Oleh Muhammad Alfariezie
Dewi. Itulah nama perempuan cantik di kaki gunung suka hilang. Kulitnya cukup mulus dan berwarna sawo matang. Rambutnya hitam panjang sebahu. Hidungnya cukup mancung. Suaranya tidak manja.
Ayah dewi mati setelah mengacungkan parang bersama lima rekannya. Ke enam kepala rumah tangga itu berniat mengusir tentara, polisi dan preman yang mengamankan tambang luar negeri. Jasadnya tak pernah kembali ke rumah masing-masing. Konon, diseret dan dibuang ke dalam hutan.
"Saya ingin pergi ke kota. Saya bisa membantu orang-orang yang berkecukupan untuk merapikan segala hal dalam rumahnya. Saya juga pandai memasak dan tentu bisa memomong bayi," kata Dewi di suatu gubuk yang menghadap air terjun.
Air terjunnya kembar. Warna airnya coklat dan arusnya deras. Selain itu, di sisinya nampak pohon-pohon besar nan rindang serta perdu, rumput dan alang-alang.
Dewi hanya mempunyai rumah dan tetangga. Sejak Dewi lahir, ibunya meninggal.
"Yang saat ini bisa saya lakukan hanya mengurus kebun. Tapi, sungguh itu bukan keahlianku. Bapak tak pernah mengajarkan. Bapak hanya ingin aku memasak lalu menyuguhkan di gubuk kebunnya," jelasnya lalu merunduk.
Tempat tinggal Dewi berada di kaki gunung Suka Hilang. Konon, siapa pun yang pergi ke dalam sana maka akan menghilang. Namun, itu hoaks. Sungguh, di bawah gunung itu berlimpah harta berupa emas.
Sudah sejak jaman belanda, di dalam gunung Suka Hilang terjadi pertambangan besar-besaran. Pemerintah negeri ini mengetahui tambang asing itu. Aparat pemerintah membayar para tokoh dan pengarang untuk menulis legenda tentang kengerian gunung Suka Hilang agar tiada satu pun yang berani memasuki kawasan berlimpah emas.
"Bapak saya bukan asli orang sini. Dia bekas simpatisan bahkan anggota kelompok terlarang. Dia kabur ke daerah sini untuk berlindung. Hingga pada suatu hari, dia merasakan asmara pada gadis cantik, ibuku," jelasnya sambil tersenyum seraya mengusap air mata.
Sejak aku remaja, dia sudah mencurigai tentang legenda palsu buatan pengarang sayembara yang ditujukan untuk kepentingan eksploitasi alam. Bapaknya Dewi sudah banyak membaca artikel dan buku-buku tentang pengelolaan sumber daya alam untuk keberlangsungan hidup manusia.