Mohon tunggu...
puspalmira
puspalmira Mohon Tunggu... Freelancer - A wild mathematician

Invisible and invincible IG: almirassanti

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mutar-mutar Seharian di Phnom Penh, Siapa Takut? (Part 1)

9 Agustus 2019   23:36 Diperbarui: 15 Agustus 2019   13:58 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di terminal terpadu Pulo Gebang, Damri terakhir berangkat pukul 19.00 tepat. Karena saya tiba di Pulo Gebang pukul 19.12, saya harus mengejar Damri terakhir yang berangkat dari terminal Rawamangun.

Dari Pulo Gebang ke Rawamangun, saya menumpang Transjakarta seharga IDR 3.500. Jangan khawatir, satu kartu e-money bisa digunakan untuk lebih dari satu penumpang sekaligus. Asal saldonya cukup lah yaaa. Namun kabarnya, sejak dulu pemerintah ingin menerapkan sistem one man one ticket yang sampai sekarang belum berlaku.

Di terminal Rawamangun, Damri terakhir berangkat pukul 20.30 (jadwal yang tertera di web adalah pukul 20.00). Jika tertinggal, bus selanjutnya masih akan berangkat pukul 4 pagi keesokan hari.

Jadi, perhatikan baik-baik jadwal busnya yaaa. Tanpa si Damri ini, kita harus merogoh kocek sampai 200 ribuan untuk menumpang taksi. Oh ya, tarif bus Damrinya hanya IDR 40.000 dan akan diantar sampai terminal berapapun yang kita tuju.

Sampai di Bandar Udara Internasional Phnom Penh...

Hal pertama yang saya lakukan sesampainya di bandara adalah mencari gerai SIM card lokal dan tempat penukaran uang. Saya mengambil tawaran paket data termurah, yaitu Metfone 4.5G seharga USD 5 dengan masa berlaku 7 hari.


Sebenarnya, niat hati terdalam sangat ingin membuang kartu SIM dan koneksi internet dari daftar kebutuhan. Pengeeeeeen gitu bener-bener mbolang murni pakai insting, GPS alias gunakan penduduk sekitar, kompas, dan peta konvensional. Tapi piye ya, bakat nyasar udah terlalu mendarah daging dalam diri saya.

Daripada ndak bisa pulang, mending kesampingkan dulu obsesi mbolang ala orang hutan kayak gitu. Eh tapi dulu pernah berhasil lho mbolang pake peta beneran!

Urusan tukar menukar uang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan. Walau termasuk negara berkembang, Kamboja sudah menggunakan mata uang Dolar Amerika secara luas.

Pedagang asongan dan penarik bajaj pun menerima dua jenis mata uang yaitu Dolar Amerika (USD) dan Riel Kamboja (KHR) dalam transaksi sehari-hari.

Jangan khawatir akan rugi. Mereka tetap memberikan uang kembalian dalam pecahan Riel jika harga yang dibayarkan di bawah satu dolar. Eitsss tapi di sini semuanya mahal. Hampir nggak ada tuh prentilan-prentilan yang harganya di bawah 1 dolar. Meski begitu, saya tetap menukar uang dengan pertimbangan pasti ribet jika tidak punya 'uang kecil'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun