Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Menapaki Jalan Sunyi: Perjalanan Romo Tjokro di Pedalaman Papua

2 Februari 2025   21:30 Diperbarui: 2 Februari 2025   23:09 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Romo Tjokro bersama speedboad yang sering mengantarnya ke pedalaman, foto: Rm Tjokro)

Menapaki Jalan Sunyi: Perjalanan Romo Tjokro di Pedalaman Papua

Hidup sebagai imam di pedalaman Papua bukan sekadar pengabdian. Ini adalah kisah tentang keteguhan hati, keberanian, dan cinta yang tak kenal batas. 

Inilah perjalanan Romo Antonius Tjokroatmodjo MSF, seorang imam yang selama puluhan tahun setia melayani umat di pelosok Papua, menghadapi tantangan demi membawa terang bagi mereka yang hidup dalam kegelapan.

(foto: Romo Tjokro)
(foto: Romo Tjokro)

Panggilan yang Mengubah Hidup

Pada 2 Februari 1979, Romo Tjokro ditahbiskan sebagai imam di Gereja St. Petrus Surakarta oleh Justinius Kardinal Darmojuwono. Awalnya, ia melayani dalam Kongregasi Misionaris Keluarga Kudus (MSF), yang fokus pada kehidupan keluarga dan pendidikan iman. Namun, panggilan hatinya terus bergema, mengarahkannya ke tempat yang lebih jauh dan lebih menantang: Papua.

Memutuskan menjadi imam diosesan Agats, di Papua, bukanlah langkah mudah. Ini adalah pilihan untuk meninggalkan zona nyaman dan memeluk panggilan yang lebih dalam: hadir di tengah masyarakat yang membutuhkan, memahami perjuangan mereka, dan menjadi saksi kasih Tuhan. Bagi Romo Tjokro, gereja bukan hanya tentang bangunan megah, melainkan tentang kehadiran seorang imam yang merangkul umatnya dengan tulus.

(bersama umat di pedalaman, foto: Romo Tjokro)
(bersama umat di pedalaman, foto: Romo Tjokro)

Melayani di Ujung Dunia

Papua, dengan alamnya yang memesona dan budaya yang kaya, menjadi ladang pengabdian Romo Tjokro. Ia tidak hanya melayani umat melalui doa dan sakramen, tetapi juga menjadi sosok pemersatu di tengah masyarakat yang beragam. Dalam foto-foto yang tersebar, ia terlihat berdampingan dengan warga Papua, mengenakan pakaian adat mereka. Ini bukan sekadar simbol, melainkan bukti nyata bagaimana ia mengakar di tengah umat yang dilayaninya.

Pelayanan di Papua penuh dengan tantangan. Romo Tjokro sering harus menempuh perjalanan panjang melewati hutan lebat, mendaki gunung, dan menyusuri sungai yang deras. Namun, bagi dia, setiap langkah adalah bagian dari perjalanan rohani yang memperdalam imannya. Setiap kunjungan ke komunitas terpencil bukan hanya membawa sakramen, tetapi juga kehangatan persaudaraan yang memperkuat ikatan antara gereja dan masyarakat adat.

(bersama umat, foto: Romo Tjokro)
(bersama umat, foto: Romo Tjokro)

Jembatan Kedamaian di Tengah Konflik

Dalam beberapa foto, Romo Tjokro terlihat berdiri di antara anggota TNI, menunjukkan perannya sebagai penjaga kedamaian di daerah yang kadang dilanda konflik. Dengan rambut panjang dan jubah putihnya, ia tampak seperti sosok yang membawa ketenangan di tengah gejolak. Ia tidak hanya menjadi pemimpin spiritual bagi umat Katolik, tetapi juga sahabat bagi komunitas agama lain dan aparat keamanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun