Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sekolah Ramah Anak, Tapi Anak Tidak Ramah Guru: Mana yang Harus Diutamakan?

17 Oktober 2025   21:30 Diperbarui: 18 Oktober 2025   19:26 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi olahan GrokAI, dokpri)

Jawabannya: keduanya harus seimbang.

Sekolah harus tetap ramah anak: aman, inklusif, dan bebas kekerasan.

Tapi anak juga harus diajarkan untuk ramah pada guru: menghormati, mendengarkan, dan menerima teguran dengan rendah hati.

Gereja Katolik, dalam Catechism of the Catholic Church (KGK No. 2216), mengingatkan:

"Hormat kepada orang tua dan otoritas yang sah adalah fondasi kehidupan sosial yang sehat." 

Demikian pula, UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menegaskan bahwa pendidikan bertujuan membentuk kepribadian yang berakhlak mulia, yang tidak mungkin tercapai tanpa rasa hormat pada pendidik.

Solusi: Menuju Sekolah yang Saling Menghormati

Pertama, Revisi Narasi "Sekolah Ramah Anak". Ubah menjadi "Sekolah yang Saling Menghormati", di mana hak anak dan martabat guru sama-sama dilindungi.

Kedua, Libatkan Orang Tua dalam Pendidikan Karakter. Jadikan orang tua mitra, bukan lawan. Adakan forum dialog rutin tentang batas disiplin dan nilai-nilai bersama.

Ketiga, Perkuat Perlindungan Hukum bagi Guru. Implementasikan Permendikbud No. 10 Tahun 2017 secara nyata, termasuk pendampingan hukum gratis saat guru dilaporkan.

Keempat, Ajarkan "Hak dan Kewajiban" Secara Seimbang. Anak perlu tahu: mereka punya hak untuk dilindungi, tapi juga kewajiban untuk menghormati.

Penutup: Tanpa Rasa Hormat, Tidak Ada Pendidikan

Sekolah bisa memiliki gedung megah, kurikulum canggih, dan program ramah anak,
tapi jika di dalamnya tidak ada rasa hormat antara murid dan guru, maka itu bukan sekolah, melainkan pasar transaksi ilmu tanpa jiwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun