Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah 2013 Jelajah Negeri Sendiri 2014 | Best Teacher 2022 Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Eksplorasi Ngabuburit di Ruang Kreatif

16 Maret 2024   07:26 Diperbarui: 16 Maret 2024   07:35 937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ngabuburit dengan menulis artikel di Kompasiana. (Dok Fabelio via Kompas.com)

Ngabuburit adalah istilah dalam bahasa jawa maupun sunda yang digunakan untuk menyebut kegiatan yang dilakukan saat menunggu waktu berbuka puasa, khususnya dalam bulan Ramadhan. 

Istilah ini berasal dari bahasa jawa, dimana "ngabubur" berarti "menunggu berbuka", sedangkan dalam bahasa sunda menurut pakar bahasa Sunda Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Dr. Gugun Gunardi, M.Hum., ngabuburit merupakan gabungan dari kata "ngalantung ngadagoan burit" atau bermain sambil menunggu waktu sore.

Nah, untuk para ekstrovert, memang lebih mudah menemukan lokasi favorit untuk ngabuburit karena mereka biasanya menyukai keramaian dan interaksi sosial luar rumah. Tempat-tempat seperti alun-alun, taman kota yang ramai, kafe atau restoran yang viral, dan acara-acara komunitas bisa menjadi pilihan yang cocok bagi mereka.

Tradisi ngabuburit di luar rumah yang menjadi kebiasaan masyarakat. (foto Akbar Pitopang)
Tradisi ngabuburit di luar rumah yang menjadi kebiasaan masyarakat. (foto Akbar Pitopang)

Di taman kota yang ramai misalnya, biasanya menawarkan berbagai kegiatan dan hiburan yang cocok bagi mereka yang menyukai keramaian. Atau di cafe atau restoran yang populer juga menjadi pilihan bagi ekstrovert, dimana mereka dapat bersantai sambil sambil berbincang-bincang dengan teman-teman sembari menunggu waktu berbuka menikmati makanan dan minuman favorit.


Jadi, bagi para ekstrovert, ada banyak pilihan tempat dan aktivitas yang bisa mereka pilih untuk mengisi waktu ngabuburit sesuai dengan kepribadian dan minat mereka yang menyukai keramaian dan interaksi sosial luar ruang.

Sementara itu, semakin dewasa, kebutuhan akan kesendirian dan refleksi diri semakin menjadi prioritas bagi sebagian dari kita. Bagi para introvert, momen ngabuburit bukanlah tentang mencari keramaian dan hiruk-pikuk yang menguras energi, melainkan lebih kepada menemukan ketenangan dalam kesunyian. 

Ini bukan berarti mereka bersifat anti-sosial, namun lebih kepada pemahaman diri bahwa mereka butuh ruang untuk merenung dan mencari inspirasi.

Semakin bertambah usia, orang lebih banyak melakukan refleksi. (foto Akbar Pitopang)
Semakin bertambah usia, orang lebih banyak melakukan refleksi. (foto Akbar Pitopang)

Dulu, ketika masih kecil, kita mungkin terpesona dengan keramaian pasar takjil dan jajanan berbuka puasa. Namun, seiring bertambahnya usia, kita mulai menyadari bahwa kebutuhan akan momen kesendirian justru semakin mendominasi. 

Aktivitas yang lebih intim dan personal, seperti menulis di dalam kamar menjadi pilihan yang lebih menarik bagi mereka, termasuk bagi saya sendiri.

Bagi introvert, kamar bukanlah sekadar tempat untuk beristirahat, namun juga menjadi tempat untuk merenung dan menemukan inspirasi. Di dalam kamar, mereka bisa sepenuhnya fokus pada diri sendiri. Suara hening dan ketenangan yang ada di dalam kamar menjadi bahan bakar bagi kreativitas.

Tidak menghadiri keramaian bukanlah tanda ketidakpedulian, melainkan lebih kepada penghargaan terhadap kebutuhan pribadi yang berbeda. Bagi introvert, momen ngabuburit yang dihabiskan di dalam kamar bukanlah pemborosan waktu, melainkan investasi untuk mengisi kembali energi dan mengembangkan diri.

Dalam suasana yang tenang dan damai, mereka bisa merenung tentang arti Ramadhan atau mengeksplorasi diri untuk kedekatan diri kepada Allah SWT. 

Mungkin bagi sebagian orang, hal ini terdengar sederhana. Namun bagi para introvert, ngabuburit di dalam kamar adalah ritual yang membawa arti dan bermakna dalam menjalani bulan Ramadhan.

Menulis artikel. (Photo created by drobotdean on www.freepik.com)
Menulis artikel. (Photo created by drobotdean on www.freepik.com)

Menulis telah menjadi jalan bagi banyak introvert untuk mengekspresikan diri dan menyalurkan energi kreatif. Dengan adanya inisiatif seperti blog marathon "Ramadan Bercerita" yang dipersembahkan oleh Kompasiana, tantangan untuk menulis setiap hari tidak hanya menjadi ajang untuk mengeksplorasi ide-ide baru, tetapi juga sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan menulis dan memperdalam pemahaman terhadap topik-topik yang relevan.

Bagi saya yang cenderung introvert, menghabiskan lebih banyak waktu untuk menulis atau membuat draft artikel menjadi pilihan yang sangat pas. Meskipun saya masih suka menyempatkan diri untuk keluar rumah untuk berburu takjil atau sekadar menyegarkan pikiran, aktivitas itu tidak perlu dilakukan secara intens. 

Alih-alih berada di pusat keramaian, saya lebih memilih untuk memilih waktu dan tempat yang lebih tenang untuk merenung dan memetik inspirasi.

Bagi saya, proses menulis itu sendiri juga menjadi bagian dari proses menemukan kedalaman diri. Setiap kata yang tertulis memiliki makna tersendiri, dan melalui tulisan-tulisan tersebut, saya bisa menggali lebih dalam tentang diri sendiri dan dunia sekitar.

Selain itu, melalui tulisan-tulisan itu saya juga berharap bisa berbagi wawasan, pengalaman, dan pemikiran dengan pembaca. Meskipun saya cenderung menyukai kesendirian, saya juga menyadari pentingnya berinteraksi dan berbagi dengan orang lain.

Dengan demikian, bagi saya, ngabuburit tidak selalu harus berada di tengah keramaian. Aktivitas menulis menjadi cara yang sangat bermakna bagi saya untuk menghabiskan waktu ngabuburit. 

Selesai menulis artikel, tadarus Al-Qur'an jelang berbuka puasa. (Shutterstock via Kompas.com)
Selesai menulis artikel, tadarus Al-Qur'an jelang berbuka puasa. (Shutterstock via Kompas.com)

Ketika waktu berbuka semakin dekat, pikiran mulai beralih dari urusan dunia menuju urusan akhirat. Proses ini menjadi waktu untuk dekat dengan Sang Pencipta, di tengah kesibukan dunia yang tiada habisnya.

Lalu, menutup kegiatan menulis artikel juga memberi kesempatan untuk memenuhi target ibadah Ramadhan, seperti khatam membaca dan mempelajari kandungan 30 juz Al-Quran. 

Proses membaca dan mempelajari Al-Quran juga menjadi momen refleksi dan introspeksi diri. Introvert merefleksikan makna setiap ayat dan menemukan pemahaman yang lebih dalam tentang ajaran Islam. 

Wah, momen ngabuburit alias menjelang berbuka puasa bukan hanya sekedar menunggu waktu santap menu buka puasa, tetapi juga menjadi perjalanan yang membawa diri semakin dekat kepada Sang Pencipta. 

Di antara kata-kata yang tercipta dan dari ayat-ayat suci yang dipelajari, kita akan menemukan kedamaian dan inspirasi yang memenuhi jiwa..

Semoga bermanfaat..

Literasi: satu dan dua.

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun