Jangan anggap kritik sebagai serangan. Lihatlah ia sebagai vitamin penguat untuk sistem yang sedang berjalan.
Dalam dunia pendidikan, keterbukaan terhadap kritik seharusnya menjadi nilai yang dijunjung tinggi. Bukankah kita selalu mengajarkan murid untuk berani bertanya dan memberi masukan?
Kalau akses publik untuk memberi masukan malah ditutup, lalu dimana nilai keterbukaan yang selalu dielu-elukan dalam pendidikan?
Kebanyakan orangtua murid merasa lebih percaya pada lembaga pendidikan yang terbuka terhadap masukan publik. Ini membantu orangtua dalam memilih sekolah untuk anak mereka. (sumber)Â
Artinya, ulasan di Google Maps bukan hanya ajang curhat tapi juga referensi penting dalam pengambilan keputusan.
Kita memang tak ingin sekolah dijatuhkan oleh komentar asal-asalan atau ulasan bernada kebencian. Namun, menghapus fitur bukanlah solusi yang adil.
Solusinya bisa dengan moderasi komentar serta edukasi masyarakat tentang etika memberi ulasan. Jika memang ingin menjaga citra sekolah maka cara terbaik adalah dengan meningkatkan pelayanan, bukan membungkam suara publik.
Dunia saat ini semakin digital. Transparansi dan keterbukaan adalah keniscayaan, bukan pilihan. Justru, sekolah yang bersedia dievaluasi terbuka akan lebih dihormati dan dipercaya oleh masyarakat.
Pemerintah sebaiknya meninjau kembali kebijakan ini. Jangan sampai dianggap sebagai tindakan anti-kritik. Karena dalam dunia demokrasi, kritik adalah nyawa dari perbaikan.
Tidak ada institusi publik yang sempurna. Tapi mereka bisa menjadi lebih baik jika mau mendengar dan memperbaiki diri. Termasuk sekolah yang menjadi tempat lahirnya masa depan bangsa.