Menapaki Jalan Sunyi: Perjalanan Romo Tjokro di Pedalaman Papua
Hidup sebagai imam di pedalaman Papua bukan sekadar pengabdian. Ini adalah kisah tentang keteguhan hati, keberanian, dan cinta yang tak kenal batas.Â
Inilah perjalanan Romo Antonius Tjokroatmodjo MSF, seorang imam yang selama puluhan tahun setia melayani umat di pelosok Papua, menghadapi tantangan demi membawa terang bagi mereka yang hidup dalam kegelapan.
Panggilan yang Mengubah Hidup
Pada 2 Februari 1979, Romo Tjokro ditahbiskan sebagai imam di Gereja St. Petrus Surakarta oleh Justinius Kardinal Darmojuwono. Awalnya, ia melayani dalam Kongregasi Misionaris Keluarga Kudus (MSF), yang fokus pada kehidupan keluarga dan pendidikan iman. Namun, panggilan hatinya terus bergema, mengarahkannya ke tempat yang lebih jauh dan lebih menantang: Papua.
Memutuskan menjadi imam diosesan Agats, di Papua, bukanlah langkah mudah. Ini adalah pilihan untuk meninggalkan zona nyaman dan memeluk panggilan yang lebih dalam: hadir di tengah masyarakat yang membutuhkan, memahami perjuangan mereka, dan menjadi saksi kasih Tuhan. Bagi Romo Tjokro, gereja bukan hanya tentang bangunan megah, melainkan tentang kehadiran seorang imam yang merangkul umatnya dengan tulus.
Melayani di Ujung Dunia
Papua, dengan alamnya yang memesona dan budaya yang kaya, menjadi ladang pengabdian Romo Tjokro. Ia tidak hanya melayani umat melalui doa dan sakramen, tetapi juga menjadi sosok pemersatu di tengah masyarakat yang beragam. Dalam foto-foto yang tersebar, ia terlihat berdampingan dengan warga Papua, mengenakan pakaian adat mereka. Ini bukan sekadar simbol, melainkan bukti nyata bagaimana ia mengakar di tengah umat yang dilayaninya.
Pelayanan di Papua penuh dengan tantangan. Romo Tjokro sering harus menempuh perjalanan panjang melewati hutan lebat, mendaki gunung, dan menyusuri sungai yang deras. Namun, bagi dia, setiap langkah adalah bagian dari perjalanan rohani yang memperdalam imannya. Setiap kunjungan ke komunitas terpencil bukan hanya membawa sakramen, tetapi juga kehangatan persaudaraan yang memperkuat ikatan antara gereja dan masyarakat adat.
Jembatan Kedamaian di Tengah Konflik
Dalam beberapa foto, Romo Tjokro terlihat berdiri di antara anggota TNI, menunjukkan perannya sebagai penjaga kedamaian di daerah yang kadang dilanda konflik. Dengan rambut panjang dan jubah putihnya, ia tampak seperti sosok yang membawa ketenangan di tengah gejolak. Ia tidak hanya menjadi pemimpin spiritual bagi umat Katolik, tetapi juga sahabat bagi komunitas agama lain dan aparat keamanan.