Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengenal Tradisi Sinoman yang Sudah Mulai Pudar Seiring Zaman

4 Maret 2021   08:00 Diperbarui: 6 Maret 2021   03:50 14819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi sinoman yang terus dijaga oleh warga Jatimulyo, Kecamatan Girimulyo.|TRIBUNJOGJA.COM/Singgih wahyu

Sinoman, itu adalah sebuah tradisi dalam budaya Jawa. Dalam istilah lain masih dalam Bahasa Jawa dikenal juga dengan kata "Laden". 

Laden diambil dari kata "ngladeni" yang bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah "melayani". Namun laden sesungguhnya memiliki makna yang lebih dalam dari sekadar melayani. 

Kata laden biasanya digunakan untuk melayani orang yang terhormat atau mempunyai strata tinggi. Misalnya abdi dalem kepada raja. Karena yang dilayani raja, maka pelayanannya pastilah yang terbaik. Jadi laden itu adalah simbol kerendahan hati seorang pelayan untuk melayani.

Kembali ke istilah sinoman, jadi sinoman adalah suatu kegiatan dalam rangka membantu melayankan hidangan untuk tamu. Sederhananya begini, di setiap acara hajatan, tuan rumah akan menyediakan hidangan berupa makanan serta minuman. 

Nah, orang-orang yang menghidangkan kepada para tamu itulah yang disebut sinoman. 

Bila diubah menjadi kata kerja, mereka yang menghidangkan itu tadi disebut sedang "nyinom". Persis seperti halnya kalau Anda datang ke pernikahan di gedung lalu ada petugas katering yang mengantarkan makanan serta minuman untuk Anda. 

Bedanya adalah, para petugas tersebut dibayar (biasanya part time). Kalau sinoman itu tidak dibayar. Mereka bekerja dengan tulus ikhlas. Inilah salah satu kearifan lokal dalam budaya Jawa. 

Ilustrasi sinoman yang biasanya dilakukan oleh pemuda karang taruna. Gambar: dna-photovideo.com yang diolah oleh hipwee
Ilustrasi sinoman yang biasanya dilakukan oleh pemuda karang taruna. Gambar: dna-photovideo.com yang diolah oleh hipwee

Sinoman juga dianggap sebagai wujud gotong royong. Alasannya adalah setiap orang yang sedang punya hajat itu pasti kerepotan. Maka masyarakat di sekelilingnya kemudian membantu. Sinoman bisa dikatakan satu rangkaian dengan kearifan lokal masyarakat lainnya yang dikenal dengan istilah "rewang". 

Kalau rewang sendiri merupakan kegiatan masak-memasak guna membantu si empunya hajat dalam menyediakan makanan. Sama halnya dengan sinoman, rewangan juga adalah wujud kepedulian sosial terhadap tetangga yang sedang kerepotan menggelar hajatan. 

Para "rewang" tulus ikhlas membantu tuan rumah tanpa dibayar. Jadi dalam sebuah acara hajatan, semua memiliki tugas masing-masing. Ibu-ibu rewang, pemuda-pemudi nyinom, sedangkan bapak-bapak menjadi panitia pelaksana yang mengatur terselenggaranya seluruh rangkaian adat.

Saya pun dulu saat masih tergabung dalam karang taruna di kampung halaman sering ikut nyinom. Ketika ada tetangga yang menggelar hajatan, anak-anak muda karang taruna akan datang untuk nyinom tanpa disuruh. Rentang usia kami yang ikut karang taruna antara 17-23 tahun. 

Benar-benar kami datang tanpa komando. Padahal saat itu juga belum ada WhatsApp grup. BBM juga belum ada. Memang seperti itu tradisinya.

Seakan sudah menjadi kewajiban bagi anak-anak muda sekitar untuk membantu. Bila takada acara lain yang lebih penting, para pemuda dan pemudi akan mengutamakan untuk membantu nyinom. 

Kalau tidak datang, ada rasa pekewuh (tak enak hati) pada para tetangga dan rekan. Para sinoman akan datang dengan berseragam rapi menggunakan seragam karang taruna. Mereka langsung berkumpul menuju dekat dapur saji tempat hidangan disiapkan. Pemuda-pemudi sinoman stand by di sana.

Saya masih ingat betul, dalam suatu hajatan sudah menjadi standar. Seperti sudah urut-urutan. Urutan pertama yang keluar pasti wedang teh (teh panas manis). Kemudian diikuti Snack. 

Beberapa saat kemudian dilanjutkan dengan sup. Lalu nasi (makan berat) dan ditutup dengan sajian es buah. Bawa satu baki itu lumayan berat lho. Teh misalnya, dalam satu baki bisa membawa 15-20 gelas. Paling pegel kalau sudah angkat es buah. Hmmm... Tangan rasanya pengen pakai koyo.

Seorang sinoman membawa baki yang penuh es. Gambar: djangki.wordpress.con
Seorang sinoman membawa baki yang penuh es. Gambar: djangki.wordpress.con

Dalam sebuah hajatan, selalu ada semacam formasi sinoman sebagai berikut:

1. Koordinator utama

Koordinator utama juga berperan sebagai pemimpin sinoman. Hanya satu orang saja. Biasanya ketua karang taruna. Ia bertugas untuk mengatur kelancaran pemberian hidangan kepada para tamu. Ia akan mengarahkan pembawa baki makanan/minuman. 

Jadi, setiap pembawa baki akan menghampiri koordinator utama dahulu untuk diarahkan sebelum menuju ke arah tamu. Ketika ada tamu yang belum mendapatkan sajian, atau tamu yang baru datang, tinggal beri kode saja melalui koordinator utama.

2. Koordinator zona

Koordinator utama tentu saja tidak mungkin bisa memonitor seluruh tamu lantaran tamu yang hadir bisa ratusan atau bahkan ribuan. Maka ia akan membagi menjadi beberapa zona. 

Satu orang akan berdiri di setiap zona dan bertanggung jawab atas zonanya masing-masing. Jadi koordinator utama akan mengarahkan pembawa baki hidangan pada koordinator zona. Nah, koordinator zona lalu mengarahkan ke tamu.

3. Sinoman pria

Para pemuda bertindak sebagai sinoman pria yang bertugas sebagai pembawa baki hidangan.

Sinoman pria membawa baki hidangan, sinoman wanita yang menyajikan. Foto: Facebook Kominfo DIY
Sinoman pria membawa baki hidangan, sinoman wanita yang menyajikan. Foto: Facebook Kominfo DIY

4. Sinoman wanita

Para pemudi akan berdiri (stand by) di dekat tamu. Mereka berdiri di tempat yang telah ditentukan. Sinoman wanita bertugas membantu sinoman pria untuk menyerahkan hidangan ke tangan para tamu. 

5. Penata hidangan

Ini adalah bagian yang tak kalah penting walaupun tidak kelihatan. Penata hidangan bertugas menata hidangan untuk diletakkan ke tepak (baki) yang akan diangkat para sinoman.

Menjadi petugas sinoman itu tugas mulia. Pekerjaan ini adalah pekerjaan atas dasar kerelaan dan tulus ikhlas tanpa dibayar. Tuan rumah biasanya hanya mengisi kas untuk karang taruna dan menyediakan rokok. 

Menjadi petugas sinoman juga mengajarkan kebesaran hati. Pasalnya biasanya para petugas sinoman menikmati sajian pada saat akhir ketika acara sudah selesai. Mereka pun masih harus membereskan piring dan gelas yang kotor untuk dibawa ke tempat pencucian. 

Namun kini tradisi sinoman sudah mulai luntur seiring dengan waktu. Saya menduga ada beberapa faktor penyebab. 

Pertama, saat ini sudah banyak acara hajatan yang menggunakan jasa sewa gedung. Kalau sudah sewa gedung akan diikuti katering. Nah petugas yang menyajikan adalah petugas katering tersebut. 

Memang tradisi sinoman itu hanya pada saat hajatan digelar di rumah, bukan di gedung. Pun bila hidangannya disajikan secara "piring terbang", bukan prasmanan.

Kedua, banyak pemuda yang merantau. Akibatnya pemuda yang tersisa di kampung tinggal sedikit. Sudah pasti akan kerepotan. Akhirnya tuan rumah menggunakan jasa katering.

Ketiga, semangat gotong royong pemuda sekarang cenderung menurun. Untuk poin ini saya tidak bisa menggeneralisir. Tak semuanya begitu. Perbedaan generasi menyebabkan perbedaan peradaban serta pergaulan. 

Analisis saya demikian. Benar atau tidaknya saya takbisa memastikan. Namun yang pasti nilai-nilai itu sudah mulai luntur. Apakah karena sudah terbiasa dimanjakan dengan teknologi?

Sinoman merupakan kearifan lokal yang menjadi bagian dari budaya masyarakat. Kearifan ini sungguh mengajarkan nilai-nilai penting, yakni gotong royong dan kerelaan hati. Tulus ikhlas kepada sesama. 

Sinoman secara tidak langsung juga menjaga kerukunan dalam bertetangga. Karenanya, tradisi ini sudah sepantasnya dijaga dan dilestarikan sebagai nilai luhur bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun