Mohon tunggu...
Alfredo Ferdiansyah
Alfredo Ferdiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Suka Olahraga dan Kesehatan Tubuh

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Memahami Kebiasaan Kesehatan Gen Z: Antara Tren Media Sosial dan Kehidupan Nyata

19 Juni 2025   21:56 Diperbarui: 19 Juni 2025   22:11 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sebagai generasi yang sangat terhubung dengan teknologi, Gen Z cenderung mengandalkan makanan yang praktis dan cepat, termasuk cemilan rendah nutrisi. Banyak dari mereka kerap melewatkan waktu makan utama dan menggantinya dengan cemilan, yang sering kali menjadi sumber kalori utama namun miskin zat gizi penting untuk pertumbuhan dan perkembangan. Meskipun sebagian dari mereka menyadari pentingnya pola makan sehat, preferensi terhadap makanan olahan dan cepat saji tetap tinggi karena ketersediaannya yang luas dan kemudahan akses.

Penelitian menunjukkan hubungan erat antara konsumsi cemilan tidak sehat dengan peningkatan kasus obesitas, diabetes, dan penyakit jantung pada usia muda. Gen Z termasuk kelompok berisiko tinggi mengalami obesitas akibat pola makan yang dipengaruhi oleh lingkungan, promosi makanan cepat saji, dan kebiasaan digital yang memicu konsumsi makanan tinggi kalori namun rendah nutrisi. Gaya hidup mereka yang sibuk juga mendorong pilihan terhadap makanan yang dapat dikonsumsi saat bepergian dan tidak membutuhkan persiapan.

Namun demikian, kesadaran akan bahaya makanan olahan mulai mendorong sebagian Gen Z untuk beralih ke cemilan yang lebih sehat, seperti granola bar atau produk berbasis buah yang mengandung serat, protein, dan rendah gula (Raptou et al., 2024). Meski ada pergeseran positif ini, mereka tetap mengutamakan aspek kepraktisan, rasa, dan kemasan yang sesuai dengan gaya hidup aktif dan dinamis.

Pembahasan 

Generasi Z merupakan kelompok yang sangat terhubung dengan teknologi dan media sosial, yang secara signifikan memengaruhi kebiasaan makan mereka. Tren kuliner yang tersebar luas di platform seperti TikTok dan Instagram sering menjadi acuan dalam menentukan preferensi makanan. Banyak individu dalam kelompok ini mengandalkan rekomendasi dari influencer dan food blogger untuk mencoba makanan baru. Konten visual yang menarik mengenai makanan sehat berpotensi meningkatkan minat Gen Z terhadap camilan bergizi sebagai alternatif makanan olahan tinggi kalori.

Namun demikian, peningkatan kesadaran terhadap gizi belum sepenuhnya diikuti oleh perubahan perilaku konsumsi. Hambatan utama termasuk harga camilan sehat yang relatif tinggi dan keterbatasan pilihan produk di pasaran, yang sering kali tidak sesuai dengan preferensi rasa Gen Z. Oleh karena itu, inovasi dalam pengembangan rasa dan desain kemasan sangat diperlukan untuk meningkatkan daya tarik produk sehat bagi kelompok ini. Strategi pemasaran digital yang melibatkan influencer dan kampanye interaktif terbukti efektif dalam meningkatkan ketertarikan Gen Z terhadap makanan sehat serta memperkuat pesan edukatif tentang pentingnya gizI.

Media sosial juga berperan strategis dalam membentuk persepsi terhadap gaya hidup sehat. Influencer dan brand memanfaatkan platform digital untuk mengedukasi sekaligus memengaruhi keputusan konsumsi makanan melalui konten yang kreatif. Pendekatan ini, termasuk tantangan makanan sehat dan kampanye berbasis konten edukatif, telah menunjukkan efektivitas dalam mendorong perubahan perilaku konsumsi yang lebih sehat dan berkelanjutan.

Di sisi lain, faktor psikososial seperti tekanan sosial, lingkungan pertemanan, dan gaya hidup cepat turut memengaruhi pilihan makan Gen Z, yang cenderung mengarah pada konsumsi praktis dan instan. Oleh karena itu, intervensi berbasis digital yang menyampaikan edukasi gizi secara menarik dan mudah dipahami sangat diperlukan untuk membentuk kebiasaan makan yang lebih baik. Kombinasi strategi pemasaran digital, inovasi produk, dan edukasi gizi berpotensi menjadikan pola makan sehat sebagai bagian integral dari gaya hidup Gen Z.

Kebiasaan mengonsumsi junk food berdampak negatif terhadap kesehatan, terutama di kalangan mahasiswa. Pola makan tidak sehat ini dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas, penyakit kardiovaskular, dan diabetes tipe 2. Pengaruh media sosial memperkuat fenomena ini melalui eksposur konten makanan, promosi diet ekstrem oleh influencer, dan iklan makanan tidak sehat yang membentuk perilaku konsumsi digital.

Lebih lanjut, dalam konteks genetika, kebiasaan makan yang dipengaruhi media sosial dapat memicu perubahan epigenetik. Konsumsi makanan tinggi gula dan lemak yang dipromosikan secara digital dapat memodifikasi ekspresi gen yang mengatur metabolisme dan respons inflamasi. Jika pola ini terus berlanjut, dampaknya tidak hanya bersifat fisiologis, tetapi juga genetik.

Penting juga untuk disadari bahwa informasi terkait pola makan sehat di media sosial seringkali tidak berbasis bukti ilmiah. Karena itu, kemampuan kritis dalam memilah informasi sangat penting agar keputusan konsumsi mendukung kesehatan secara menyeluruh, termasuk pada level ekspresi genetic.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun