Mohon tunggu...
AkakSenja
AkakSenja Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan yang terus belajar, bertumbuh, dan sembuh melalui tulisan.

Ekspresif yang aktif. Menulis untuk diri sendiri. Fotografi dan pejalan jiwa. Penikmat kopi dan penyuka senja.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dua Hati yang Seirama

11 Desember 2020   17:20 Diperbarui: 11 Desember 2020   17:26 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Copyright by zaphonegraphy


Membual jika aku mengatakan tak ada apa-apa
Meski aku tak pantas menamainya dengan sebutan priya
Sebab, tidak masuk akal hanya karena,
Ia terus tumbuh subur dalam dada.

Ia dinanti,
Seperti dikala manusia menyambut sang arunika
Atau senja yang sayup-sayup mengubur bumantara
Dengan lukisan warna jingganya.

Bak harmoni sepasang kaki
Persis namun tak sama
Bergantian namun tak seirama.

Ke sana-kemari dengan praharsa
Saling mengisi untuk sebuah mimpi,
Menjadi saling berarti.

Apakah kita sepasang?
Atau ditakdirkan untuk menghadapi kehilangan,
Baru kemudian saling menemukan?
Bagaimana jika kamu menjatuhkan cintamu padaku?
Namun membangunnya dengan orang lain?

Bagaimana manifestasi akhir yang akan sama-sama kita hadapi?
Bersama atau hanya berdampingan?
Aku dengan seseorang
Dan kamu dengan seseorang yang bukan diriku?

Aku selalu menanti dengan derana,
Yang (semoga) tak ada habisnya
Bersiap untuk segala ketentuan
Dan repetisi yang  seolah-olah apatis.

Mari, bersiap saja
Tidak perlu bersikeras dengan sangat
Karena pada akhirnya kita akan sekarat,
Oleh takdir yang tak bisa diralat.

AkakSenja🍁

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun