Mohon tunggu...
Andi Suryawan
Andi Suryawan Mohon Tunggu... -

I smile to hide my sorrow and laugh to hide that I'm dying!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Do We Really Need God...???

30 Maret 2011   16:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:17 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Aturan yang begitu ketat yang mengatur dan membatasi hingga ke detil yang sekecil-kecilnya sehingga kemungkinan untuk terjadi wan prestasi begitu besar. Begitu banyaknya aturan itu sampai-sampai bisa dibuat buku sendiri yang hanya bisa dihafal dan diterapkan secara optimal oleh segelintir orang saja? (Nabi, sunan, kyai, pendeta, biksu dll.)

Saking banyaknya aturan sehingga seringkali tanpa kita sadari, tanpa ada maksud melanggar, karena kita tidak tahu, karena kita tidak hafal, kita tidak sengaja melanggarnya. Dan jika kita melanggar aturan itu, sekalipun tidak bermaksud melanggar maka punishment-nya adalah dipanggang, direbus, dicincang, dicabik-cabik di tempat yang disebut Neraka?

Kalau saya diberi tawaran seperti itu, saya pasti akan langsung menolak karena bagi saya agar perjanjian ini bisa memberi keuntungan bagi saya, syaratnya terlalu berat dan banyak. Saya akan lebih memilih, tidak diciptakan sama sekali. Dihilangkan saja. Dan yang saya maksud hilang bukan hilang dalam artian harfiah alias mati.

Tapi benar-benar hilang. Musnah. Vanish. Disappear. Dengan begitu, saya tidak perlu mengalami hari-hari buruk seperti ini. Saya tidak perlu kebingungan karena keuangan saya seret. Saya tidak perlu khawatir apakah saya akan mampu menafkahi anak istri saya hingga tuntas. Saya tidak perlu mengalami kesedihan akibat ditinggal mati nenek dan kakek saya yang sangat saya cintai. Saya bahkan tidak perlu merasakan yang namanya cinta karena pada akhirnya semuanya akan berakhir, termasuk juga yang namanya cinta dan akhir dari cinta biasanya adalah kesedihan.

Tapi yang terpenting, saya tidak perlu hidup dalam ketakutan akan dijebloskan ke neraka. Saya tidak perduli walaupun saya tidak masuk sorga, karena bagi saya sorga itu pun juga tidak ada. Mengapa? Karena saya tidak ada. Hampa. Kosong. Hollow.

Saya, lebih memilih ketiadaan.


Once again, do we really need God?
Since we don’t have to exist, I don’t think we need Him in the first place.
It is HIM who really needs us. He needs us because He needed something to play with.

Namun, jangan salah mengerti. Meskipun saya menulis “We are nothing but God’s toys”, “God needed us to play with”, saya tidak mengatakan Tuhan main-main dengan menciptakan kita. Sama sekali tidak. “God does not play dice with the universe”. (TUHAN TIDAK BERMAIN DADU DENGAN ALAM SEMESTA. Albert Einstein.). Dengan berbagai keteraturan, keseimbangan, keajaiban dan keindahannya, jelas alam semesta ini bukan kreasi asal-asalan.

Tuhan memang tidak main-main dalam menciptakan alam semesta.
Dia hanya menciptakan sebuah permainan besar.
Dan sepanjang pengetahuan saya, tidak ada yang main-main dalam membuat mainannya.
Siapa pun itu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun