Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

[HKMS] Peran Penting Seorang Ayah dalam Membangun Kesehatan Mental Anak

10 Oktober 2025   17:09 Diperbarui: 10 Oktober 2025   17:22 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokpri)

Peran Penting Seorang Ayah dalam Membangun Kesehatan Mental Anak

(Sebuah pengingat di Hari Kesehatan Mental Sedunia)


Dulu, seorang ayah sering dianggap sebagai sosok yang hadir secara fisik, tapi jarang terlibat secara emosional. Ia yang mencari nafkah, menjaga rumah, dan mungkin hanya tersenyum saat anak pulang dari sekolah. Tapi zaman berubah.

Kini, ilmu pengetahuan (dari psikologi perkembangan hingga neurosains) menunjukkan bahwa kehadiran aktif seorang ayah bukanlah tambahan, melainkan fondasi utama bagi kesehatan mental anak sejak dini.

Ayah bukan ibu kedua. Ia tidak menggantikan peran ibu, melainkan melengkapinya. Dengan gaya interaksi yang unik, pendekatan emosional yang berbeda, dan cara pandang yang kuat terhadap tantangan, ayah memberi anak sesuatu yang tak bisa digantikan oleh siapa pun.

Kombinasi antara kehadiran ibu dan ayah menciptakan lingkungan keluarga yang seimbang: aman, penuh kasih, dan penuh stimulasi. Dan hasilnya? Anak-anak yang tumbuh dengan ketahanan emosional yang luar biasa, harga diri yang kuat, dan kemampuan untuk menghadapi hidup dengan percaya diri.

Berikut adalah enam peran kunci seorang ayah dalam membangun jiwa anak yang tangguh.

Pertama, Pemberi Rasa Aman yang Stabil.

Bayangkan seorang anak yang pulang dari sekolah dengan hati berdebar karena ujian yang gagal. Saat ia melihat ayahnya tersenyum dan menyambutnya dengan hangat, bukan menghakimi, rasa takut itu mulai mereda.

Itulah kekuatan seorang ayah: ia menjadi "batu karang" dalam badai emosional anak.
Kehadirannya yang konsisten: menyambut pulang sekolah, hadir di acara penting, atau sekadar duduk bersama tanpa harus bicara, membangun keamanan psikologis yang sangat dibutuhkan. Anak yang merasa aman akan lebih berani mengeksplorasi dunia, belajar dari kegagalan, dan bangkit setelah jatuh. Ini adalah fondasi dari ketahanan (resilience) seumur hidup.

Kedua, Teladan Hidup dalam Mengelola Emosi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun