Mohon tunggu...
Alamsyah M. Djafar
Alamsyah M. Djafar Mohon Tunggu... -

Menulislah hingga masa dimana kita tak bisa lagi menulis. http://alamsyahdjafar.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hah! Sudah Tujuh Tahun!

10 Mei 2011   07:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:53 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aduh! Hampir saja terlewat. Hari ini tepat ulang tahun pernikahan kami. Sungguh tak terasa. Usia pernikahanku sudah masuk tahun kedelapan. Padahal, sepertinya baru kemarin kami berdua duduk manis di pelaminan sambil menyungging senyum bahagia tak henti-henti. Ratusan tamu menyalami. Sebagian membisik “Selamat ya. Semoga langgeng dan cepat punya momongan!”

Jelas sekali, aku masih mengingat peristiwa paling membahagiakan itu. Aku masih ingat, bagaimana kami mempersiapan akad di depan penghulu plus pilihan bajunya, menggelar sesi foto keluarga, ganti kostum pengantin, dan merencakan berapa sebaiknya kami punya anak. “Dua saja,” kataku. “Bagaimana kalau empat?,” kata suami. “Makin banyak, makin ramai kan?,” tambahnya lagi. Ah, benar juga!

Bisikan doa agar cepat punya momongan itu juga tak pernah aku lupa. Dan sekarang ini, setiap kali mengingat dan mendengar kata “momongan” maka hari-hari ku terasa sangat panjang, lama, dan kadang-kadang mengiris-iris.

Mengiris-iris karena “momongan” selalu berulang-ulang aku dengar saat bertemu teman-teman lama umpanya, atau para tetangga di kampung halaman saat kami pulang kampung. “Sudah punya momongan berapa?” Ketika kami jawab belum, mereka biasanya membesarkan hati.  “Mungkin belum waktunya”. Duh tuhan…

Terasa panjang, sebab setiap kali pergantian tahun kami selalu saja menunggu datangnya keajaiban yang entah kapan? Dan memang terasa sangat lama, karena usia aku rasakan berlalu cepat.

Setiap kujumpai pasangan muda berbelanja di supermarket sambil menggendong bocah kecil lucu mereka, secara tak sadar aku berkata pada suami. “Kapan ya kita bisa seperti mereka”. “Pada saatnya nanti, kita mengalaminya,” kata suami membesarkan hati. Dan itu selalu yang ia jawab setiap kali aku bertanya“Kapan ya kita bisa seperti mereka”.


Tak jarang pertanyaan-pertanyaan buruk meloncat-loncat di kepala. “Bagaimana kalau betul-betul kami tak pernah dikarunia anak? Lantas nasib kami jika sudah tua renta, siapa yang merawat? Tidakkah ini berarti garis keturunan berakhir pada kami?

Maka, kutulis ini buat suami tercinta di hari ulang tahun pernikahan kami yang ketujuh. Kukirim melalui surat elektronik yang kuberi judul “Our Wedding Anniversary”. Tak lupa, ku lampirkan gambar bayi mungil yang tengah tertawa. Lucu sekali! Terus terang saat menulis, aku menangis …

Monday, May 9, 2011 12:09 AM
From: Ellen
To: Erik

Tak terasa hari ini tepat 7 tahun usia pernikahan kita. Suka duka sudah kita lalui dengan baik. Terima kasih selama 7 tahun ini sudah menjadi suami yang baik. Dan Semoga tetap begitu sampai akhir hayat kita. Aku mohon maaf, kalau selama ini belum bisa jadi istri yang baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Tapi percaya deh, aku selalu berusaha, kalau belum juga berarti masih proses...

Memasuki usia ke 8 tahun pernikahan kita, semoga tuhan selalu menjaga rumah tangga kita dari segala godaan dan dimudahkan dalam semua urusan. Dan harapan yang paling utamanya semoga, di tahun ini kita mendapatkan kepercayaan untuk segera menimang generasi penerus kita. Terus berusaha dan jangan menyerah ya kak, dan semoga kita bisa kompak selalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun