Tapi masih ada pertanyaan yang mengganjal.
Untuk apa kita diciptakan?
Apakah untuk menjadi khalifah seperti yang kita bicarakan tadi? Rasanya Tuhan lebih dari sekadar tahu bahwa kita manusia ini, akan cenderung lebih banyak membawa kerusakan daripada memelihara bumi ini seperti yang diamanatkan-Nya. Perang, limbah nuklir, pencemaran, penggundulan hutan, pemanasan global.
Dengan ke-Maha Tahu-an-Nya, saya yakin Tuhan sudah bisa memperkirakan bahwa ciptaannya yang satu ini pasti banyak yang akan melupakan ajaran dan petunjuk-Nya. Bahkan, mungkin malah mengingkarinya malah ada juga yang lancang mensejajarkan diri dengan-Nya (Fir’aun misalnya).
Lantas, kenapa kita tetap diciptakan?
Apa sebetulnya tujuan keberadaan manusia?
Inilah sebenarnya pertanyaan mendasar yang berusaha dijawab tidak hanya oleh agama, tetapi juga oleh sains.
Sampai dengan saat ini, saya belum menemukan jawaban yang memuaskan saya. Saya akui bahwa kecerdasan dan pengetahuan saya masih sangat terbatas. Entah saya yang kurang gigih dalam mencari jawaban. Entah saya yang salah arah kemana saya harus mencari pengetahuan, intinya saya belum menemukan jawaban yang memuaskan atas Grand Question di atas....What are we doing here?
Di tengah kekalutan pikiran saya, kemudian timbul pikiran gila ini. Pikiran gila yang membuat saya memahami, paling tidak secara pribadi, tentang tujuan keberadaan kita. Jika memang pikiran saya ini salah, mudah-mudahan Tuhan berkenan mengampuni saya dan memberi saya petunjuk. Mungkin melalui salah seorang rekan-rekan pembaca.
Mari kita kembali kepada ajaran agama sebentar.
Boleh dikata semua agama sepakat kompak menyatakan Tuhan itu Maha segala-galanya. Semua agama, keyakinan, kepercayaan, adat istiadat, seluruhnya dengan gamblang menyatakan bahwa Tuhan itu Maha Kuasa, Maha Besar, Maha Cerdas, Maha Agung dsb, dsb.
Tapi.... ada satu ke-Maha-an yg sedikit mengganggu, yaitu,