Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[cerpenremaja]: Surat Rindu untuk Ibu di Negeri Orang

22 Maret 2025   16:22 Diperbarui: 22 Maret 2025   16:22 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu, kami juga ingin berbagi sedikit tentang nilai-nilai yang Ibu tanamkan pada kami. Ibu selalu mengajarkan kami untuk bersyukur, untuk berdoa, dan untuk selalu mengandalkan Tuhan dalam segala hal. Ibu mengajarkan kami bahwa cinta dan pengorbanan adalah hal yang paling penting dalam hidup. Ibu mengajarkan kami bahwa keluarga adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan kepada kita.

Ibu, kami juga ingin mengingatkanmu tentang pesan-pesan yang selalu Ibu sampaikan kepada kami. Ibu selalu berkata bahwa Tuhan mengajarkan kita untuk saling mengasihi dan mengampuni. Ibu selalu berkata bahwa Tuhan adalah sumber kekuatan kita dalam menghadapi segala cobaan. Ibu selalu berkata bahwa Tuhan akan selalu menyertai kita, di mana pun kita berada.

Ibu, kami percaya bahwa Tuhan sedang menyertaimu di negeri yang jauh ini. Kami percaya bahwa Tuhan akan memberikanmu kekuatan dan keberanian untuk terus berjuang. Kami percaya bahwa Tuhan akan membawa Ibu pulang kepada kami suatu hari nanti.

Ibu, kami juga ingin Ibu tahu bahwa kami selalu mengingat doa-doa yang Ibu ajarkan kepada kami. Kami selalu berdoa agar Tuhan memberkati Ibu dan menjaga Ibu. Kami selalu berdoa agar Tuhan memberikanmu kedamaian dan kebahagiaan. Kami selalu berdoa agar Tuhan mempertemukan kita kembali sebagai keluarga yang utuh.

Ibu, kami mencintaimu. Kami merindukanmu. Kami berdoa agar Ibu selalu sehat dan bahagia. Kami berdoa agar Ibu bisa pulang dan kita bisa merayakan Ramadan dan Idul Fitri bersama-sama lagi. Kami berdoa agar Tuhan selalu menyertaimu dan memberikanmu kekuatan.

Ibu, aku goreskan rindu kami ini dalam puisi ini sebagai sebagai nyanyian dan doa kami yang amat mencintaimu. Semoga saat ibu membaca surat dan puisi ini, ibu tergugah untuk pulang dan merayakan idul fitri bersama kami.

Di tengah malam, saat sahur tiba,
Kami duduk, tapi hati merana.
Aroma nasi gorengmu tak lagi terasa,
Hanya rindu yang mengisi jiwa.

Lima Ramadan telah berlalu,
Tanpa peluk hangat, tanpa tawamu.
Uang dan hadiah memang berharga,
Tapi kehadiranmu, Ibu, tiada ternilai.

Doa kami mengiringi langkahmu,
Di negeri jauh, di bawah langit biru.
Tuhan selalu menyertaimu,
Hingga nanti kita bersatu lagi, dalam cinta dan rindu.

Sampai jumpa, Ibu. Kami menunggumu di rumah.

Dengan cinta dan rindu yang tak terhingga,
Anak-anakmu yang selalu merindukanmu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun