Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Bayang-Bayang di Kota Surabaya

18 Juli 2025   19:09 Diperbarui: 18 Juli 2025   19:16 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokpri)

Bayang-Bayang di Kota Surabaya

Di tengah hiruk-pikuk Kota Surabaya, di mana panas matahari bercampur dengan aroma keringat dan asap kendaraan, hiduplah seorang wanita bernama Maya. Maya adalah seorang desainer interior berbakat yang bekerja di sebuah firma ternama.

Ia telah menikah dengan Reza, seorang pengusaha properti sukses, selama tujuh tahun. Mereka memiliki seorang putra kecil bernama Arga, yang baru berusia enam tahun.

Dari luar, kehidupan Maya tampak seperti lukisan sempurna: karier cemerlang, keluarga harmonis, dan rumah mewah di kawasan elit Darmo. Namun, di balik dinding-dinding megah itu, ada bayang-bayang yang mengintai.

**

Pergeseran mulai terasa sejak beberapa bulan terakhir. Reza yang dulu selalu pulang tepat waktu, kini sering menghilang hingga larut malam. Alasannya selalu sama: meeting, presentasi, atau sekadar lembur. Maya awalnya percaya. Sampai suatu malam, ia menemukan sesuatu yang mencurigakan.

Saat Reza tertidur di sofa setelah pulang dalam keadaan mabuk, Maya mengambil ponselnya untuk mengisi daya. Layar menyala, menampilkan notifikasi dari seseorang bernama Luna. "Aku kangen, sayang. Kapan kita ketemu lagi?"

Maya membeku. Jantungnya berdebar kencang. Ia tak berani membuka pesan lebih jauh, tapi rasa penasaran dan rasa sakit mulai merasuk.

**

Beberapa hari berlalu, dan Maya mulai memperhatikan perubahan pada Reza. Ia lebih jarang pulang, lebih sering membalas pesan dengan wajah sumringah, dan jarang menyentuh Maya. Bahkan saat mereka duduk bersebelahan di meja makan, suasana terasa dingin dan jauh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun