Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membangun Generasi Berkarakter: Kolaborasi Sekolah dan Komite Sekolah

12 Juni 2025   21:02 Diperbarui: 12 Juni 2025   21:02 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokpri)

Membangun Generasi Berkarakter: Kolaborasi Sekolah dan Komite Sekolah melalui Pendekatan Pembelajaran Inovatif

Tadi pagi saya menulis tentang rendahnya simpati dan empati siswa kepada orang tua mereka sendiri. Dalam waktu 15-30 menit mereka tidak bisa menghadirkan wajah orang tua mereka dalam meditasi, tidak bisa membayangkan guratan kelelahan yang mengalir melalui butir-butir keringat di wajah orang tua mereka. Betapa mereka tidak merasakan apapun meski narasi tentang penderitaan orang tua mereka dibuat sedramatis mungkin. Miris! 

Terdorong oleh keprihatinan itu, saya mengusulkan kiranya baik ada kolaborasi antara sekolah dengan orang tua - melalui komite sekolah - untuk mengadakan pelatihan membangun relasi yang simpatik dan empatik antara anak dan orang tua. Orang tua bukan saja mesin pencari uang bagi anak. Dan anak bukan saja investasi untuk masa tua orang tua. Tetapi perlu dibangun sebuah relasi familiaris antara keduanya. Ingat, anak kita bukan tanggung jawab pembantu (sekalipun dibayar) atau kakek dan nenek mereka. Anak adalah tanggung jawab orang tua, termasuk dalam relasi yang simpatik dan empatik.

***

Pendidikan adalah fondasi bagi perkembangan intelektual, sosial, dan spiritual siswa. Di luar kelas, kegiatan ekstrakurikuler seperti rohani Islam (rohis), pramuka, atau klub kepemimpinan menjadi wadah penting untuk membentuk kepribadian dan nilai-nilai keagamaan.

Namun, keberhasilan kegiatan ini tidak hanya bergantung pada guru, tetapi juga pada keterlibatan aktif komite sekolah, wadah yang menghubungkan sekolah dengan orang tua dan masyarakat. Untuk menciptakan kolaborasi yang efektif, komite sekolah perlu diberdayakan melalui pendekatan pembelajaran modern seperti discovery learning, inquiry-based learning, microlearning, dan deep learning.

Melalui tulisan ini saya hendak menjelaskan bagaimana pendekatan ini dapat memperkuat peran komite dalam mendampingi siswa, khususnya dalam kegiatan ekstrakurikuler, serta memberikan panduan praktis untuk implementasinya.

Urgensi Kolaborasi Sekolah dan Komite

Sekolah adalah ekosistem dinamis tempat siswa belajar tidak hanya tentang akademik, tetapi juga tentang nilai-nilai kehidupan. Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dan kepribadian, seperti pengajian, pelatihan kepemimpinan, atau kegiatan sosial, membantu siswa mengembangkan empati, integritas, dan spiritualitas. Namun, tantangan seperti keterbatasan sumber daya, waktu, atau keahlian sering kali menghambat pelaksanaan kegiatan ini secara optimal. 

Komite sekolah, yang terdiri dari orang tua, alumni, dan tokoh masyarakat, dapat menjadi mitra strategis untuk mengatasi tantangan tersebut. Dengan kolaborasi yang baik, sekolah dan komite dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih kaya dan mendukung.

Peran Komite Sekolah dalam Ekstrakurikuler

Komite sekolah bukan sekadar pendukung administratif, tetapi juga agen perubahan dalam pendidikan. Dalam konteks ekstrakurikuler keagamaan dan kepribadian, komite dapat: 

1) Merancang dan memfasilitasi kegiatan yang relevan dengan kebutuhan siswa, seperti seminar keagamaan atau pelatihan soft skills. 

2) Menyediakan narasumber, seperti ulama atau motivator, untuk memperkaya konten kegiatan. 

Dan 3) Membantu logistik, seperti pendanaan untuk acara keagamaan atau penyediaan fasilitas untuk kegiatan ekstrakurikuler.

Namun, agar peran ini maksimal, komite perlu dilatih dengan pendekatan pembelajaran yang relevan dan praktis.

Memberdayakan Komite dengan Pendekatan Inovatif

Pemberdayaan komite sekolah tidak cukup dengan rapat rutin atau permintaan donasi. Sekolah perlu memperkenalkan metode pembelajaran yang memungkinkan komite memahami dinamika pendidikan dan berkontribusi secara bermakna. Berikut adalah empat pendekatan yang dapat digunakan:

a. Discovery Learning. Pendekatan ini mendorong komite untuk belajar melalui pengalaman langsung. Misalnya, mereka dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sebagai pengamat untuk memahami kebutuhan siswa dan tantangan guru. Proses ini membantu komite menemukan solusi kreatif, seperti mengusulkan kegiatan baru yang lebih menarik bagi siswa.

b. Inquiry-Based Learning. Metode ini mengajak komite untuk bertanya dan menyelami isu secara mendalam. Contohnya, mereka dapat mengadakan diskusi dengan siswa untuk memahami mengapa minat terhadap kegiatan rohis menurun, lalu merancang solusi seperti kajian interaktif atau kegiatan berbasis proyek.

c. Microlearning. Dengan waktu yang terbatas, microlearning menawarkan pelatihan singkat dan terfokus melalui video, infografis, atau modul daring. Misalnya, komite dapat mempelajari teknik pendampingan siswa atau cara mengelola kegiatan ekstrakurikuler dalam sesi 10-15 menit yang fleksibel.

d. Deep Learning. Pendekatan ini berfokus pada pemahaman mendalam melalui pelatihan intensif. Komite dapat mengikuti workshop tentang pendidikan karakter atau nilai-nilai keagamaan, sehingga mereka mampu menjadi mentor atau fasilitator dalam kegiatan siswa.

(olahan GemAIBot, dokpri)
(olahan GemAIBot, dokpri)

Implementasi dalam Kegiatan Ekstrakurikuler

Bagaimana pendekatan ini diterapkan secara nyata? Berikut adalah contoh penerapan dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler:

Pertama, Pramuka. Komite mengikuti kegiatan perkemahan (discovery learning) untuk melihat bagaimana siswa belajar tentang kepemimpinan dan kerja sama. Mereka lalu memberikan masukan untuk meningkatkan kegiatan, seperti menambahkan simulasi tanggap bencana.

Kedua, Rohis bagi yang muslim dan rokris bagi yang kristiani. Menggunakan inquiry-based learning, komite mengadakan sesi tanya jawab dengan siswa tentang tantangan menerapkan nilai-nilai agama di kehidupan sehari-hari. Hasilnya digunakan untuk merancang kegiatan seperti pengajian tematik atau bakti sosial.

Ketiga, Klub Kepemimpinan. Sekolah menyediakan video singkat (microlearning) tentang teknik public speaking atau manajemen konflik. Komite mempelajarinya dan membantu melatih siswa dalam sesi klub.

Keempat, Seminar Keagamaan. Melalui deep learning, komite mengikuti pelatihan tentang moderasi beragama atau pendidikan karakter, lalu menjadi pembicara atau pendamping dalam seminar sekolah.

Membangun Sinergi Guru dan Komite

Keberhasilan kolaborasi bergantung pada sinergi antara guru dan komite. Guru memiliki keahlian pedagogis, sementara komite membawa perspektif masyarakat dan dukungan praktis. Untuk membangun sinergi maka yang diperlukan antara lain:

Pertama, Adakan Forum Rutin. Rapat bulanan untuk mengevaluasi kegiatan dan merencanakan langkah ke depan.

Kedua, Latih Bersama. Guru dan komite mengikuti pelatihan tentang pendekatan inovatif atau pendidikan karakter untuk menyamakan visi.

Ketiga, Bagi Peran Jelas. Guru fokus pada desain pembelajaran, sementara komite mendukung logistik atau menjadi pendamping siswa.

Sinergi ini memastikan siswa mendapatkan bimbingan yang konsisten dan holistik.

Dampak Jangka Panjang

Kolaborasi yang didukung pendekatan pembelajaran inovatif membawa manfaat besar bagi semua pihak yang terlibat. Manfaat itu antara lain:

Pertama, Pembentukan Karakter. Siswa menjadi lebih berintegritas, empati, dan spiritual melalui kegiatan ekstrakurikuler yang terarah.

Kedua, Keterlibatan Komunitas. Orang tua dan masyarakat merasa lebih terlibat dalam pendidikan anak-anak mereka.

Ketiga, Kegiatan Relevan. Ekstrakurikuler mencerminkan nilai-nilai lokal dan kebutuhan siswa.

Keempat, Sekolah yang Dinamis. Dukungan komite membuat kegiatan lebih beragam dan berkualitas.

Langkah Menuju Implementasi

Untuk memulai, sekolah dapat mengambil langkah-langkah sebagai berikut:

Pertama, Identifikasi Kebutuhan. Tentukan kegiatan ekstrakurikuler yang membutuhkan dukungan komite.

Kedua, Latih Komite. Adakan pelatihan singkat tentang discovery, inquiry, micro, dan deep learning.

Ketiga, Bangun Komunikasi. Ciptakan saluran komunikasi terbuka, seperti grup WhatsApp atau rapat berkala.

Keempat, Evaluasi Berkala. Tinjau dampak kolaborasi setiap semester dan sesuaikan strategi.

Penutup: Menuju Pendidikan Holistik

Pendidikan yang berhasil adalah pendidikan yang tidak hanya mengasah pikiran, tetapi juga hati dan jiwa. Dengan memberdayakan komite sekolah melalui pendekatan pembelajaran inovatif, sekolah dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan siswa secara menyeluruh.

Kolaborasi antara guru dan komite bukan hanya tentang membagi tugas, tetapi tentang membangun visi bersama untuk masa depan generasi yang berkarakter. Mari wujudkan sekolah sebagai pusat pembentukan insan mulia melalui kerja sama yang kreatif dan bermakna!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun