Kabayan lalu disuruh untuk menunggui hawu (tungku) agar apinya tak padam. Sementara Nyi Iteung menyiapkan nasi yang masih panas. "Masih lama ini th Teung?" tanya Kabayan sambil melongok ke dalam kuali.
"Lima menit lagi!"
"Lama amat!"
"Memang kenapa, mau buka sekarang?"
Kabayan nyengir, "Ya enggak lah...." Jawabnya.
Untunglah, pas adzan berkumandang dan mereka membatalkan puasanya dengan segelas air hangat, angeun tutut itu sudah siap dihidangkan. Tanpa basa basi lagi, Kabayan langsung menyambarnya. Nikmat banget, nasi putih masih hangat, angeun tutut segar.
"Istimewa makanannya hari ini Teung..." kata Kabayan sambil mengelus-elus perutnya yang kekenyangan. "Ngomong-ngomong, besok mau masak apa lagi?"
"Sate tutut..." jawab Iteung.
"Terus, besoknya?"
"Pais tutut!"
"Terus?"