Mohon tunggu...
akmal ghaza Tsuraya
akmal ghaza Tsuraya Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Teknik Industri Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Perubahan Iklim : Tantangan, Dampak, dan Solusi

25 Agustus 2025   23:50 Diperbarui: 25 Agustus 2025   23:42 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Latar Belakang
Perubahan iklim merupakan fenomena alam yang ditandai dengan meningkatnya suhu rata-rata bumi dan perubahan pola cuaca. Meskipun secara alami iklim bumi memang mengalami dinamika, aktivitas manusia sejak Revolusi Industri telah mempercepat laju perubahan iklim melalui emisi gas rumah kaca yang berlebihan. Sumber masalah emisi tersebut berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, industrialisasi, serta pola konsumsi yang tidak berkelanjutan. Akibatnya, perubahan iklim kini tidak hanya menjadi isu lingkungan, tetapi juga tantangan sosial, ekonomi, kesehatan, hingga politik global.
Pendahuluan
Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan agenda pembangunan global yang disepakati oleh negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk diwujudkan pada tahun 2030. Tujuan pembangunan berkelanjutan ini hadir sebagai respons atas tantangan multidimensi yang dihadapi dunia, seperti ketimpangan sosial, degradasi lingkungan, dan perubahan iklim. Dengan demikian, SDGs menjadi peta jalan yang mengarahkan seluruh negara untuk bergerak menuju masa depan yang lebih adil, sejahtera, dan berkelanjutan. SDG 13 membahas isu perubahan iklim yang bertujuan untuk mengambil tindakan memerangi perubahan iklim.
Esai ini ditulis untuk menguraikan mengapa SDG 13 perlu menjadi prioritas dalam agenda pembangunan berkelanjutan, dengan menyoroti tantangan, dampak, serta strategi penanganan perubahan iklim, khususnya di Indonesia. Pembahasan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih mendalam mengenai urgensi aksi iklim, sekaligus mendorong peran aktif seluruh pihak pemerintah, lembaga pendidikan, masyarakat, hingga individu dalam mendukung keberhasilan SDGs.

Pembahasan

Dampak Perubahan Iklim
Perubahan iklim membawa dampak yang luas dan kompleks dalam berbagai aspek kehidupan salah satu dampak yang terlihat yaitu dampak pada lingkungan yakni tingginya frekuensi bencana alam seperti banjir, kekeringan, dan badai tropis. Dampak tersebut tidak hanya menimbulkan masalah pada ekosistem, tetapi juga merugikan ekonomi, sosial, serta kesehatan masyarakat.
Dari sisi sosial-ekonomi, perubahan iklim telah meningkatkan kerentanan kelompok miskin dan rentan. Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menunjukkan bahwa komunitas dengan keterbatasan akses terhadap sumber daya menjadi kelompok yang paling terdampak. Peningkatan suhu dan cuaca ekstrem menyebabkan penurunan produktivitas pertanian, berkurangnya ketersediaan air bersih, serta meningkatnya risiko penyakit menular.
Dengan dampak yang terjadi pada banyak sektor, isu perubahan iklim tidak dapat hanya dipandang sebagai masalah lingkungan semata, melainkan juga sebagai persoalan pembangunan, sosial, dan ekonomi. Oleh karena itu, strategi mitigasi dan adaptasi harus diprioritaskan untuk memperkuat resiliensi masyarakat dan memastikan tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan.

Tantangan
Penanganan perubahan iklim tidak dapat dilepaskan dari berbagai tantangan yang kompleks dan saling berkaitan. Tantangan ini muncul baik dari sisi struktural, kebijakan, maupun perilaku masyarakat. Empat tantangan utama yang menjadi penghambat dalam upaya mewujudkan aksi iklim berkelanjutan dapat diuraikan sebagai berikut.
  Pertama, tingginya ketergantungan pada energi fosil menjadi salah satu kendala terbesar. Indonesia masih bergantung pada batu bara, minyak bumi, dan gas sebagai sumber energi utama. Kondisi ini menimbulkan dilema karena sektor energi merupakan penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca. Di sisi lain, transisi menuju energi terbarukan menghadapi kendala berupa investasi awal yang tinggi, keterbatasan teknologi, dan infrastruktur yang belum memadai.
  Kedua, deforestasi dan alih fungsi lahan terus memperparah krisis iklim. Aktivitas pembukaan lahan untuk perkebunan skala besar, pertambangan, serta pembangunan infrastruktur telah mengurangi luas hutan yang berperan penting sebagai penyerap karbon alami. Hilangnya hutan tidak hanya meningkatkan emisi karbon, tetapi juga memperburuk kerentanan ekosistem dan mengancam keanekaragaman hayati.
    Ketiga, rendahnya kesadaran masyarakat terhadap gaya hidup berkelanjutan juga menjadi hambatan signifikan. Pola konsumsi energi yang boros, penggunaan plastik sekali pakai, dan rendahnya partisipasi masyarakat dalam aksi lingkungan menunjukkan masih kurangnya pemahaman mengenai dampak perubahan iklim. Padahal, peran masyarakat sangat penting dalam mendukung keberhasilan aksi iklim melalui perubahan perilaku sehari-hari maupun gerakan kolektif berbasis komunitas.
  Dengan adanya berbagai tantangan tersebut, penanganan perubahan iklim di Indonesia membutuhkan perhatian serius agar tidak menghambat pencapaian SDG 13: Aksi Iklim maupun tujuan pembangunan berkelanjutan lainnya.

Upaya dan Strategi Penanganan
Perubahan iklim yang semakin nyata menuntut adanya upaya penanganan yang sistematis, komprehensif, dan berkelanjutan. Strategi penanganan dapat dilakukan melalui dua jalur utama, yaitu mitigasi dan adaptasi, yang keduanya saling melengkapi.
  Mitigasi adalah langkah yang ditujukan untuk mengurangi penyebab perubahan iklim, terutama dengan menekan emisi gas rumah kaca. Berdasarkan Indonesia’s Enhanced Nationally Determined Contribution (NDC) 2022, pemerintah menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 31,89% dengan usaha sendiri dan 43,20% dengan dukungan internasional pada tahun 2030. Untuk mencapai target tersebut, berbagai upaya dilakukan seperti transisi energi melalui pengembangan energi terbarukan. Data Kementerian ESDM (2023) menunjukkan bahwa bauran energi terbarukan Indonesia baru mencapai 12,3%, jauh dari target 23% pada 2025, sehingga akselerasi transisi energi menjadi sangat penting. Selain itu, sektor kehutanan dan lahan juga berkontribusi besar melalui upaya penghentian deforestasi dan rehabilitasi lahan kritis.  
Adaptasi adalah strategi untuk mengurangi kerentanan masyarakat dan ekosistem terhadap dampak perubahan iklim. Laporan IPCC (2023) memperkirakan bahwa lebih dari 100 juta orang di dunia dapat jatuh ke bawah garis kemiskinan pada 2030 jika tidak ada upaya adaptasi yang memadai. Di Indonesia, perubahan iklim telah memengaruhi sektor pertanian, di mana Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa kekeringan pada 2019 berdampak pada lebih dari 40 ribu hektar sawah yang gagal panen. Upaya adaptasi dapat dilakukan melalui pembangunan infrastruktur ketahanan iklim, diversifikasi tanaman, pengembangan varietas tahan kekeringan, serta pemanfaatan teknologi ramah lingkungan untuk memperkuat ketahanan pangan.
Dengan adanya dukungan kebijakan yang kuat, kolaborasi lintas sektor, dan partisipasi masyarakat, strategi penanganan perubahan iklim dapat berjalan lebih efektif. Hal ini tidak hanya mendukung pencapaian SDG 13: Aksi Iklim, tetapi juga berkontribusi pada pencapaian berbagai tujuan pembangunan berkelanjutan

Kesimpulan
  Perubahan iklim merupakan tantangan global sekaligus nasional yang memberikan dampak luas terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi. Bencana alam yang semakin sering terjadi, penurunan produktivitas pertanian, hingga meningkatnya kerentanan kelompok miskin membuktikan bahwa perubahan iklim bukan sekadar isu lingkungan, melainkan juga persoalan pembangunan dan kesejahteraan manusia.
Dalam konteks pencapaian SDG 13, Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan besar, seperti tingginya ketergantungan pada energi fosil, deforestasi, kesenjangan implementasi kebijakan, serta rendahnya kesadaran masyarakat terhadap gaya hidup berkelanjutan. Tantangan-tantangan ini memperlihatkan bahwa penanganan perubahan iklim memerlukan solusi yang lebih komprehensif, bukan hanya dari sisi teknologi, tetapi juga dari aspek sosial, ekonomi, dan budaya.
Upaya mitigasi melalui transisi energi terbarukan, pengendalian deforestasi, serta peningkatan efisiensi energi perlu dipercepat agar target penurunan emisi dapat tercapai. Sementara itu, strategi adaptasi melalui ketahanan pangan, diversifikasi sumber daya, dan pembangunan infrastruktur berketahanan iklim sangat penting untuk melindungi masyarakat dari risiko jangka panjang. Semua strategi tersebut harus ditopang dengan kebijakan yang konsisten, pendanaan yang memadai, serta keterlibatan aktif seluruh pihak, mulai dari pemerintah, sektor swasta, hingga masyarakat.
Dengan demikian, keberhasilan aksi iklim tidak hanya menentukan tercapainya SDG 13, tetapi juga menjadi kunci bagi keberlanjutan 16 tujuan pembangunan lainnya. Melalui kolaborasi, kesadaran kolektif, dan komitmen yang kuat, Indonesia dapat membangun masa depan yang rendah karbon, tangguh terhadap perubahan iklim, dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun