Mohon tunggu...
Akhmad Mukhlis
Akhmad Mukhlis Mohon Tunggu... Dosen - Gandrung Sepak Bola, Belajar Psikologi

4ic meng-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Urutan Kelahiran Menentukan Jenis Kepribadian, Fakta atau Mitos?

25 Januari 2018   15:01 Diperbarui: 26 Januari 2018   07:58 2652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih percaya yang mana?

Jika secara umum kita memiliki kepercayaan tentang urutan kelahiran dan karakteristik peribadian seseorang, namun sekaligus kita tahu bahwa kepercayaan tersebut banyak dibantah oleh penelitian ilmiah, bagaimana sikap kita? Secara pribadi, saya lebih memilih untuk memoderasi kedua arus tersebut. 

Mengapa demikian? Karena saya sendiri, sebagai anak tengah, sedikit atau banyak memiliki karakter yang dipercaya seperti yang ditulis di atas, namun seringkali saya juga berbeda sama sekali dengan karakter di atas.

Akan selalu menarik memperdebatkan topik ini, karena secara historis perdebatan tersebut telah dimulai oleh Alfred Adler dan Sigmund Freud sebagai dua ilmuan besar dalam psikologi. Bahkan, karena ketidaksepakannya atas asumsi yang dilemparkan oleh Adler, Freud sampai memutuskan keluar dari the Psychoanalytic Society dan membentuk the Society for Individual Psychology (Damian & Roberts, 2015). Ini jelas bukan main-main bung!

Dalam psikologi, terdapat sebuah alat tes yang dikembangkan untuk mengukur kecocokan karakteristik kepribadian dengan urutan kelahiran, alat tersebut diberi nama Psychological Birth Order Inventory (PBOI). Sayangnya alat tes tersebut hanya menemukan 23% perempuan dan 15% laki-laki yang merasa dirinya cocok dengan gambaran umum tentang karakteristik kepribadian dengan urutan kelahirannya.

Sayangnya juga, tulisan saya sudah terlampau panjang, besok saya lanjutkan mengapa terkadang prediksi umum tentang urutan kelahiran bisa keliru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun