Mohon tunggu...
Himawan Wicaksono
Himawan Wicaksono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa ilmu komunikasi UIN sunan kalijaga 23107030095

saya adalah mahasiswa uin sunan kalijaga prodi ilmu komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tradisi "Ujung" Lebaran Idul Fitri Tak Termakan oleh Zaman

14 April 2024   14:59 Diperbarui: 14 April 2024   15:00 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber pribadi (himawan)

Ujung adalah tradisi silaturahmi antar sesama orang atau kelompok yang dilakukan dari rumah ke rumah padaa saat hari raya lebaran Idul Fitri. tradisi ini dilakukan oleh orang orang jawa maupun melayu yang telah mengakar ( Turun-temurun ) dan membudaya, Identik dilakukan pada saat hari Raya idul fitri selepas solat sunnah Idul Fitri di masjid-Masjid Kampung dan Masjid-Masjid Perkotaan.  Tradisi ujung pada saat hari kemenangan atau hari raya idul Fitri ini mengandung Unsur budaya, sosial, dan juga agama menurut dari berbagai sumber dan juga fakta lapangan yang saya temui pada keadaan sosial dan masyarakat di dusun atau darah saya. Tradisi ujung ini tak hanya dilakukan oleh negara indonesia saja namun negara tetangga kita seperti malaysia juga melakukan tradisi ujung ini pada saat lebaran karena negara malaysia merupakan rumpun dari negara indonesia yang tidak memiliki perbedaan yang jauh dalam aspek sosial,adat,dan budaya nya.

sumber pribadi ( ketua RT )
sumber pribadi ( ketua RT )

Tradisi ujung ini dilakukan setelah solat sunnah idulfitri, masyarakat biasa melakukan tradisi ujung ini biasanya dalam kurun waktu seminggu bahkan lebih tergantung bagaimana pribadi masing masing dalam menjalin silaturahmi. Menurut data hasil observasi Mas Maryanto selaku ketua RT di dusun saya mengatakan bahwa " Tradisi ujung ini sudah ada sejak saya masih kecil dulu kalau ujung-ujung seperti ini pada saat saya masih kecil ramai sekali banyak yang sampai berminggu-minggu untuk mengunjungi keluarganya bahkan ada yang sampai ke luarkota, kalau zaman sekarang kan sudah ada teknologi jadi ya cukup dengan telfon saja sudah cukup, tetapi tergantung orangnya juga gimana cara dia menjaga dan menjalin hubungan silaturahmi antar keluarga dan teman temanya ada yang cukup kabar-kabar an melalui telepon dan ada juga yang sampai sekarang masih mengunjungi secara langsung".  Jadi tradisi ujung pada saat ini masih tetap ada dan tidak termakan oleh perkembangan zaman hanya saja flexible sesuai dengan perkembangan zaman tergantung bagaimana kepribadian setiap orang menurut ketua RT ( Rukun Tetangga) di daerah saya tersebut.

Kondisi di lapangan yang saya temui di daerah saya dan daerah sekitar saya banyak sekali warga masyarakat yang melakukan kegiatan ujung ini mulai dari anak kecil usia TK -- SD ( Taman kanak-Kanak sampai Sekolah Dasar) mereka dengan segerombolan teman temanya melakukan kegiatan ujung untuk menyambung tali silaturahmi dan saling ber maaf-maafan antar sesama dan juga orang tua-orangtua di daerah saya. hal tersebut merupakan hal yang sangat bagus menurut teman teman se umuran saya dengan kelahiran tahun 2000-an yang beranggapan bahwa anak anak tersebut dapat meneruskan tradisi turun temurun ini karena sedari kecil sudah terbiasa melakukan kegiatan tradisi budaya hari raya Idul Fitri ini. Selain itu unsur masyarakat yang melakukan kegiatan ujung ini ada remaja-remaja ( Pemuda dan pemudi ) atau biasa disebut karangtaruna , dan juga golongan orang dewasa dan orangtua.

sumber pribadi ( rumah bapak dukuh )
sumber pribadi ( rumah bapak dukuh )

Pada saat saya kunjungan untuk melakukan kegiatan ujung ini di tempat Bapak Dukuh ( kepala dusun) bersama dengan pemuda-pemuda dusun setempat mendapati bahwa kegiatan ujung ini yang persamaan artinya adalah silaturahmi memiliki dampak berupa mempersatukan perkumpulan kepemudaan dengan wejangan wejangan dari bapak dukuh yang diberikan kepada pemuda pemudi dengan mengaitkan kegiatan kepemudaan berupa takbiran Idul Fitri dan keberlanjutan kegiatan selanjutnya, pasalnya di dalam daerah saya pemuda pemudi terbagi menjadi 3 bagian dan pada akhir akhir ini dapat bersatu walaupun tidak dengan 1 organisasi namun dalam bentuk kegiatan. beliau Bapak Dukuh (kepala dusun) mengatakan bahwa " kegiatan-kegiatan positif ini pada intinya yang bersifat mempersatukan harus terus kalian lakukan, saya mengapresiasi kesuksesan acara takbiran idulfitri kemaren yang dapat terselenggara oleh kalian pemuda pemudi satu padukuhan dapat berjalan dengan sangat bagus, langkah selanjutnya kalian terus menjaga kekompakan dan melanjutkan kegiatan ini untuk acara tahunan serta mengikuti lomba Takbiran idul adha di tingkat kalurahan sesuai dengan rencana kalian"  hal tersebut memiliki arti bahwa kegiatan ujung ini memag benar benar mempererat silaturahmi dalam hal ini dalam kepemudaan atau karangtaruna. 

sumber pribadi ( kunjungan ke tokoh masyarakat )
sumber pribadi ( kunjungan ke tokoh masyarakat )

Tatacara ujung yang saya amati di daerah saya mulai dari orangtua sampai anak-anak adalah seseorang atau kelompok-kelompok tersebut berkunjung ke rumah seorang individu dan biasanya jika anak mengunjungi orangtuanya maka sang anak tersebut biasanya sungkem atau sikap sujud sambil memegang tangan kedua orangtuanya dan lalu meminta maaf kepada orangtuanya atas kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat. Begitu juga yang lainya misal seorang keponakan dengan om nya, mereka akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan anak kepada orangtua. Selain itu salaman biasa dan mengucap "minal aidzin wal faidzin mohon maaf lahir dan batin" bisa dibilang sudah termasuk tradisi ujung, pasalnya anak anak kecil dan remaja atau pemuda-pemudi biasa mengucapkan hal tersebut kepada sebaya nya.

Kegiatan tradisi ujung ini memiliki banyak manfaat dan tujuan mengacu pada hasil wawancara yang telah saya cantumkan di atas :

  • Pertama adalah mempererat tali silaturahmi dari hasil diatas dapat dijadikan kesimpulan bahwa kegiatan tradisi ujung ini dapat mempererat silaturahmi seperti bertemu sanak saudara yang jauh, menanyakan kabar-kabar dari saudara dan teman teman yang jauh maupun dekat yang jarang kita temui.
  • Menciptakan persatuan dan kesatuan
  • Dalam rangka momentum hari yang suci segala unsur masyarakat dapat saling ber maaf maafan dan menciptakan spirit persatuan dan kesatuan karena mereka saling memaafkan kesalahan yang pernah mereka perbuat.
  • Menguatkan hubungan sosial
  •  karena dengan melakukan ujung kepada sesama dan orang yang lebih tua dapat memper erat hubungan-hubungan sosial dengan saling berkomunikasi yang bertujuan untuk saling memaafkan.
  • Menjaga identitas budaya
  • Menjaga identitas dan budaya seperti realita yang ditemukan di atas bahwa ujung ini merupakan tradisi yang sudah mengakar dan membudaya. dengan terus diadakanya kegiatan ini maka identitas kita sebagai warga negara dan juga identitas kita sebagai orang lokal akan tetap ada dan lestari.
  • Meningkatkan keimanan dan ketakwaan
  • Dengan saling ber maaf-maaf an itu adalah bentuk ketakwaan dan keimanan karena bentuk ketakwaan dan keimanan salahsatunya adalah silaturahmi dan saling memaafkan.  

Begitulah liputan saya mengenai tradisi ujung pada lebaran idul fitri yang tidak termakan oleh zaman sesuai dengan fakta lapangan bahwa masih banyak sekali orang-orang yang mudik ke kampung halaman untuk saling bersilaturahmi dan ber maaf-maaf an kepada keluarganya serta orang orang penduduk yang masih melestarikan budaya ini dengan keliling melakukan kegiatan ujung untuk menyambung tali silaturahmi antar sesama dan juga lintas golongan mulai dari golongan tua, dewasa , anak muda, serta anak-anak kecil usia TK sampai SD yang sudah mulai mengenal tradisi ini. Sekian dan trimakasih sudah membaca

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun