Mohon tunggu...
Alfa Riezie
Alfa Riezie Mohon Tunggu... Jurnalis - Pengarang yang suka ihi uhu

Muhammad Alfariezie, nama yang memiliki arti sebagai Kesatria Paling Mulia. Semua itu sudah ada yang mengatur. Siapakah dan di manakah sesuatu itu? Di dalam perasaan dan pikiran.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dewi Cantik di Kaki Gunung Suka Hilang

25 Juni 2021   11:49 Diperbarui: 25 Juni 2021   12:00 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Muhammad Alfariezie

Dewi. Itulah nama perempuan cantik di kaki gunung suka hilang. Kulitnya cukup mulus dan berwarna sawo matang. Rambutnya hitam panjang sebahu. Hidungnya cukup mancung. Suaranya tidak manja.

Ayah dewi mati setelah mengacungkan parang bersama lima rekannya. Ke enam kepala rumah tangga itu berniat mengusir tentara, polisi dan preman yang mengamankan tambang luar negeri. Jasadnya tak pernah kembali ke rumah masing-masing. Konon, diseret dan dibuang ke dalam hutan.

"Saya ingin pergi ke kota. Saya bisa membantu orang-orang yang berkecukupan untuk merapikan segala hal dalam rumahnya. Saya juga pandai memasak dan tentu bisa memomong bayi," kata Dewi di suatu gubuk yang menghadap air terjun.

Air terjunnya kembar. Warna airnya coklat dan arusnya deras. Selain itu, di sisinya nampak pohon-pohon besar nan rindang serta perdu, rumput dan alang-alang.

Dewi hanya mempunyai rumah dan tetangga. Sejak Dewi lahir, ibunya meninggal.

"Yang saat ini bisa saya lakukan hanya mengurus kebun. Tapi, sungguh itu bukan keahlianku. Bapak tak pernah mengajarkan. Bapak hanya ingin aku memasak lalu menyuguhkan di gubuk kebunnya," jelasnya lalu merunduk.

Tempat tinggal Dewi berada di kaki gunung Suka Hilang. Konon, siapa pun yang pergi ke dalam sana maka akan menghilang. Namun, itu hoaks. Sungguh, di bawah gunung itu berlimpah harta berupa emas.

Sudah sejak jaman belanda, di dalam gunung Suka Hilang terjadi pertambangan besar-besaran. Pemerintah negeri ini mengetahui tambang asing itu. Aparat pemerintah membayar para tokoh dan pengarang untuk menulis legenda tentang kengerian gunung Suka Hilang agar tiada satu pun yang berani memasuki kawasan berlimpah emas.

"Bapak saya bukan asli orang sini. Dia bekas simpatisan bahkan anggota kelompok terlarang. Dia kabur ke daerah sini untuk berlindung. Hingga pada suatu hari, dia merasakan asmara pada gadis cantik, ibuku," jelasnya sambil tersenyum seraya mengusap air mata.

Sejak aku remaja, dia sudah mencurigai tentang legenda palsu buatan pengarang sayembara yang ditujukan untuk kepentingan eksploitasi alam. Bapaknya Dewi sudah banyak membaca artikel dan buku-buku tentang pengelolaan sumber daya alam untuk keberlangsungan hidup manusia.

"Suatu hari ketika fajar baru mengembang, bapak memasuki hutan dan hanya berbekal parang serta senter. Satu minggu dia di sana. Ketika pulang, wajahnya memerah. Kemudian dia meletakkan parang, center lalu bergegas mencuci baju. Dari situ dia pergi. Entah ke mana. Mungkin menemui sahabatnya untuk merundingkan sesuatu," katanya seraya berdiri dan mengirup udara pegunungan.

Menurut Dewi, setelah pergi dan lalu pulang. Bapaknya tidak beristirahat. Tapi, mengasah parang lalu membawa benda itu dan tak lupa center.

"Aku tidak mengetahui apa yang terjadi. Aku hanya diam lalu mencoba tidur,"

Dewi menjelaskan. Tak lama mata terpejam. Terdengar suara larangan warga. Para warga melarang bapaknya Dewi dan lima orang rekannya untuk memasuki hutan itu. Meski, bapaknya Dewi sudah menjelaskan, di sana terdapat alat berat dan peralatan tambang serta pengawalan dari aparat keamanan.

"Bapak dan kawan-kawannya tidak sampai memasuki hutan. Para preman yang mungkin orang suruan pemilik tambang, mereka datang. Jumlahnya puluhan dan ada yang membawa senapan serta pedang," Dewi kembali duduk dan merendam tubuh ke dalam dua lututnya. Suaranya terisak. Air matanya jatuh ke tanah merah yang masih basah.

Menurutnya, perkelahian terjadi. Jelas preman itu memenangkan pertarungan.

Tak ada lagi warga yang bertanya-tanya tentang tambang di dalam gunung Suka Hilang. Meski, di daerah penyanggahnya sempat terjadi gempa selama satu bulan. Para pakar dari luar negeri menyatakan melalui berita, gempa tersebut dikarenakan keberlangsungan tambang. Tapi, tetap tak ada yang berani menanyakan. Semua diam. Semua percaya kalau gunung itu mampu menghilangkan orang.

"Aku hidup sendiri, saat ini. Aku ingin ke kota. Mungkin bisa melupakan hal pelik tragedi sekaligus komedi ini," katanya seraya tersenyum kecil.

Semoga Harimu Menyenangkan...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun