Masjid Al-Adyan Dr. H. Maratua Simanjuntak, 12 September 2025 -- Pada Jumat yang penuh berkah ini, Masjid Al-Adyan Dr. H. Maratua Simanjuntak kembali menjadi saksi khotbah yang sarat makna dan pesan spiritual. Khatib Arya Hafidh Abhirama Putra Pangestu, siswa kelas XII KUK Averroes, menyampaikan khutbah Jumat dengan tema yang relevan dan sangat penting bagi setiap Muslim, yaitu pengendalian hawa nafsu sebagai kunci utama untuk meraih taqwa dan keselamatan di dunia maupun akhirat.
Dalam khutbahnya, Arya Hafidh menekankan bahwa manusia tidak hanya menghadapi tantangan dan tuntutan duniawi yang nyata, tetapi juga musuh yang tak kasat mata, yakni hawa nafsu dan pengaruh setan. Menurut khatib, pengendalian hawa nafsu bukan sekadar menahan diri dari perbuatan yang diharamkan, tetapi juga merupakan perjuangan batin yang lebih besar daripada jihad fisik, yang dikenal sebagai Jihadul Akbar. Rasulullah SAW telah menegaskan bahwa mengendalikan hawa nafsu adalah salah satu jihad terbesar yang harus dilakukan setiap Muslim untuk meraih ridha Allah dan menjamin keselamatan di akhirat.
Firman Allah dalam surat an-Nazi'at ayat 40--41 dijadikan dasar penekanan khatib: mereka yang takut kepada kebesaran Allah dan menahan diri dari hawa nafsu akan memperoleh surga. Arya Hafidh menegaskan bahwa pengendalian diri ini bukan hanya soal menjauhi hal-hal yang diharamkan, tetapi juga menjaga hati dan pikiran agar tidak tunduk pada dorongan ego dan ambisi berlebihan yang dapat menjerumuskan manusia ke jalan yang salah.
Sebagai pengingat, khatib juga menyinggung surat al-Jatsiyah ayat 23, yang menegaskan bahwa orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan akan tersesat meskipun berilmu. Hatinya akan keras, pendengarannya tertutup, dan matanya buta terhadap kebenaran. Pesan ini menjadi pengingat penting bagi setiap Muslim, bahwa ilmu tanpa pengendalian diri tidak cukup. Seorang yang pintar secara akademis atau pandai dalam hal duniawi, namun gagal mengendalikan hawa nafsunya, tetap berisiko tersesat dari jalan Allah.
Selain itu, Arya Hafidh juga menyoroti bahaya setan dan pengikutnya yang selalu mengintai manusia melalui hawa nafsu dan syahwat. Dalam surat al-A'raf ayat 27, Allah menegaskan bahwa setan dapat melihat manusia, sedangkan manusia tidak dapat melihatnya. Karena itu, pengendalian diri melalui dzikir, ibadah, dan mendekatkan diri kepada Allah menjadi benteng utama dari godaan setan. Seorang Muslim yang berhasil menguasai hawa nafsunya akan mencapai kondisi nafsu mutmainnah, yang tenang, stabil, dan taat kepada Allah.
Khatib menekankan pentingnya memahami sejarah Iblis sebagai nenek moyang setan. Kisah Iblis yang menolak sujud kepada Nabi Adam AS karena kesombongan dan mengikuti hawa nafsunya menjadi pelajaran berharga bahwa kesombongan dan hawa nafsu adalah awal dari kesesatan. Arya Hafidh menekankan bahwa meniru sikap Iblis akan membawa manusia menjauh dari Allah dan memudahkan setan menggoda sepanjang hayatnya.
Selain itu, khutbah menekankan bahwa taqwa adalah benteng utama manusia. Dalam surat Ali Imran ayat 102, Allah memerintahkan orang-orang beriman untuk bertakwa dan tidak mati kecuali dalam keadaan Muslim. Keselamatan hakiki hanya diperoleh oleh mereka yang konsisten menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Tanpa taqwa, ilmu, harta, dan status sosial tidak akan menjamin keselamatan di dunia maupun akhirat.
Untuk menghadapi hawa nafsu dan godaan setan, Arya Hafidh menyarankan beberapa strategi praktis yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Pertama adalah dzikir dan ibadah rutin, termasuk shalat tepat waktu, membaca Al-Qur'an, dan memperbanyak doa. Dzikir menjadi perisai dari bisikan setan dan dorongan hawa nafsu yang merusak. Kedua adalah kedisiplinan dan kesabaran, yakni mengatur diri dalam belajar, ibadah, dan pekerjaan, serta melatih hati agar tidak mudah tergoda oleh kepentingan pribadi yang berlebihan.
Ketiga adalah amalan sosial positif, termasuk membantu sesama, menjaga lingkungan, dan berperilaku jujur. Dengan menanamkan perilaku positif, hawa nafsu yang awalnya egois dapat dialihkan menjadi energi yang bermanfaat bagi masyarakat. Keempat adalah pemahaman ilmu agama dan umum, di mana ilmu agama membentengi diri dari godaan dan ilmu umum membekali manusia menghadapi tantangan dunia dengan bijak.
Khutbah juga mengingatkan bahwa setan selalu mengintai, sehingga setiap Muslim harus waspada dan menganggap setan sebagai musuh. Dalam surat al-Fathir ayat 6, Allah menegaskan bahwa setan hanya mengajak pengikutnya menuju neraka. Oleh karena itu, setiap bisikan yang mendorong hawa nafsu harus ditolak dan setiap godaan yang bertentangan dengan ajaran Islam harus dijauhi.