Mohon tunggu...
Akbar Fadilah
Akbar Fadilah Mohon Tunggu... Lainnya - Tunas Pohon Rindang

Studying at Literature

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sastrawan Islam: Ibnu Al-Nadim Sang Al-Warraq (Lembaran Kertas) Abbasiyah

18 Juni 2020   23:23 Diperbarui: 19 Juni 2020   15:36 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: Muslim Heritage

Pada zaman modern saat ini, sastra sudah tidak lagi diminati oleh banyak orang. Sastra dipandang suatu hal semu yang tidak relevan dengan yang terjadi dalam suatu kehidupan. Hal tersebut terjadi karena masyarakat mulai mengarah ke arah masyarakat industri, yang menyebabkan konsep-konsep yang berhubungan dengan kebutuhan fisik, sains, dan berbagai teknologi lebih dianggap penting untuk diraih. 

Mereka lebih sering berfikir jika konsep-konsep ini yang dapat menjadi penyelasaian bagi permasalahan mereka. Namun, perlu diingat jika sastra di zaman jahiliyah bahkan modern di dunia Arab juga masih digemari dan dianggap sebagai sesuatu yang mempunyai kekuatan yang hebat dalam menaklukan sistem kehidupan. 

Dari kehebatan sastra itulah muncul sastrawan-sastrawan hebat yang mempelopori terciptanya karya sastra yang banyak mengandung pesan dan hikmah yang tinggi.

Tulisan ini akan membahas beberapa hal di sekitar kehidupan seorang sastrawan yang dikenal dengan nama Ibnu Al-Nadim, dari beberapa aspek dengan jelas, singkat, dan padat. 

Beberapa faktor-faktor penting seperti halnya kondisi masyarakat, riwayat hidup, hasil karya, dan peran sastrawan dalam perkembangan kesusastraan. Yang akan membuat kita bisa lebih mengenal siapa sosok sebenarnya dari ilmuan yang memelopori penyusunan bibliografi ini.

Secara umum kebudayaan islam pada zaman Umayyah mengalami kemajuan pesat. Pada saat itu sastra mengalami kemajuan yang cukup pesat karena pengaruh bahasa agama, yaitu Al-Quran yang berperan penting sebagai fondasi dari bahasa Arab. 

Setelah itu di zaman dinasti Abbasiyah merupakan awal masa keemasan ilmu pengetahuan dan peradaban yang secara umum dikenal dengan Golden Age-nya umat islam. Terutama pada pemerintahan Harun Al-Rasyid dan Al-Mukmin, apresiasi yang besar dari pemerintah kepada para sastrawan dan ilmuan salah satu faktor berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan peradaban.

Gambaran Situasi Masyarakat di Zaman Abbasiyah

Dinasti Abbasiyah telah mengubah kota Baghdad sebagai pusat dari aktivitas ilmu pengetahuan dan peradaban. Ilmu pengetahuan berkembang pesat, terlebih dibawah kepemimpinan Harun al-Rasyid dan al-Makmun, telah menarik perhatian para ilmuwan, sastrawan, dan seniman datang ke kota ini. 

Alasan mereka datang berkarya awalnya untuk mengharapkan hadiah yang disediakan oleh pemerintah, karena saat itu ilmuan dan sastrawan begitu di hargai oleh pemerintah dinasti abbasiyah. Kemudian banyak bermunculan karya-karya bermutu berupa kitab-kitab yang ditulis di atas kain perca dan daun papirus.

Ilustrasi kota Baghdad di abad ke-10. Sumber: ist
Ilustrasi kota Baghdad di abad ke-10. Sumber: ist
Pada kepemimpinan al-Makmun, budaya tulis-menulis sudah berkembang sangat pesat. Pada saat itu media tulis yang digunakan yaitu berupa kain perca dan daun papirus. Kain perca lebih diminati daripada daun papirus lantaran kain perca dapat mudah dicuci hingga bersih dan juga dapat dijual kembali. Di temukan berupa dokumen-dokumen resmi pada abad ke-3 Hijriyyah ketika pecah perang sipil antara al-Makmun dan al-Amin yaitu berupa surat-surat yang ditulis pada kain perca.

Ilustrasi. Sumber: Wikipedia
Ilustrasi. Sumber: Wikipedia

Setelal meletusnya perang sipil antara al-Makmun dan al-Amin, telah didirikan pabrik kertas pertama kalinya di kota Samarkand. Eksistensi kertas menggeser produk lain seperti kain perca dan daun papirus sebagai media tulis. 

Dalam bahasa Arab kuno kertas disebut kaghad disinyalir berasal dari bahasa China, yang diserap ke bahasa Persia, lalu diadopsi ke dalam bahasa Arab. Dalam bahasa Arab modern, kata tunggal untuk menyebut kertas adalah qirthas.

Masuknya produk kertas ke dalam dunia Islam berdasarkan sejarah diawali oleh beberapa tawanan perang asal China. Di tahun 751, beberapa tawanan perang asal China memberitahukan cara dari pembuatan kertas dengan bahan dari flax dan linen (kain rami). 

Walaupun hasil pembuatan kertas belum bisa di bilang baik, tetapi kertas yang di buat di kota Samarkand sudah mampu menyaingi produk kain perca dan daun papirus. Cara kota Samarkand untuk mengapresiasi budaya baru dari China ini yaitu dengan mendirikan pabrik kertas pertama kali dalam dunia Islam.

Ilustrasi teknik dan alat pembuatan kertas. Sumber: 1001Inventions
Ilustrasi teknik dan alat pembuatan kertas. Sumber: 1001Inventions

Pabrik kertas yang berada di kota Samarkand dapat memproduksi kertas dalam jumlah yang melebihi perkiraan orang-orang biasa. Produk kertas yang sangat banyak yang berasil dari kota Samarkand mulai dipasarkan ke kota Baghdad. Terbilang sejak abad ke-3 Hijriyyah, produk kertas sudah beredar luas di Baghdad.

Pada masa kepemimpinan al-Fadhl ibnu Yahya al-Barmaki, pabrik kertas didirikan di kota Baghdad untuk pertama kalinya. Adanya pabrik kertas baru di kota Baghdad ternyata tidak terlalu mempengaruhi industri kertas di Samarkand. Lantaran, kertas produk Samarkand memiliki kualitas lebih baik dibanding produk Baghdad.

Produksi kertas sebagai media tulis baru dalam dunia Islam telah mendorong para ilmuwan, sastrawan, dan seniman untuk berkarya lebih pesat. Produk kain perca dan daun papyrus sudah banyak ditinggalkan beralih ke produk kertas. Lahirnya karya tulis (buku/kitab) yang menggunakan media kertas cukup pesat. 

Ilustrasi ilmuwan Muslim saat mengembangkan sains dan teknologi pada era Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Sumber: republika
Ilustrasi ilmuwan Muslim saat mengembangkan sains dan teknologi pada era Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Sumber: republika

Riwayat Hidup 

Ibn Al-Nadim (w. 20 Syaban 385/17 September 995). Penyusun al-Fihrist (indeks), 377 H/987-8M, bibliografi pertama kitab berbahasa Arab baik ditulis pengarang Arab maupun non-Arab dalam berbagai disiplin ilmu.

Ilustrasi Ibnu An-Nadim. Sumber: Integrasi.science
Ilustrasi Ibnu An-Nadim. Sumber: Integrasi.science

Ia lahir di Baghdad, Irak, namun tidak diketahui kapan. Nama lengkapnya abu al-Faraj Muhammad bin Abi Ya'qub ishaq al-Warraq al-Baghdadi. Latar belakang keluarganya tidak begitu diketahui. 

Walaupun bernasab (keturunan) Nadim di belakang namanya, tidak terbukti bahwa ia mempunyai nasab dengan Ishaq bin Ibrahim al-Mausuli an-Nadim (w.850), ahli musik Arab klasik atau dengan Yahya Ibnu Nadim (diperkirakan w.950), sejarawan, ataupun dengan nama lain yang mempunyai nasab an-Nadim. Tetapi menurut tulisannya sendiri pada mukadimah al-Fihrist namanya dikenal dengan an-Nadim.

Dari sedikit biografinya yang diketahui, tampaknya Ibn al-Nadim adalah penganut Syiah dan juga Muktazilah. Ia memakai istilah khassi (kaum pilihan) bagi Syiah dan ammi (orang umum) bagi suni. Ia mencantumkan doa dan salawat setiap kali menulis nama dan para Imam Syiah dan Ahlulbait (keluarga Nabi Muhammad SAW). Ia memakai sebutan Maulana (pembimbing kami) di depan nama Imam Ali ar-Rida, ahl al-adl untuk Muktazilah, dan al-Mujbira (orang jabariah) untuk kaum Asy'ariyah.

Ibn al-Nadim sendiri hidup pada saat kemunduran Dinasti Abbasiyah. Walaupun demikian, dari profesi yang ditekuni terlihat bahwa kegiatan intelektual tetap berkembang. Mengikuti jejak ayahnya, ia menjadi penjual kitab (al-warraq). Ia juga menyalin buku-buku yang terdapat di toko bukunya yang dianggap layak untuk digandakan dan dijual. 

Ibnu nadim terkadang tinggal di Baghdad dan terkadang di Mosul. Saking sibuknya dengan urusan kertas dan tinta, orang-orang sampai menjuluki Ibn al-Nadim dengan "Al-Warraq" (lembaran kertas).

Buah karya Ibn al-Nadim yang paling populer adalah kitab jenis katalog bernama al-Fihrist. Di balik nama besar Ibnu Nadim, ternyata dia juga menekuni profesi sebagai penjual kitab. Berdasarkan keterangan sejarawan Philip K. Hitti, ternyata Ibn al-Nadim memiliki sebuah toko kitab di pinggiran jalan di dalam kota Baghdad. 

Tampaknya, profesi penjual kitab pada waktu itu cukup terhormat. Sebab, tidak hanya Ibn al-Nadim yang berjualan kitab, tetapi beberapa ilmuwan dan sastrawan juga memilih profesi yang sama. Di dalam toko-toko kitab yang terletak di pinggiran jalan, tidak hanya ditemukan aktivitas jual beli saja. Disana para ilmuwan, sastrawan, dan seniman. Mereka berkarya, menyalin, menulis, menerjemah kitab, membuat kaligrafi dan juga diskusi ilmiah.

Sebagai penjual buku, Ibn al-Nadim lebih tertarik pada isi bukunya daripada penulisnya. Ia menyematkan judul-judul kitab ke dalam indeks (al-Fihrist)-nya yang diperoleh melalui pengamatannya sendiri atau orang lain yang dipercayainya. Selain itu, Ibn al-Nadim mengemukakan isi kitabnya, ia juga sering menggambarkan ukuran kitabnya.

Ibn Al-Nadim hidup juga di lingkungan Bani al-Jarrah dan mendapatkan banyak pengetahuan dari berbagai macam ilmu pengetahuan seperti ilmu logika dan ilmu pengetahuan umum baik yang berasal dari Yunani, Persia, juga India. Dikenal sebagai orang yang sangat tertarik terhadap berbagai macam ilmu pengetahuan. Selain mendalami bibliografi, Ibn Al-Nadim juga mendalami ilmu sejarah yang menjadikannya sebagai sejarawan yang terkenal pada masanya.

Ia berguru kepada as-Sifari, ahli nahwu Ali bin Harun al-Munjjim, Ahli astronomi dan Abu Sulaiman al-Mantiqi, sejarawan penulis kitab al-Agani, dan mengikuti pengajian Isa bin Ali al-Jarrah, yang dikaguminya sebagai ahli logika dan ilmu pengetahuan Yunani. Ia juga berjumpa dengan Ibnu Khammar, seorang filsuf. 

Ia sangat mengagumi keluasan pikiran mereka dalam bidang filsafat, ilmu pengetahuan pada umumnya, dan sikap toleran mereka dalam beragama. Sikap toleran dan keahlian dalam berbagai disiplin ilmu yang dimiliki guru-gurunya ini mempengaruhi pola pikirannya, pengaruh itu tampak dalam al-Fihrist.

Karya Sastra dan Analisis Karya Sastra

Karena kecintaannya yang besar terhadap buku, Ibn al-Nadim mencatat buku-buku yang pernah dimiliki di perpustakaan dan yang pernah dijual di toko buku. Ia tidak hanya mencatat nama pengarang dan judul bukunya, tetapi juga keterangan mengenai isi buku itu, riwayat hidup pengarang serta karya-karyanya, dan pengelompokan buku itu menurut bidang pembahasan atau subjeknya. Catatan itu diterbitkan dalam buku yang berjudul Kitab al-Fihris atau Buku Indeks.

Ilustrasi kitab al-Fihris. Sumber: suarr
Ilustrasi kitab al-Fihris. Sumber: suarr

Kitab al-Fihris

Kitab al-Fihris terbit pertama kali pada abad ke-4 H, yang merupakan indeks buku-buku karangan orang-orang Arab dan non Arab yang ditulis dalam bahasa Arab tentang semua cabang ilmu pengetahuan. Dan juga telah dipandang sebagai rujukan terpenting bagi para pengkaji sejarah dan peradaban Islam karena kelengkapan indeks buku yang dimuatnya, serta keterangan-keterangan lain yang berharga mengenai buku-buku yang pernah dibaca dan pernah didengar dari ahli-ahli yang terpercaya. 

Dalam menyajikan daftar literatur, Ibn al-Nadim menyusun karyanya tersebut didasarkan atas nama pengarang yang diikuti dengan nama-nama kitab atau judul karangannya. Ia juga menerangkan tentang riwayat kehidupan pengarang buku; asal-usul, negeri tempat tinggal, dan jasa-jasanya.

Sepuluh Bagian (Maqalat/Juz) Kitab al-Fihris

  • Uraian tentang bahasa-bahasa di dunia, ajaran agama Islam yang terkandung di dalm al-Quran, uraian tentang kitab
  • Gramatika Arab (nahwu dan saraf) serta biografi para ahli bahasa Arab
  • Biografi
  • Kumpulan puisi dan biografi penyair (al-Syi'r wa al-Syu'ara).
  • Ilmu Kalam, termasuk aliran-alirannya seperti Mu'tazilah, Syi'ah, Jabariyah, Khawarij, dan kelompok Tasawuf berikut ajarannya.
  • Ilmu fikih dan hadis berikut nama ulama Fiqih dan hadis.
  • Ilmu filsafat dan ilmu-ilmu alam pada zaman klasik (ilmu hisab, teknik, musik, ramalan, dan kedokteran).
  • Cerita-cerita aneh, lucu, mitos, dan ilmu sihir, serta judul berbagai buku dan pengarang yang tidak
  • Agama-agama selain Islam, Yahudi, dan Kristen.
  • Ilmu kimia dan para penemunya, yang melakukan berbagai percobaan kimiawi, seperti proses peleburan bahan-bahan mentah menjadi logam mulia, perak dan emas.

Pada bagian pendahuluan kitab al-Fihris, Ibn al-Nadim menyebutkan secara umum isi dari bukunya sebagai berikut.

هذا فهرست كتب حميع الأمم من العرب و العجم الموجود منها بلغة العرب و قلمها في أصناف العاوم و أخبار مصنفيها و طبقات مؤلفيها و أنسابها وتاريخ مو اليد هم و مبلغ اعمار هم و أو قات و فاتهم و اماكن بلدانهم و مناقبهم و مثالبهم ، منذ ابتداء كل علم اخترع إلى عصرنا هذا ، و هو سنة سبع و سبعين و ثلاثمائة للهجرة .

"Buku al-Fihris ini memuat berbagai informasi tentang riwayat umat manusia, baik Arab maupun Ajam (non-Arab), yang ditulis dalam bahasa Arab. Di dalam buku ini dijelaskan karya-karya mereka dalam berbagai bidang ilmu; informasi tentang proses intelektual mereka dan tingkat kualitas kepengarangan mereka, silsilah keturunan mereka, tempat dan masa hidup mereka; usia mereka, tempat dan waktu wafat mereka; sejak ditemukannya berbagai cabang ilmu pengetahuan hingga zaman kita sekarang ini, yakni tahun 377 Hijriyah (995 M)."

Kitab Al-Fihris terdiri dari 10 al-muqalat atau bab dan terdiri 32 anak bab yang dinamai funun atau fan. Sedangkan Al-Fihrist sendiri mengandung kurang lebih 8360 kitab dengan berbagai latar belakang displin ilmu. Perihal kitab tersebut berhasil dikumpulkan Ibn An-Nadim dari 2238 pengarang buku.

Ilustrasi kitab al-Fihris. Sumber: Wikipedia
Ilustrasi kitab al-Fihris. Sumber: Wikipedia

Untuk gambaran singkat, di bab pertama yang berisi tiga bahasan, Ibn An-Nadim menjelaskan tentang karakter bahasa bangsa Arab dan non-Arab bentuk serta ragam tulisannya. Kemudian, diuraikan nama-nama kitab yang diturunkan kepada agama-agama samawi, termasuk agama Islam. Lebih jelasnya, Ibn An-Nadim memberikan paparan kitab-kitab yang berkaitan tentang Alquran, masalah bacaan (qiraah), ilmu-ilmu Alquran, dan lain sebagainya.

Kemudian, Ibn An-Nadim juga menyebutkan kitab-kitab tentang perbedaan mushaf, di antaranya kitab Ikhtilaf Ahl Al-Kufah Wa Al-Bashrah Wa As-Syam fi Al-Mashahif karangan Al-Fara, Ikhtilaf Al-Mashahif Wa Jami' Al-Qiraat karangan Al-Madaini, Ikhtilaf Mashahif karangan Khalaf.

Lalu, di bab kedua yang terdapat tiga bahasan menguraikan tentang kitab-kitab ahli tata bahasa dan sastra Arab. Ibn An-Nadim mengawali dengan menyebutkan ahli nahwu dari Basrah beserta kitab-kitab mereka.

Di bahasan kedua, diikuti dengan bahasan tentang ahli nahwu dan sastra Arab dari Kufah, kemudian disusul dengan menyebutkan ulama yang terpengaruh dengan dua madzhab sekaligus, Kufah dan Basrah. 

Seperti Ibnu Qutaibah, dia terkontaminasi dengan dua kutub aliran sastra Arab tersebut yang bisa dilihat dari hasil karyanya, seperti kitab tentang syair Ma'ani As-Syi'ri Al-Kabir yang terdiri atas 12 bab, kitab Al-Maratib, Al-Qalaid, dan kitab Ibn Qutaibah yang terkenal, yaitu tentang tafsir hadis-hadis kontroversial berjudul Ta'wil Mukhtalaf Al-Hadits.

Di bab ketiga, penjelasan berkutat seputar hadis, biografi, ahli sejarah, penulis sejarah, dan ahli nasab berdasarkan kasus tertentu. Ibn al-Nadim juga menguraikan raja, penyanyi, pemusik, para sekretaris, utusan surat, dan para pelawak atau penghibur berikut kitab yang mereka karang. Misalnya, Al-Adali dan Abu Al-Faraj Muhammad bin Ubaidillah yang masing-masing mengarang kitab tentang seni permainan catur, Manshubat As-Syathranji.

Bagian keempat berisi tentang puisi dan penyair di masa jahiliyah, masa Bani Umayah, dan pada masa Bani Abbasiyah. Di bagian kelima menjelaskan tentang filsafat dan para cendekiawan skolastik.

Kemudian, di bagian keenam, Ibnu Nadim mengupas hukum, ahli fikih, dan ahli hadis. Berkenaan dengan filsafat dan ilmu pengetahuan, legenda, dongeng, sihir dan sulap, sekte dan kepercayaan, serta para ahli kimia, dibahas pada bagian ketujuh, kedelapan, kesembilan, dan sepuluh.

Sumbangan yang di berikan Kitab al-Fihris sangat besar bagi dunia, dan juga dalam memahami Islam dengan kajian kepada karya-karya yang diraih umat Islam pada era keemasan. Melalui Kitab al-Fihris, Ibnu Nadim tidak hanya berkontribusi mengenalkan karya-karya pencapaian yang di raih umat Islam pada masa tertentu, tetapi ia juga telah memperlihatkan cara lain dalam memahami Islam.

Penutup

Dimasa Dinasti Abbasiyah perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban begitu pesat, yang disebabkan beberapa faktor, seperti berkembangnya media tulis baru dan juga adanya apresiasi dari pemerintahan pada saat itu. Hal tersebutlah yang mendorong ilmu pengetahuan semakin berkembang.

Di lingkungan Bani al-Jarrah Ibn al-Nadim hidup dan mendapatkan banyak pengetahuan dari berbagai macam ilmu pengetahuan seperti ilmu logika dan ilmu pengetahuan umum baik yang berasal dari Yunani, Persia, juga India. Dikenal sebagai orang yang sangat tertarik terhadap berbagai macam ilmu pengetahuan. Selain mendalami bibliografi, Ibn Al-Nadim juga mendalami ilmu sejarah yang menjadikannya sebagai sejarawan yang terkenal pada masanya.

Ibn al-Nadim dengan karyanya al-Fihris telah memberikan sumbangan yang besar terhadap dunia kepustakawanan Islam. Ibn al-Nadim adalah pelopor penyusunan bibliografi dalam dunia kepustakawanan yang mencerminkan perkembangan ilmu pengetahuan. Kitab al-Fihris merupakan salah satu karya bibliografi terbesar yang pernah memuat berbagai karya-karya hasil umat Islam mengenai suatu subjek materi ajaran Islam. Melalui karya tersebut, Ibn al-Nadim tidak saja telah mengenalkan karya-karya pencapaian umat Islam pada suatu masa tertentu, akan tetapi juga telah menunjukkan cara lain dalam memahami Islam.

Rujukan

Muslim, Fauzan. 2016. Sastra dan Masyarakat Arab: Zaman Umayyah dan Abbasiyyah. Jakarta: Penaku.

Hitti, P.K., 2002. History of the Arabs. Macmillan International Higher Education.

Rifai, Agus. Kontribusi Ibn al-Nadim dalam dunia kepustakawanan Islam kajian terhadap kitab al-Fihris. AL-MAKTABAH 8.2 (2006).

Dahlan, Abdul Aziz. Suplemen Ensiklopedi Islam. Edisi II. Jakarta: Ichtiar Baru Van Haouve (1996).

Soviani, J. (2019). Ibn Al-Nadim di Integrasi Science.

Mu'arif. (2019). Ibnu Nadim: Dari Penulis Hingga Penjual Kitab di Ibtimes.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun