Mohon tunggu...
Alpaprana
Alpaprana Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Jika arwah sang penyair, dan setumpuk kesedihan pecinta sastra mengalir di urat nadi, maka ijinkanlah aku mencumbui setiap mata yang membaca rangkaian kalam rahsa alpaprana (aksara biasa), sampai terbenamnya bahasa penaku di keabadian sulbi makhluk berkulit tanah, sebelum tiupan sangkakala memanggil, menyentuh udara kiamat, hingga membangunkan seisi jagad raya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cinta, di Mana Aku?

10 Mei 2016   15:59 Diperbarui: 10 Mei 2016   16:19 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyeka luapan air dari mata teduh kekasih(ku)

memeluk kesunyian waktu

wajah polos jantung tertahan beku

sebab cinta, diri sejenak melupa rasa sakit yang membiru.

"Di mana, aku?"

Seperti pena yang menuliskan rasa kekasih dalam kerinduan, warna tinta(ku) merangkum kisah asmara yang kelak terabaikan.

Inikah yang disebut,"Cinta?"

Suara kekasih berbisik, "Aku terus saja menginginkan lembut napasmu, di setiap kehampaan jiwa memikirkanmu, dan menunggu gelap di ruang terang semu."

Cinta, waktu berbalik

bertanya, rasa(ku) menyambutmu (kekasih), lagi. "Aku bukanlah kesedihan yang kau butuhkan. Menutup mata, mengutuk cinta."

Hanya itu, tidak ada yang bisa kulakukan, bahkan kerinduan semakin melumpuhkan titik lemah jantung(ku).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun