Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mudik Ke Dalam Diri

27 Maret 2025   08:28 Diperbarui: 27 Maret 2025   08:28 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi mudik olahan GemAIBot, dokpri)

Esok paginya, ketika macet mulai terurai dan mobil-mobil kembali bergerak, Angga sudah merasa lebih ringan. Ia tidak lagi merasa lelah atau frustrasi karena lamanya perjalanan. Hatinya telah menemukan arah baru. Ia memutuskan untuk menggunakan sisa perjalanan ini sebagai momen refleksi lebih dalam. Ia akan meminta maaf kepada ayahnya, menjelaskan perasaannya dengan jujur, dan berusaha memperbaiki hubungan mereka. Ia juga berjanji untuk lebih peduli kepada ibunya dan tidak lagi menunda-nunda janji-janji yang ia buat.

(ilustrasi olahan GemAIBot, dokpri)
(ilustrasi olahan GemAIBot, dokpri)

Akhirnya, setelah hampir 14 jam perjalanan, Angga sampai di rumah orang tuanya. Ketika pintu mobil dibuka, senyum hangat ibunya menyambutnya. Ayahnya, meskipun tampak dingin di awal, akhirnya memberikan pelukan erat saat Angga tulus meminta maaf. Mereka duduk bersama di ruang tamu, berbincang tentang masa lalu dan masa depan, sambil menikmati secangkir teh manis yang disuguhkan ibunya.

Di malam takbiran itu, Angga merasakan sesuatu yang berbeda. Ada ketenangan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Bukan karena suasana kampung halaman yang akrab, melainkan karena ia telah menyelesaikan "mudik batin"-nya, perjalanan yang jauh lebih melelahkan daripada apapun.

Keesokan harinya, saat shalat Idul Fitri dimulai, Angga merasa dirinya benar-benar siap untuk merayakan kemenangan. Bukan sekadar kemenangan fisik setelah menempuh perjalanan jauh, melainkan kemenangan batin yang lahir dari pengampunan, refleksi, dan tekad untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

***

Seperti Angga, kita sering kali terjebak pada rutinitas dan kegiatan fisik tanpa menyadari pentingnya perjalanan batin. Mudik ke dalam diri adalah cara kita membersihkan hati dan pikiran, sehingga kita bisa merayakan hari-hari besar seperti Idul Fitri dan Paskah dengan makna yang lebih mendalam. Perjalanan ini mungkin lebih sulit daripada mudik secara geografis, tetapi hasilnya jauh lebih berharga, karena hanya dengan hati yang bersih, kita dapat merasakan hakikat kemenangan sejati.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun