Mohon tunggu...
Alan Daka
Alan Daka Mohon Tunggu... Akuntan - Cuma mau nulis.

Dream it, taste it, make it happen..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menjaga dan Dijaga

30 Agustus 2019   15:55 Diperbarui: 30 Agustus 2019   15:57 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biarkan ayam itu melengkingkan suaranya, jika perlu hingga putus pita suaranya. Menembus celah-celah jendela, menusuk tajam gendang telinga. Ini semua salahmu yang belum juga datang dalam kehidupan. Mungkin jika sesosok wanita sudah hadir menemani dan selalu membangunkan lebih cepat sebelum ayam itu menarik pita suaranya, aku akan menyiapkan segayung air dan menyiram saat suaranya mulai terdengar. 

Aku benci suara ayam anyway, tidak tahu mengapa. Sama dengan kebanyakan, selalu ada hal-hal yang dibenci seseorang tanpa alasan yang jelas. Dan biarlah seperti itu. 

Ini pagi yang cerah, namun awan tidak banyak berkeliaran menutup cahaya terik negeri khatulistiwa ini. 

Beruntungnya, aku tinggal tidak jauh dari kantor. Hanya 15 menit maka sampai. Kupikir aku yang paling awal, namun ternyata dimeja paling ujung yang dihuni atasanku sudah didatangi sang penghuni. Aku pun belum memulai apapun sejak lima menit aku disini, masih membuka situs berita untuk memantau perkembangan politik yang mengerikan. Politik memang mengerikan, bahkan aktivis UI yang terkenal Soe Hok Gie menganologikan "Politik itu lumpur kotor." 

Tapi ternyata politik itu terjadi dalam konteks yang beragam. Dunia kerja pun ada, dan buatku itu memang menjijikan.

Dua rekan kerjaku yang lain masuk hampir bersamaan, Beno dan Haris. Seperti biasa kami pun memulai hari dengan hening, mungkin ini bisa bertahan hingga dua jam. Setelah itu pasti ada salah satu diantara mereka  yang membuka mulutnya, lalu mulai berbicara yang tidak berfaedah dan disambut oleh yang lain meski dalam keadaan terpaksa. Aku hanya akan menjadi yang menjawab, soalnya kasihan kalau tidak ada yang menanggapi.

"Aduh mules nih perut." Ucap Beno memulai ocehan pertama hari ini.

"Yauda boker sana." Jawabku singkat dan terpaksa.

Aku menurunkan tingkat stres dengan tidak melihat jam yang mungkin sudah bergerak lebih cepat, meski aku tahu dikomputer kamu hanya perlu melihat dipojok kanan bawah. Bahkan ponsel pun aku non-aktifkan agar tidak ada sesuatu hal lain mengganggu.  Saat ini aku ingin sekali menjadi penguasa waktu yang bisa menahannya atau mempercepat semauku. Melepas memikirkan waktu yang tersisa, atau bahkan deadline yang tinggal hari ini saja.

Satu jam lagi waktu istirahat, dan biasanya diwaktu seperti ini para cacing atau Kyubi dalam perutku sudah meronta meminta asupan. Tapi kali ini tidak, mereka cukup bersahabat dan bisa mengerti keadaan. Atau justru mereka sudah mati jauh didalam sana, entahlah aku tidak peduli 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun