Sebelum kita kembali ke rutitnitas pasca libur lebaran maka mari kita sejenak melihat kembali realitas infrastruktur jalan yang dilewati jutaan pemudik dan wisatawan selama libur panjang. Setiap tikungan, lubang, dan kerusakan lain di ruas jalan bukan hanya gangguan teknis tetapi juga refleksi dari komitmen kolektif terhadap kualitas hidup dan keselamatan warga negara. Infrastruktur pun seyogianya menjadi bagian dari perenungan bersama demi pembenahan.
Fenomena tumpah ruahnya masyarakat ke tempat-tempat wisata pasca-Lebaran menunjukkan semangat kebersamaan yang luar biasa. Sayangnya, semangat ini harus berbenturan dengan kondisi jalan yang tidak mendukung. Macet berkepanjangan, jalan berlubang, minim penerangan, hingga rawan kecelakaan, menjadi pengalaman yang umum ditemui.Â
Ironisnya, tempat-tempat wisata yang menjadi tujuan healing justru diakses melalui jalanan yang jauh dari kata "layak". Padahal, perjalanan yang nyaman adalah bagian dari hak publik yang benar-benar harus dijamin oleh negara.
Permasalahan jalan rusak tidak hanya berdampak pada waktu tempuh dan kenyamanan tetapi juga mengancam keselamatan jiwa. Banyak kasus kecelakaan lalu lintas yang terjadi saat melewati jalan berlubang atau rusak parah. Hal ini menjadi alarm bagi para pemangku kebijakan untuk tidak sekedar menyambut momen Lebaran atau liburan dengan spanduk ucapan, melainkan dengan tindakan nyata memperbaiki infrastruktur. Terutama jalur-jalur strategis yang menjadi akses utama mudik dan destinasi pariwisata halal.
Lebaran tahun ini memberi kita catatan penting mengenai kegembiraan jangan sampai melupakan kewaspadaan. Infrastruktur jalan yang rusak adalah potret dari kepedulian sosial dan tanggung jawab bersama.Â
1. Dari Solok Selatan Menuju Alahan Panjang di Solok
Jalur Solok yang kami tempuh dari Solok Selatan menjadi salah satu rute strategis yang ramai dilintasi wisatawan pada momen Lebaran. Kawasan Alahan Panjang dan Danau Diateh menjadi primadona. Destinasi ini menawarkan udara sejuk dan panorama alam yang memesona.Â
Namun, keindahan ini seakan terkurung oleh realitas infrastruktur yang belum bersahabat. Sepanjang jalan dari Muaro Labuah menuju kawasan wisata tersebut khususnya di sekitar Aia Dingin, pengendara harus ekstra waspada menghadapi lubang-lubang menganga dan kerusakan jalan yang cukup parah.Â
Kondisi jalan berlubang ini bukan hanya memperlambat laju kendaraan tetapi juga meningkatkan risiko kecelakaan. Ironisnya, jalan ini menjadi jalur vital penghubung dua kabupaten yang kaya akan potensi wisata dan pertanian.Â
2. Menuju Kota Padang via Sitinjau Lauik yang Fenomenal
Di sisi lain, Jalan Sitinjau Lauik yang menghubungkan Solok dengan Kota Padang menawarkan lanskap yang dramatis sekaligus memacu adrenalin. Jalan yang berkelok tajam, menanjak ekstrim, dan bersisian langsung dengan jurang curam membuatnya menjadi salah satu jalur paling menantang di Sumatera Barat.Â
Butuh kehati-hatian, teknik berkendara yang mumpuni, serta kondisi kendaraan yang prima untuk melintasinya. Tidak sedikit kendaraan, terutama truk dan bus, mengalami gangguan teknis di tanjakan legendaris Panorama Satu. Situasi ini kerap memicu kemacetan panjang bahkan kecelakaan lalu lintas.
Pemerintah akhirnya merespons keresahan publik dengan rencana pembangunan Flyover Sitinjau Lauik yang dijadwalkan dimulai tahun 2025 ini. Sebuah harapan baru bagi masyarakat Sumbar khususnya pengguna jalur ini. Flyover bukan hanya solusi teknis tetapi juga simbol keseriusan dalam menyelamatkan nyawa dan waktu masyarakat.Â
Kehadiran infrastruktur modern seperti flyover akan menjadi akselerator mobilitas dan logistik antarwilayah sekaligus membuka ruang bagi pemerataan pembangunan. Dalam konteks pembangunan berkelanjutan proyek ini patut diapresiasi dan didukung penuh oleh seluruh lapisan masyarakat.
3. Kondisi Jalan di Silaiang, Padang Panjang
Sementara itu, jalur Silaiang di Padang Panjang menyimpan cerita berbeda. Jalan yang sempat rusak parah akibat banjir bandang kini mulai menunjukkan wajah baru. Saat kami melintasinya pada dini hari Jumat, 4 April 2025 pukul 01.13 WIB, jalur tersebut terasa lebih lebar, mulus, dan nyaman dilewati.Â
Perbaikan yang dilakukan pemerintah pasca bencana menunjukkan respons cepat dan tanggap terhadap urgensi pemulihan infrastruktur. Jalur ini sangat vital karena menjadi penghubung utama antara Padang dan Bukittinggi. Kedua kota ini dengan intensitas lalu lintas tinggi terutama saat momen libur nasional.
Transformasi di Silaiang menjadi bukti bahwa kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pihak terkait dapat menghadirkan solusi nyata. Tidak hanya sebatas tambal sulam, tapi pembenahan menyeluruh yang mempertimbangkan aspek keselamatan, kenyamanan, dan daya tahan jangka panjang.Â
4. Tol Seksi Padang-Sicincin dan Harapan Infrastruktur Sumbar
Libur Lebaran 2025 menjadi momen bersejarah bagi Sumatera Barat. Seksi Padang--Sicincin (Pacin) dari proyek Tol Trans Sumatera resmi dibuka secara fungsional dan langsung disambut antusias oleh masyarakat. Jalur ini menjadi solusi alternatif yang sangat dibutuhkan, mengingat kemacetan di jalur utama kerap menjadi momok saat arus mudik dan balik. Kehadiran ruas tol ini menjadi nafas segar bagi mobilitas masyarakat sekaligus sinyal positif bahwa konektivitas antar wilayah Sumbar dengan Riau bisa semakin nyata.
Meskipun baru satu seksi yang selesai dibangun tapi geliatnya sudah menunjukkan dampak signifikan. Volume kendaraan yang biasanya menumpuk di jalur Padang--Bukittinggi mulai terurai.Â
Jalur ini adalah bagian dari mega proyek Tol Trans Sumatera yang kelak akan menjadi nadi baru transportasi lintas provinsi. Bila seluruh seksi selesai jelas tidak hanya masyarakat yang diuntungkan, tapi juga sektor ekonomi, pariwisata, hingga logistik akan terdampak positif. Harapan besar pun mengalir agar pembangunan seksi-seski berikutnya di wilayah Sumbar dapat segera terealisasi dengan kualitas yang memadai dan perencanaan berorientasi jangka panjang.
Momentum Lebaran tahun ini mengingatkan kita bahwa infrastruktur berkualitas adalah kebutuhan yang tak bisa ditunda. Maka, keberlanjutan proyek ini harus dijaga bersama oleh kebijakan yang visioner, pelaksanaan yang transparan, dan kesadaran publik yang tinggi.Â
5. Kelok Sambilan dan Tol di Riau Mengurai Kemacetan Arus Balik
Tanggal 7 April 2025 pukul 10.06 WIB menjadi penanda dimulainya perjalanan arus balik saya dari Sumatra Barat menuju Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Di tengah kabar yang beredar mengenai kemacetan parah khususnya di kawasan Flyover Kelok Sembilan, saya memulai perjalanan dengan waspada dan penuh antisipasi.Â
Sehari sebelumnya, media sosial ramai oleh video-video yang menunjukkan antrean kendaraan yang menjulur panjang di jalur tersebut. Namun, ternyata hari itu membawa keberuntungan jalur yang saya lalui aman dan terkendali.
Kondisi jalan yang relatif lancar menjadi kejutan menyenangkan. Dalam konteks perjalanan jauh, kondisi seperti ini adalah bentuk kenyamanan yang tidak bisa ditukar dengan apapun.
Jalan nasional yang kami tempuh pun masih menjadi pilihan utama sebagian pemudik. namun kemacetan besar dapat dihindari karena sebagian kendaraan sudah terdistribusi melalui jalur tol.
Saat memasuki wilayah Provinsi Riau, keberadaan tol benar-benar terasa sebagai penyelamat perjalanan. Jalan bebas hambatan ini memberikan kemudahan dan efisiensi luar biasa. Waktu tempuh pun terpangkas drastis dan memungkinkan kami tiba di Pekanbaru lebih cepat tanpa drama.Â
Literasi Infrastruktur dan Pendidikan Karakter Bangsa
Etika berwisata dan budaya literasi lingkungan serta infrastruktur harus menjadi bagian dari pendidikan karakter bangsa. Bahkan bisa dimulai dari keluarga saat perjalanan mudik.
Kesabaran dalam menghadapi perjalanan jauh di tengah kemacetan dan infrastruktur yang belum sempurna, sesungguhnya adalah latihan lanjutan pasca-Ramadan.Â
Ia mengasah empati, melatih kontrol emosi, serta menguji keikhlasan dalam berbagi jalan dan ruang. Dalam setiap guncangan roda yang melewati jalan rusak bisa menjadi sarana refleksi masyarakat sebagai pengguna jalan. Kepatuhan terhadap rambu, tidak memarkir kendaraan sembarangan, serta aktif melaporkan titik-titik rawan kerusakan adalah bentuk kontribusi kecil namun berdampak.Â
Nah, akses yang seharusnya nyaman dan mendukung pertumbuhan wisata justru menjadi tantangan tersendiri yang menuntut perhatian serius. Ketika infrastruktur tertinggal maka geliat ekonomi lokal pun terhambat. Libur Lebaran yang seharusnya penuh kegembiraan bisa berubah menjadi pengalaman yang melelahkan. Bahkan traumatis bila kondisi jalan tidak segera diperbaiki secara menyeluruh dan berkelanjutan.
Jalan yang baik adalah representasi dari pelayanan publik yang berkelas dan berpihak pada rakyat. Dalam semangat pasca-Ramadan, mari kita rawat infrastruktur yang ada, jaga perilaku berkendara, dan terus suarakan kepedulian terhadap pembangunan yang merata dan berkeadilan.
Meski masih banyak masyarakat yang memilih jalur nasional karena pertimbangan biaya atau akses wilayah, kehadiran tol telah berkontribusi besar dalam mengurai beban lalu lintas. Ini adalah contoh nyata bagaimana pembangunan infrastruktur bisa menjadi solusi konkret yang bukan sekadar proyek ambisius.Â
Dalam suasana pasca-Lebaran yang penuh refleksi, perjalanan ini memberi pelajaran berharga bahwa kemajuan nyata itu saat manfaatnya dirasakan langsung oleh rakyat.Â
Ini menjadi bukti bahwa infrastruktur yang tepat guna mampu mengubah pengalaman mudik yang biasanya penuh tantangan menjadi lebih tertib, nyaman, dan manusiawi. Apalagi, bagi mereka yang membawa keluarga atau lansia.Â
Infrastruktur akan memberikan kualitas perjalanan yang lebih baik dari segi kenyamanan dan keselamatan.
Semoga ini bermanfaat..
*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== AKBAR PITOPANG ==
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI