3. Sa'i: Perjuangan dan Keteguhan
Sa'i antara Shafa dan Marwah mengingatkan umat pada keteguhan Siti Hajar, yang berlari antara dua bukit demi mencari air bagi putranya Ismail. Menurut Fakhruddin Ar-Razi dalam Mafatih al-Ghaib, ritual ini menegaskan bahwa ikhtiar dan tawakal tidak boleh dipisahkan-usaha manusia harus diiringi keyakinan penuh kepada kehendak Allah.
4. Tahallul: Simbol Penyucian Diri
Tahallul, yakni mencukur rambut, menandakan penyucian batin dan penghapusan dosa. Dalam tafsir Ibnu 'Ajibah, tahallul dipahami sebagai "pembebasan dari ego (nafs) yang mengikat hati," agar manusia kembali dalam keadaan fitrah.
Makna Teologis dan Sosiologis Umrah
Dari aspek teologis, umrah merupakan manifestasi dari tauhid-pengakuan mutlak atas keesaan Allah. Ziarah ke Ka'bah adalah perjalanan menuju pusat spiritual umat Islam, tempat yang dijadikan kiblat bagi seluruh makhluk beriman. Menurut Sayyid Quthb dalam Fi Zhilal al-Qur'an, perjalanan ini meneguhkan makna "pengembalian diri kepada sumber asal," yaitu Allah SWT.
Dari aspek sosiologis, umrah memperlihatkan egalitarianisme Islam. Dalam ihram, perbedaan ras, bangsa, dan status sosial lenyap. Semua jamaah setara di hadapan Tuhan, mencerminkan semangat ukhuwah Islamiyah dan persaudaraan universal. Inilah yang disebut oleh Ali Syariati sebagai "haji sebagai revolusi spiritual sosial" - di mana umrah dan haji menjadi sarana membongkar sekat-sekat sosial yang diciptakan manusia.
Nilai Edukatif dan Transformasi Moral
Umrah memiliki nilai-nilai pendidikan yang multidimensional:
Disiplin spiritual: jamaah dilatih menaati aturan ihram dan tata ibadah dengan tertib.
Kesabaran dan pengendalian diri: terutama saat menghadapi keramaian dan keterbatasan fasilitas.