Mohon tunggu...
Agung Laksono
Agung Laksono Mohon Tunggu... Guru - Putune mbah nun

Tulisanku terkadang kontradiksi dari yang kita imani sebagai norma selama ini tapi sebenarnya itu hanya sebuah paradoks yang merepresentasikan kehidupan dari sudut pandang yang jarang dilirik, memaknai peristiwa bukan sekedar menceritakan kejadian. Agung Laksono

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Ingin Mengubah Takdirku, menikah dengan Perempuan yang Pandai Membaca Puisi

23 Juni 2019   10:37 Diperbarui: 24 Juni 2019   08:25 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: kanalaceh.com

Aku ingin menikahi  perempuan yang pandai Berpuisi

Apakah salah seseorang laki laki yang ingin hidup dengan pendamping yang bisa pandai membaca bait-bait puisi. Tidak perlu bisa memasak, mempoles wajah dengan make up, berharta kaya dan berstrata mulia. 

Alangkah senang diri, setiap hari melihat dia menyambut hari dengan membawakan kalimat indah yang menentramkan hati, bahkan dia mengucapakan pelafalan dengan tepat, mudah dipahami maksudnya, gampang dimengerti dan manfaatnya akan menguatkan komunikasi dalam keluarga.

mengaji juga termasuk membaca puisi, bukan ?

Karena di dalamnya mengandung lughoh sastrawi yang tinggi, mana yang tidak mau seorang perempuan yang pandai membaca puisi dengan makroj, tajwid dan panjang pendek yang bener ?

Perempuan pembaca puisi adalah makhluk yang pandai merepresentasikan perasaan dengan tepat dari apa yang ditangkap dari objek kehidupan. Dia juga pandai dalam memposisikan mimik wajah, memasang kesedihan disaat tepat, bahagia dengan cara benar.

Wanita yang tidak muluk harus tampil menyenangkan dan berpura menyembunyikan kesedihan, tidak bisa menangis selalu bahagia, tampakya itu tidak mungkin karena pada dasarnya sedih dan senang adalah  dua mata koin tak terpisahkan. Hanya Pembaca puisi yang mengerti bagaimana menempatkan sesuatu pada porsinya dengan persisi.

Andai bisa memilih, aku ingin menikahi dan menutup hayat bersama perempuan yang pandai berpuisi, yang tahu intonasi dari puisinya. Bagaimana memilih waktu berjeda, mengambil jarak antar bait, agar tidak saling menyakiti disaat mengambil rindu.  

Bagaimana mungkin bisa membaca puisi jika tak memahami kata dan makna. Bisa metamorfosa retorika tapi tidak paham  dari makna tentu tidak ada artinya dan miskin nilai.

Tentu perempuan yang pandai berpuisilah yang paling kaya dengan nilai.

Kemarin aku ditanya " Kenapa disaat akhir percintaan selalu dengan cidera " Karena perempuan tidak bisa membaca dari tanda-tanda dan kosakata yang rumit dari implikasi dari objek yang ditangkap indrawi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun