terhadap jawaban pertama si adek, "Oh, iya, ya? Ya, udah, deh. Pilihan adek pasti yang terbaik". Atau, beginilah kira-kira balasan kita untuk jawaban ke dua si adek, "Abang pilih yang ini aja (Yang bukan dipilih si adek)". 

Dua tanggapan kita tersebut tentu merupakan tanda yang jelas bagi si pasangan bahwa kita benar-benar suka dengan doi (tanggapan pertama) atau bahwa kita membuka kesempatan untuk adu pikiran (tanggapan ke dua). Tes serupa bisa kita kerjakan dengan mengganti sabun cuci piring tadi dengan barang lain seperti parfum, celana dalam atau pakaian lain. 

Semakin domestik barangnya, pasti akan semakin menarik jawaban, tanggapan dan kesimpulan terhadapnya. Dari sana, kita akan mendapat gambaran, apakah si adek menjanjikan hubungan yang harmonis atau tidak.

 

2. Belanja Kebutuhan Bersama Adalah Kerja Kolaborasi

 Sesudah melewati ujian di atas (tingkat kecocokan kita dan si adek ternyata bagus dan hubungan tersebut bertahan bahkan melaju menuju tahap selanjutnya), pergi berbelanja bersama pasangan tentu bukan lagi kegiatan yang sama. Berbelanja dengan pasangan yang sudah menjanjikan hubungan serius tentu berbeda dengan berbelanja dengan pasangan yang masih dalam proses tes. 

Maka, perubahan manfaat dalam kegiatan berbelanja bersama pasangan bagi pasangan yang sudah saling mengikat diri dalam komitmen tersebut terpaksa ikut menjadi serius.  

Singkatnya, berbelanja bersama pasangan bagi pasangan yang hubungannya sudah lebih serius adalah kegiatan kolaborasi.

 Jika sebelumnya berbelanja dengan pasangan adalah salah satu upaya untuk menimbang kelanjutan hubungan dengan pasangan, maka, pada tahap selanjutnya, berbelanja dengan pasangan adalah upaya untuk mendengarkan pasangan atau berbicara kepada pasangan. 

Dua hal ini, biasanya, adalah dua hal yang sulit dibedakan. Banyak pasangan yang gagal dalam membedakan kapan waktunya untuk bicara dan kapan waktunya untuk mendengarkan. Jadi, berbelanja dengan pasangan, dapat dijadikan sebagai waktu untuk mempelajari kapan pasangan ingin mendengar dan kapan pasangan ingin didengar. 

Pun sebaliknya, pasangan seharusnya mengerti kapan waktu bagi kita bicara dan kapan waktu bagi kita mendengar.

 Saat berbelanja, apalagi berbelanja kebutuhan bersama bagi pasangan yang sudah tinggal satu rumah, semua kegiatan berbelanja sudah tidak lagi dilakukan sendirian. Mulai dari menyisihkan gaji atau penghasilan untuk dihabiskan berbelanja kebutuhan, 

mencatat atau mengingat kebutuhan yang perlu dibeli, memutuskan tempat untuk berbelanja sampai membeli sesuatu yang sebetulnya bukan bagian dari rencana belanja, semuanya harus dilakukan berdua dan semuanya mesti dikerjakan bersama-sama.

 Mungkin ini terdengar sepele karena biasanya yang berbelanja adalah pasangan. Kita, para lelaki, kepala atau calon kepala keluarga ini, terbiasa dengan konsep bahwa suami hanya perlu memberi uang bulanan ke istri dan istri-lah yang melakukan semua kegiatan belanja tadi. 

Cukuplah kita yang mencari uang dan biarkan istri melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan agar kebutuhan selama seminggu atau sebulan ke depan menjadi aman. Begitulah yang tertanam di kepala kita selama ini. 

Namun, bagaimana jika ternyata pasangan kita juga bekerja atau punya penghasilannya sendiri? Bukankah sudah mulai dibunyikan oleh orang-orang bahwa untuk memenuhi kebutuhan di jaman sekarang ini, si istri juga mesti ikut bekerja supaya kebutuhan hidup terpenuhi?

 Jadi, tentu saja melakukan semua kegiatan belanja secara bareng-bareng tadi menjadi penting. Kita dan pasangan sudah harus berdiskusi sejak awal mengenai berapa anggaran yang ada, yang bakal dialokasikan untuk kebutuhan sehari-hari. Bila kita dan pasangan ternyata punya penghasilan masing-masing, diskusi itu malah sangat penting. 

Apalagi kalau penghasilan pasangan kita lebih besar daripada penghasilan kita, jangan sampai perbedaan digit di rekening itu menjadi bom waktu yang akan meledakkan hubungan kita. Ingat saja film Crazy Rich Asian yang membawa isu demikian.

 Selanjutnya, setelah selesai dengan soal anggaran untuk belanja, kita harus turut membantu pasangan kita untuk menginventarisir barang-barang kebutuhan yang perlu kita beli. 

Jangan biarkan pasangan kita melakukannya sendirian agar kita tak menyalahkan pasangan kita melulu kalau ternyata ada barang kebutuhan kita yang lupa dibeli atau lupa ditambah stoknya. Kita tentu harus tetap perhatian dan peduli dengan diri kita sendiri dalam rangka mengurangi beban pasangan kita, yang secara sosial sudah dibebani urusan rumah tangga. 

Kehadiran kita dalam perkara-perkara penting yang sering dianggap sepele itu tentu akan menyenangkan hati pasangan kita. Lalu, seusai semua persiapan belanja sudah matang, kita bisa lanjut berbelanja dengan tenang dengan pasangan karena semua baik-baik adanya. 

Mungkin, kita dan pasangan bisa menganggap berbelanja yang tertata rapi begitu sebagai liburan kecil, yang menambah kehangatan hubungan dan yang menambah semangat kita untuk mencari cuan. Semoga. Amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun