Zaman telah berubah.
Kini kecerdasan buatan menentukan lokasi pengeboran terbaik, drone memantau pipa, dan algoritma memprediksi kebocoran bahkan sebelum terjadi.
Namun teknologi hanyalah alat.
Yang terpenting tetap niat manusia yang menggunakannya.
Dunia usaha juga diajak ikut serta---bukan sekadar investor, tetapi mitra bangsa.
Energi yang adil tidak lahir dari kompetisi, melainkan dari kolaborasi yang saling memperkuat.
-000-
Menjadi Pelopor Energi Rendah Karbon
Ada satu bab baru yang membuat roadmap ini berbeda:
Indonesia tak hanya mengejar jumlah minyak, tetapi juga mengejar kesucian udara.
Menjadi pelopor energi rendah karbon berarti membuktikan bahwa kemajuan dan kelestarian bisa berjalan seiring.
Produksi meningkat, tetapi bumi tidak semakin luka.
Langkah awal dimulai di PT Badak LNG, Kalimantan Timur---pusat inovasi energi hijau.
Salah satunya: konversi CO menjadi DME (Dimethyl Ether) dan metanol, bahan bakar bersih pengganti LPG.
Di sini, karbon tidak lagi dianggap musuh, tetapi bahan mentah kehidupan baru.
Asap diubah menjadi energi; polusi menjadi nilai tambah.
Teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) diterapkan: CO dikompresi lalu disimpan jauh di bawah tanah, di formasi geologi yang aman---seolah bumi kembali menelan jejak karbon yang dulu ia lepaskan.
Untuk meyakinkan dunia, proyek energi bersih Indonesia harus diukur dengan standar global.
Karena itu, sertifikasi seperti ISO 14064-1, ISO 50001, dan VERRA Carbon Credit diterapkan.