Mohon tunggu...
Alfira Fembriant
Alfira Fembriant Mohon Tunggu... Lainnya - Instagram : @Alfira_2808

Music Director and Radio Announcer STAR 105.5 FM Pandaan Pasuruan East Java (from 2012 until now) 📻

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

INDIGO (part 3)

21 September 2020   00:01 Diperbarui: 21 September 2020   09:14 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Design by @Alfira_2808

Jalan-jalan ke Air Terjun, agendaku hari ini dengan pacarku. Sebut saja Air Terjun Blutih. Kita tidak berdua, melainkan berempat dengan teman pacarku yang juga mengajak ceweknya juga. Perkenalkan nama cowokku Ryan. Teman pacarku namanya Sem dan ceweknya Anggi.

Sebenarnya hari sudah mulai sore, karena sebelum ke sini kami berempat sudah sempat jalan-jalan ke tempat wisata lain. Minimnya waktu untuk kita berempat bisa kumpul lagi dari segi kesibukan dan jarak yang menghalangi, membuat kita berempat tetap melanjutkan perjalanan ke Air Terjun sesuai rencana awal. Lokasi Air Terjunnya pun sangat jauh dari pemukiman warga. Kami ke sana mengendarai dua motor yaitu aku berboncengan dengan Pacarku Ryan dan si Anggi juga dibonceng oleh Sem.

Air Terjun Blutih ini masih tergolong wisata baru dan orang masih sangat awam terhadapnya. Kami berangkat dari wisata yang satunya, yang sudah kami nikmati sedari pagi dan menuju Air Terjun Blutih jam 1 siang. Kemudian sekitar jam 2 siang kita memasuki area pedesaan Air Terjun tersebut. Usay muter-muter tanya pada para warga, akhirnya bisa sampai juga di lokasi. Google Mapz tidak tersedia di area ini, signalnya pun hilang/tidak ada karena plosok desa.

Sekitar jam setengah 3 sore, kami kira sudah sampai lokasi, nyatanya masih awal dari Air Terjun tersebut. Ibaratnya masih di pintu gerbang suatu tempat wisata. Namun karena ini masih Air Terjun baru, sehingga fasilitas atau sejenisnya masih tidak ada. Jalannya pun masih penuh bebatuan yang bergerigi. Jikalau hujanpun pastinya banyak kendaraan yang akan macet di sini, karena jalannya masih tanah biasa dan belum di aspal. Saat awal masuk di area Air Terjun tersebut kami bingung, karena jalan yang akan kami lalui sangatlah ekstrim menjurus ke bawah dengan permukaan tanah yang masih sangat rawan. Sehingga kami berempat pun memutuskan untuk jalan kaki menuju titik lokasi Air terjunnya tersebut. Kami juga sempat bingung motornya bagaimana, karena sama sekali tidak ada orang seperti tukang parkir, atau tukang karcis/tiket masuk wisata Air Terjun tersebut juga gak ada. Jadi kami masuk gratis, kemudian motornya kami tinggal begitu saja di tempat kami beranjak saat itu.

Kami melanjutkan perjalanan, menuruni semacam perbukitan namun semakin dalam. Sesekali kami bertemu atau berpapasan satu sampai dua orang penduduk setempat yang juga jalan kaki usay mencari rumput untuk hewan ternak mereka. Satu sampai dua penduduk yang sempat berpapasan, kami ajak bicara mengenai keberadaan titik lokasi Air Terjun Blutih apakah masih jauh atau bagaimana. Namun mereka sepertinya tidak bisa menjawab dengan bahasa. Mereka cuma menunjukkan jari dan tangannya untuk kembali ke atas dan jangan ke bawah.

Lantas karena sudah sejauh ini, jam menunjukkan sudah setengah 4 sore. Rupanya sudah 1 jam jalan kaki dari tempat kami meninggalkan motor tadi. Aku pun mulai lemas karena dehidrasi. Cuaca di hari itu memang sangatlah cerah atau panas. Apa lagi aku dan mereka yang jalan kaki lumayan jauh juga mulai haus. Kami dari jalan raya tadi gak kefikiran untuk beli atau bawa minuman atau air mineral. Kami kira di wisata ini juga banyak yang jualan makanan minuman sama seperti wisata sebelumnya. Namun ternyata sebaliknya, posisi sangat sepi dan sama sekali tidak ada orang lain kecuali kami berempat di tempat itu.

Langkah demi langkah kita lanjutkan. Setengah jam kemudian sekitar jam 4 sore, kami sampailah di lokasi. Rasanya lega banget bisa sampai juga di lokasi yang kami tuju. Walaupun sebenernya Air Terjun Blutih ini tidak sesuai ekspektasi kami berempat. Bisa jadi Air Terjunnya memang bagus, namun mengingat bagaimana perjuangan kami berempat untuk sampai di sini, rasanya Air Terjun ini biasa aja. Di tempat ini juga sangat dan sangat sepi. Seperti yang aku bilang di atas, tidak ada orang sama sekali. Kami kira selama perjalanan tadi, kami bakalan bertemu dengan orang-orang di sini selayaknya tempat wisata. Nyatanya tidak, sangat sepi.

Kami berempat bermain-main dengan air yang mengalir dari Air Terjun yang tidak terlalu deras. Si Anggi dan Sem saling bergantian untuk berfoto bersama. Begitupun Aku dan Ryan pacarku juga berfoto-foto di tempat tersebut. Kami juga sempat foto berempat. Puas foto-foto akhirnya kami berpencar untuk sekedar lihat-lihat di sekitar lokasi aja. Puas lihat-lihat sekitar juga, aku duduk di atas bebatuan melihat si Sem dan Anggi sedang bercanda tawa. Ke arah lain aku juga lihat pacarku Ryan sedang bermain air, di bawah air terjun tersebut.

Tiba-tiba aku mulai berkeringat dingin, bulu kudukku berdiri, dan aku merasakan suatu energi yang besar kembali. Hatiku pun mulai tidak enak. Aku terus melihat dan mengawasi pacarku, anggi, dan sem. Dari kejauhan aku melihat ada sesuatu di balik air yang mengalir dari air terjun tersebut. Sosok berwarna putih seperti asap tebal. Aku pun segera beranjak dari duduk di bebatuan tadi dan memanggil pacarku "Ryan, sini.. cepat kemari, cepaaaat..." teriakku padanya dengan wajah panik. Ryan pun menghampiriku dan bertanya ada apa? Namun aku gak bisa berkata apa-apa terhadapnya, karena aku tidak ingin mereka khawatir jika ada something. Aku pun juga mulai memanggil Sem dan Anggi, dan aku ajak mereka untuk pulang. Sebenernya mereka masih pengen di tempat ini karena belum puas. Posisi kami di sini memang baru setengah jam. Namun karena aku sudah tidak nyaman, sehingga aku ajak mereka untuk pulang dengan alasan sudah mau larut malam. Mengingat perjalanan dari Air Terjun ini menuju ke motor yang kami tinggalkan tadi itu saja 1,5 jam. Sehingga terlalu malam jika dipaksakan tetap berada di situ. 

Alhasil mereka pun mau balik. Dan rasanya selama perjalanan balik ini semakin berat dari pada berangkatnya tadi. Hal ini karena datarannya yang naik seperti perbukitan sehingga energi kami pun perlahan habis. Sesekali kami berhenti jalan kaki, namun entah kenapa rasanya sangaaaaat jauh menuju motor kami tadi. Ketika kami sedang istirahat beberapa menit dari jalan kaki menuju motor, kami duduk di rerumputan dan mengambil nafas. Secara gak sengaja aku melihat dari kejauhan, ada seseorang yang memandangiku. Aku rasa orang itu seperti penduduk yang sedang cari rumput seperti warga tadi saat bertemu di atas. Namun ketika kami berempat melanjutkan perjalanan kembali, sesekali aku melihat ke belakang dan rupanya orang itu mengikuti kami. Aku pun bicara pada pacarku, anggi dan sem bahwa ada yang mengikuti kita. Aku bertanya pada mereka, apakah kalian melihatnya? Mereka pun menjawab tidak ada siapa-siapa.

Hari mulai gelap, waktu sudah setengah 6 petang. Biasanya kalau di rumah, jam sekian sudah Adzan Maghrib. Namun karena aku rasa kami sedang di tengah hutan, sehingga suara Adzan pun tidak terdengar. Rasanya aku mau menyerah hari itu, tenagaku sudah gak kuat untuk menapaki bukit sejauh itu lagi. Dehidrasiku sangat parah rasanya. Dan tiba-tiba... pacarku ryan, dia jatuh dan sempat pinsan. Aku khawatir terhadapnya, begitupun Sem dan Anggi. Tapi Ryan pinsan hanya sebentar, sekitar 1 menitan. Kami pun bersyukur. Ternyata Ryan pinsan efek baru sembuh dari sakit Tifus. Dia seharusnya banyak istirahat, tapi ini malah keluyuran sama kita-kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun