Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia. Buku: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri. BT 2022. KOTY 2024.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

MBG (Bukan) Program Makanan Beracun Gratis

3 Mei 2025   05:05 Diperbarui: 3 Mei 2025   15:24 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Program Makan Bergizi Gratis, ambisi besar dengan tantangan yang juga besar. Kenapa MBG bisa bikin siswa keracunan? (KOMPAS/STEPHANUS ARANDITIO)

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digaungkan pemerintah kini menjadi topik hangat. Sejak pertama kali diumumkannya program ini sudah menuai pro dan kontra di berbagai lapisan masyarakat. Di satu sisi, MBG dianggap sebagai bentuk perhatian serius negara terhadap kesehatan dan nutrisi peserta didik terutama mereka yang berasal dari keluarga prasejahtera. Di sisi lain, banyak pihak mempertanyakan kesiapan infrastruktur, mekanisme pengawasan, dan sumber daya pelaksanaannya. Program ini bukan hanya sekedar memberi makan tapi pertaruhan besar dalam membangun generasi emas Indonesia.

Jika ditilik dari kacamata ideologis, MBG merupakan upaya negara menghadirkan kebijakan afirmatif bagi siswa yang selama ini menghadapi kendala gizi. Artinya, MBG bisa relevan sebagai intervensi untuk memutus mata rantai malnutrisi. Namun, seberapa siapkah ekosistem kebijakan pelayanan dan manajemen dalam menjawab tantangan ambisius ini?

Fakta di lapangan menunjukkan realita yang tidak selalu seindah narasi di atas kertas. Hingga hari ini belum semua sekolah menerima MBG. Bahkan dalam beberapa kasus muncul kabar yang cukup memprihatinkan. Sejumlah siswa telah mengalami keracunan setelah mengkonsumsi MBG. Ini bukan hanya masalah teknis tapi menyangkut keselamatan anak-anak kita.

Masalah mendasarnya terletak pada kontrol kualitas (quality control) dan mekanisme distribusi makanan yang belum tertata rapi. Di sinilah pentingnya penerapan SOP yang ketat dan pengawasan terpadu lintas sektor. 

Jangan sampai niat baik berubah menjadi mimpi buruk bagi para siswa dan orangtua. Dalam dunia public policy, kebijakan yang dieksekusi tanpa perencanaan matang dan evaluasi berkala seringkali justru melahirkan kebijakan yang gagal.

Jika dikelola dengan benar, MBG mungkin mampu menjadi game changer dalam ekosistem pendidikan Indonesia. Tinggal bagaimana pemerintah mampu menyempurnakan pelaksanaannya agar manfaatnya dapat dirasakan secara merata dan aman.

Program MBG adalah langkah berani yang membutuhkan sinergi, integritas, dan komitmen tinggi dari semua pihak ---pemerintah, sekolah, dapur penyedia makanan, dan masyarakat. 

Jangan biarkan program ini menjadi sekadar proyek mercusuar tanpa pondasi yang kokoh. Jika kita ingin membangun masa depan anak-anak yang sehat dan cerdas maka makan bergizi harus jadi prioritas. 

Tapi ingat, gizi itu soal kualitas. Jangan asal kenyang, tapi harus benar-benar sehat.

Kekhawatiran duluan sebelum MBG datang | Kepala Badan Gizi Nasional tinjau para siswa di Cianjur keracunan MBG,  23/4/25. (Sumber BGN via Kompas.com)
Kekhawatiran duluan sebelum MBG datang | Kepala Badan Gizi Nasional tinjau para siswa di Cianjur keracunan MBG,  23/4/25. (Sumber BGN via Kompas.com)

"Ngeri-ngeri Sedap" Menanti MBG Datang

Program MBG yang semula akan disambut dengan harapan tapi kini mulai menyisakan rasa was-was. Beberapa sekolah yang belum menerima program ini mulai berpikir. "Apakah sekolah akan siap menerimanya?" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun