Lalu kenapa saya harus ada?
Setahu saya, sesuai ajaran agama yang saya terima, manusia diciptakan untuk menjadi khalifah di muka bumi. Menjadi khalifah, artinya mengelola, memelihara, merawat bumi ini.
Apa Tuhan nda sanggup ngurusin bumi ini sendiri?
Bukannya Dia itu, Sang Maha Kuasa? Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya. Tidak lelah dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa-apa yang ada di bumi dan langit ini dan Dia tidak merasa berat dalam mengurus keduanya. Dan tidak ada sehelai daun pun yang jatuh tanpa sepengetahuan diri-Nya.
Kalau Dia sanggup melakukan itu semua, lantas kenapa harus ada manusia?
Saya jadi teringat kembali ke buku kontroversial karangan Dan Brown yang judulnya Angel and Demon (Malaikat dan Iblis).
Di buku itu ada salah satu bagian percakapan antara tokoh utama, Robert Langdon, dan Maximillian Kohler, Direktur CERN (singkatan dari bahasa Perancis: Conseil Europeen pour la Recherche Nucleaire; dalam bahasa Indonesia: Organisasi Eropa untuk Riset Nuklir) yang berhubungan erat dengan apa yang sedang berkecamuk di pikiran saya saat itu.
Berikut kutipannya,
“Sejak awal peradaban, spiritualitas dan agama digunakan untuk mengisi celah-celah yang tidak dapat dijelaskan oleh ilmu pengetahuan. Terbit dan tenggelamnya matahari dulu pernah dihubungkan dengan dewa Helios dan kereta kuda berapi. Gempa bumi dan gelombang pasang dianggap sebagai kemarahan dewa Poseidon. Ilmu pengetahuan kini membuktikan bahwa dewa-dewa itu adalah sembahan palsu. Tidak lama lagi Tuhan juga akan terbukti sebagai sembahan palsu. Kini ilmu pengetahuan telah menemukan jawaban untuk hampir semua pertanyaan yang bisa ditanyakan oleh manusia. Hanya ada beberapa pertanyaan yang masih belum terjawab, dan itu semua merupakan pertanyaan-pertanyaan yang luar biasa sulit.”
“Dari mana kita berasal?”
“Apa yang kita lakukan di sini?”