Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (97) Renungan Diri

6 Maret 2021   20:43 Diperbarui: 7 Maret 2021   21:31 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

*****

Tuan Nikoladze dan rombongan belum pulang juga saat Soso tiba di penginapan. Keesokan harinya pun, hingga waktu sarapan, hanya berempat lagi, Soso, Natela, Pak Leta dan Pak Naza, pegawai Balai Kota Poti yang tak diajak serta kemarin.

Lalu menjelang siang, Pak Berat, kusir kereta yang semalam ditemui Soso di dekat pelabuhan menemuinya. Setelah berunding dengan yang lain, akhirnya diputuskan Soso dan Natela akan menyusul Tuan Nikoladze, sementara Pak Leta dan Pak Naza menunggu di penginapan, takutnya mereka tak bertemu. Pak Leta hanya menyarankan, jika Soso dan Natela tak bertemu dengan Tuan Nikoladze, mereka harus segera kembali.

Maka berangkatlah Soso dengan Natela ke Tsemdolina menumpang kereta yang dikusiri Pak Berat Yildrin, orang Turki itu.

Seperti kata Pak Berat, perjalanan ke Tsemdolina itu melalui jalur ramai yang merupakan jalur menuju Krasnodar, sebuah kota yang lebih besar dan lebih ramai. Menurut Pak Berat, untuk sampai ke Krasnodar mereka harus menempuh jalur yang memutar, menuju kr barat dulu, lalu berbelok ke timur laut. Hal itu karena harus mengitari perbukitan yang tak mudah ditembus jika menggunakan kendaraan, kecuali jalan kaki atau naik kuda, barulah bisa mencari jalan pintas. Itupun tak mudah, karena harus melewati daerah hutan.

Jangankan hutan yang di perbukitan itu, sebelum mencapai Tsemdolina pun mereka sudah akan bertemu dengan wilayah hutan yang masih rawan, Tsemesskaya. "Banyak bandit yang mengincar harta para pedagang di situ!" kata Pak Berat. "Kalau siang begini sih mending, karena ramai, patrol polisi pun banyak..."

"Kalau di sini banyaknya pendatang, terus polisi-polisi itu didatangkan dari mana Pak?" tanya Soso.

"Kalau yang tinggi-tinggi pangkatnya ya orang Rusia, tapi kalau yang rendahan, macem-macem, orang Turk pun banyak yang jadi polisi rendahan. Di sini sih asal mau, kau bisa cepat jadi anggota polisi. Tapi pekerjaannya berat, di pelabuhan banyak bandit, di jalanan banyak penyamun..." jawab Pak Berat.

"Kok semalam rasanya aman?" imbuh Soso.

"Karena kamu tak membawa apa-apa, dan kamu masuk di wilayah orang Turki, coba kamu masuk ke wilayah utara pelabuhan, belum tentu. Di situ wilayahnya orang Armenia!" tambah Pak Berat.

"Orang Armenia banyak juga di sini?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun