Harapan Yang Tanggal
Selepas Salat Jumat
Kulihat Matahari begitu teriknya
Menyilaukan mata
Berarak pelan menuju ufuk barat
Embrio awan-awan tak mampu menekuknya
Pancaran sinarnya kian memuncak
Bulir-bulir peluh memenuhi rongga-rongga
Dalam hilir-mudik pencari uang
Riuh-rendah kesibukan orang-orang
Langkah-langkah kaki kian lunglai
Kehabisan energi
Kehabisan rindu
Menjadi serak-serak palsu
Menuju gumpalan tanah-tanah retak
Sebagian terlelap dalam mata yang tertutup
Dalam gaduh tangis anak-anak kecil
Kehabisan susu
Ibunya menggenggam harapan yang tanggal
Ayahnya meninggal
Dan mereka berselisih tentang sebab musababnya
Pun juga asal-usulnya
Penajam Paser Utara, 23 Oktober 2020
Ali Musri Syam Puang Antong
*Puisi Sebelumnya: https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/5f919f36d541df3bb52eb1b3/padamu-kekasih-inspirasi-kompasiana
*Puisi Lainnya: https://www.kompasiana.com/alimusrisyam/5f8f1387d541df38f77acb72/siklus-embun