Tak merasa dipanggil
Jika pemaparan Kant terkait moral sebagai kewajiban serta kemauan baik seseorang untuk bertindak moral bagi sesamanya. Tentu inilah kiranya dibutuhkan negri ini, baik itu dari komunitas kecil maupun ormas berskala besar. Pasalnya hal ini sedikit sekali menjadi daya juang dalam panggilan kita hidup bernegara. Semua kemajuan negri ini, pesat dan stagnannya berada dalam tanggung jawab pemerintah. Alasannya karena hukum menganjurkan demikian, lalu dimanakah nurani dan perannya terhadap realita dunia ini?
Baru-baru ini aku disibukkan dengan men-subscribe beberapa channel youtube yang kiranya baru dibuat pada masa pendemi ini, alasannya apa? Karena memang terpanggilnya diri ini untuk mensejahterakan sesama lewat ujung jempol yang tanpa paksaan menekan tombol lonceng dan subscribe. Tentu tak kuketahui alasannya apa untuk membuat konten tersebut, tetapi setidaknya aku pun mengerti bahwa setiap manusia sekarang sedang panic untuk menafkahi diri dengan cara apa. Sebab pandemic yang kian menerjang ini membuat banyak sumber daya manusia harus gulung tikar dari pekerjaannya dan berusaha dengan apapun menafkahi dirinya. Tetapi ingat video tersebut kiranya merupakan tontonan terpenting untuk diriku, di mana mungkin terabaikan dalam beberapa bagian dari hidupku, baik itu terkait hiburan dan lagu-lagu tempo doeloe. Intinya sekarang di tengah situasi pandemic ini akui dirilah untuk merasa terpanggil dihadapan sesamaya serta membantu dengan dukungan kecil, bukan demi untuk dikenal tetapi merasa diri bahwa kita bertanggung jawab untuk kesejahteraan masa kini dan generasi kita nanti. Â
[1] Paul Guyer, Kant, Second Edition, OxonRoutledge: 2014
[2] Thomas E. Hill Jr dan Arnulf Zweig, Kant Groundwork For the Metaphysics of Morals, New York: Oxford UniversityPressInc, 2002, hlm. 15
Biara Sang Surya, 16 September 2020