Mohon tunggu...
Alfonsius Febryan
Alfonsius Febryan Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi 'Fajar Timur'-Abepura, Papua

Iesus Khristos Theou Soter

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Moralitas Deontologi Immanuel Kant

16 September 2020   13:19 Diperbarui: 16 September 2020   13:27 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sering kali manusia berusaha untuk berkompromi dengan tanggung jawab yang bukan berasal dari tanggung jawab in se. Hal ini diandaikan dengan seorang dermawan yang melakukan suatu tindakan baik tanpa memikirkan kesulitan yang melingkupinya. Ia melakukan tindakan dengan hati dingin atau dengan sikap yang tegas, tanpa dorongan berlebih. Bisa jadi Tindakan tersebut dilakukan karena ia harus menata dirinya agar dapat menghadapi kesulitan lain dengan tepat. Pada saat itulah dermawan tersebut sedang mengambil sikap yang murni datang dari tanggung jawab, sekali lagi, tanpa kecenderungan apa pun.

Tanpa menimbang tanggung jawab, pada dasarnya manusia tetap memiliki dorongan untuk mencari kebahagiaan. Konsep kebahagiaan tersebut sulit untuk ditentukan. Oleh sebab itu Kant menawarkan konsep kebahagiaan yang datang dari nilai yang benar-benar berharga, ialah dari tanggung jawab, yang baginya merupakan satu-satunya sikap bermoral yang otentik.

Kant memberi perumpamaan dengan pertanyaan, jika seseorang tengah berada dalam kesulitan, apakah ia dapat mengingkari janji? Kant melihat bahwa seseorang tidak boleh terlebih dahulu melihat manfaat dari penepatan janji, baik bagi orang lain maupun bagi diri sendiri. Kant mengusulkan bahwa seseorang perlu mempertimbangkan ketepatan sikap manusia untuk menaati prinsip universal.

Manusia perlu mempertimbangkan apakah tanggung jawab yang sudah dijanjikan benar-benar mungkin dilakukan, ataukah hanya diri sendiri yang menyatakan bahwa tanggung jawab tersebut mustahil dilakukan. Selain itu kebohongan bagi diri sendiri merupakan bagian dari pertimbangan rasional yang salah hingga hal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai bagian dari perilaku bertanggung jawab.

Potensi Tanggung jawab moral Kant

Ilustrasi yang kuambil adalah catatan dari Bhagavad Gita. Pada suatu hari Kresna bercerita kepada Arjuna mengenai siapa yang berbuat baik dan hendak masuk surga, serta siapa yang hanya berkehendak baik. Kresna menuturkan bahwa jiwa yang berbuat baik dan hendak masuk surga akan di bawa ke planet indra ketika mereka telah meninggal dunia. Setelah kerinduannya terpuaskan jiwa tersebut akan diturunkan lagi ke dunia dalam rupa hidup baru, dan itulah yang dikatakan sebagai re-inkarnasi. Namun nasib berbeda akan menimpa jiwa-jiwa yang memiliki kehendak baik tanpa tujuan apapun, karena bagi jiwa-jiwa ini Kresna menginginkan agar mereka tetap bersamanya untuk selama-lamanya.

Adanya ilustrasi inilah menjadi pemaparan utama tema besar Immanuel Kant terkait moral itu sendiri. Baginya pencarian The supreme moral principle melalui metode apriori dapat dianalisa melalui dua pendekatan, bahwa The concept of good will dan The concept of duty[1]. Pertama terkait pendekatan concept of good will dalam catatan Kant memenag merupakan hal yang biasa. Argumennya dapat didalami dengan melakukan hal yang benar berdasarkan alasan yang dapat dibenarkan di mana hal ini merujuk pada moral baik seseorang.

Walau memang ada banyak hal lain terkait itu seperti dalam kesehatan, dan kebahagiaan sebagai sesuatu yang baik (good). Namun kemauan baik yang dimaksud adalah good only by virtue of its willing, that is, it is good in itself[2]. Penafsiran dari Sonny Keraf dalam etika bisnisnya dapat dikatakan bahwa kemauan baik harus dinilai baik pada dirinya sendiri terlepas dari apapun juga. Sehingga daripada itulah Kant merumuskan etika deontologi bahwa dari tindakan moral yang baik muncul dari kemauan baik yang dilandaskan dengan kewajiban (duty). 

Kewajiban (Duty) dalam pandangan Kant merupakan konsep normatif yang mengandung pengertian seseorang melakukan suatu tindakan karena yang bersangkutan memiliki alasan yang baik tanpamemperhatikan apakah dengan tindakan demikianberharap mencapai tujuan personal tertentu. Dengan demikian, seseorang yang mempunyai kemauan baik adalah orang yang sepenuh hati melaksanakan tindakan karena kewajiban. Atas dasar itu pula Kant menyikapi bahwa semua tindakan yang bertentangan dengan kewajiban maupun yang dilakukan dengan kewajiban, tetapi tak didasarkan oleh kemauan baik sebagai tindakan yang tidak baik meskipun berguna.

Maka ada tiga dalil yang ditawarkan oleh Immanuel Kant, yakni Pertama, sebuah perbuatan berdasarkan kewajiban mempunyai nilai moral. Nilai moral diperoleh dari kemauan baik yang menjadi motif langsung dari perbuatan tersebut. Dengan kata lain jika perbuatan orang dilandasakan dengan kemauan baik, maka perbuatan baik tersebut dapat dikatakan sebagai kewajiban.

Kedua, Tindakan yang didasarkan pada kewajiban mempunyai nilai moral tidak dikarenakan tujuan yang direncanakan melainkan karena kemauan baik yang mendasarinya. Meskipun tujuan tidak tercapai namun tindakan telah dianggap baik bila didasarkan pada hal tersebut. Ketiga, Kewajiban merupakan tindakan yang dilakukan karena penghormatan terhadap hukum moral. Oleh karenanya, Kant lebih menghormati hukum moral yang bersifat universal daripada penghormatan terhadap ketentuan-ketentuan dari sistem hukum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun