Anak Tunggal
Jika anak terakhir adalah anak yang dianggap tidak berhadapan dengan transisi peran, anak tunggal harusnya sama. Namun nyatanya tidak, anak tunggal secara tidak kasat mata juga mengalami transisi.Â
Pada awal kelahirannya, mereka dianggap sebagai 'bayi' dan saat beranjak menjadi anak-anak mereka mulai diperlakukan sebagai anak pertama, selanjutnya mereka dianggap sebagai anak satu-satunya.
Di indonesia, sepertinya sulit menemukan pasangan yang menginginkan hanya memiliki satu anak, karena secara rasional, satu anak dianggap memiliki resiko tinggi bagi kelangsungan sebuah keluarga.mulai ketakutan akan keselamatan umur anak, setiap pasangan biasanya memilih untuk memiliki anak lebih dari satu karena ingin melihat cita-cita terpendam mereka dilanjutkan oleh salah satu anaknya.
Model transisi 'bawah tanah' tadi, anak tunggal cenderung untuk berasumsi bahwa orang lain tahu bagaimana perasaan mereka, atau berpikir dengan cara yang sama seperti mereka, tanpa pertanyaan. Mereka mungkin bergantung pada orangtua mereka lebih lama dari anak-anak lain, menghabiskan lebih banyak waktu di rumah dan menunda keputusan tentang masa depan mereka.
Apa Kata Riset
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh dilakukan oleh peneliti dari dua universitas di Jerman, Universitas Leipzig dan Johannes Gutenberg pada tahun 2015 menyebutkan bahwa urutan kelahiran tidak memiliki efek pada atribut kepribadian seseorang. Â
Pada penelitian yang diterbitkan pada Proceedings of the National Academy of Sciences tersebut, Rohrer dan kolega (2015) tidak menemukan perbedaan yang signifikan pada ekstraversi, stabilitas emosional, kesesuaian, kesadaran, atau imajinasi dari subjek yang diteliti.
Studi lain dari Journal of Research in Personality yang melibatkan 377.000 subjek dari SMA di Amerika Serikat juga hanya menemukan sedikit bukti untuk perbedaan kepribadian.Â
Penelitian yang dipublikasikan juga pada tahun 2015 oleh Rodica Loana Damian dan Brent W. Robert ini tidak menemukan hubungan yang signifikan antara urutan kelahiran dengan sifat kepribadian serta kecerdasan seseorang.
Namun tidak semua penelitian membantah total apa yang dipercaya masyarakat, salah satunya adalah Harper dan kolega (2016) yang menyebutkan bahwa memiliki saudara kandung akan membantu anak untuk mengembangkan simpati kepada orang lain. Penelitian yang melibatkan lebih dari 300 keluarga ini menemukan sikap sosial yang terbentuk baik pada anak yang memiliki saudara kandung di rumah.